Talikama Kite Community, Bermain Layang-layang Itu Bukan Hanya Tarik Ulur

layang-layang dua dimensi yang tak dimainkan sesuai SOP memiliki dampak yang tak kalah membahayakan.

Galih Priatmojo
Sabtu, 07 November 2020 | 15:35 WIB
Talikama Kite Community, Bermain Layang-layang Itu Bukan Hanya Tarik Ulur
Aktivitas Talikama Kite dan masyarakat saat bermain layang-layang, beberapa waktu lalu. (istimewa/dok.Aji)

Salah satunya ditunjukkan dengan adanya sebuah relief bergambar layang-layang, di Muna, Sulawesi Tenggara.

Dari sejarah yang tercatat di berbagai sumber, China merupakan negara yang kali pertama memperkenalkan layang-layang kepada masyarakat dunia,  tambah Aji. Namun yang Aji yakini, asal mula layang-layang memiliki akar sejarah di Indonesia.

"Ya saya yakin karena setelah mengetahui adanya relief layang-layang di Muna. Terlebih masyarakat Muna punya warisan budaya layang-layang dari daun," ungkapnya.

Sementara itu dikonfirmasi terpisah, Muhammad Ali Sukrajap masih ingat betul layangan yang pernah ia lihat di rumahnya, nun jauh di Muna. Sebuah layangan terbuat dari daun kolope, yang oleh masyarakat di kampung halamannya disebut kaghati.

Baca Juga:Dukum IKM Daerah Hadapi Pandemi, Disperindag DIY Gelar Jogja Premium Export

Walau sudah lama tinggal di Jogja, masih terekam jernih dalam ingatannya, saat si Ali Sukrajap kecil melihat layang-layang daun milik kerabatnya yang berukuran begitu besar. Layang-layang itu punya tinggi sekitar 1,5 meter.

"Itu benar-benar terbuat dari daun. Ya, daun kolope. Daun kolope itu daun tanaman ubi hutan," ujar lelaki yang akrab dipanggil Jon, oleh sejumlah temannya itu.

Layangan itu dimainkan di kebun, di inapkan sampai malam, layangan itu juga bisa mengeluarkan bunyi-bunyian.

"Kalau tidak salah ingat, di sana [Muna] namanya [alat yang menimbulkan bunyi pada layangan] kamama. Nah itu biasanya buat usir babi di kebun," tuturnya.

Sependek ingatannya, layangan daun sebetulnya punya dua varian. Pertama, bentuknya menyerupai layang-layang pada umumnya dan umumnya hanya menggunakan daun sebagai pengganti plastik atau kertas. Layang-layang ini bisa terbang tinggi dalam durasi lama.

Baca Juga:129 Santri di Bantul Terinfeksi, Kasus COVID-19 DIY Tembus 4.140

Sedangkan varian lainnya, layang-layang tersebut dibuat dari daun yang kerap menempel di pohon sukun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak