Lebih jauh Aji menjelaskan, layang-layang dua dimensi diterbangkan menggunakan senar yang panjang. Sehingga ketika diterbangkan di lapangan luas penuh angin, rawan terputus.
"Kalau terputus, layangan tidak akan jatuh. Layangan itu mengapung dan mengganggu pesawat terbang. Kalau senarnya terlilit di leher bisa membuat leher putus juga," kata Aji.
Melihat masih banyaknya kecelakaan yang disebabkan karena aktivitas bermain layang-layang, maka Talikama Kite Jogja menilai perlu adanya edukasi lebih massif kepada masyarakat dan pehobi layang-layang.
Bahkan, ia mempersilakan masyarakat umum untuk berkunjung ke galeri miliknya, Vatata Gallery and Kite Academy, yang ada di Jalan Hastina (Utara Lippo Plaza Mall), Sleman.
Baca Juga:Dukum IKM Daerah Hadapi Pandemi, Disperindag DIY Gelar Jogja Premium Export
Terutama bagi mereka yang ingin mempelajari keselamatan dalam bermain layang-layang dan pelbagai seluk-beluk layang-layang lainnya.
"Namun demikian aktivitas main layang-layang ini tidak kemudian disetop, dilarang. Tapi didampingi, diedukasi. Pemerintah juga harus turun tangan memberikan pendampingan, menggandeng FASI misalnya," ungkapnya.
Langkah itu perlu diambil, mengingat bermain layangan punya beberapa manfaat positif bagi masyarakat, tak terkecuali untuk anak-anak.
Manfaat itu mulai dari edukasi, rekreasi, ikon seni dan budaya, ekonomi kreatif, olahraga, pariwisata.
"Kalau khusus untuk anak-anak misalnya, layang-layang bisa mendorong mereka belajar mengeksplorasi bentuk dan warna. Berlari-lari dan bergerak saat main layang-layang juga bisa menjadi aktivitas olahraga," ungkap Aji, yang dalam waktu dekat berencana akan mengikuti festival layang-layang di sejumlah negara Timur Tengah itu.
Baca Juga:129 Santri di Bantul Terinfeksi, Kasus COVID-19 DIY Tembus 4.140
Ia berharap, bermain layang-layang bisa terus dipertahankan di Indonesia, bukan sekadar mengikuti tren semata. Pasalnya, layang-layang juga memiliki sejarah panjang di Indonesia.