Kasur Barak Pengungsian Glagaharjo Kurang, Ngatmi Tidur Beralas Selimut

Adanya bilik penyekat juga membuat suasana gerah dan tidak nyaman meskipun ia menyadari, sekat itu difungsikan untuk meminimalisasi penularan COVID-19.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 09 November 2020 | 06:20 WIB
Kasur Barak Pengungsian Glagaharjo Kurang, Ngatmi Tidur Beralas Selimut
Kondisi warga di pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu (8/11/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Jumlah penghuni di barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman bertambah. Sebelumnya terdapat 133 orang kelompok rentan pada Sabtu (7/11/2020), yang kini menjadi 177 orang, dengan pengungsi yang berasal di luar kelompok rentan.

Panewu Cangkringan Suparmono mengungkapkan, jumlah tersebut didata sampai Sabtu (8/11/2020) pukul 19.30 WIB. Jumlah itu terdiri atas bayi berusia 1-2 tahun ada 24 orang, balita usia 3-5 tahun 11 orang, anak-anak usia 6-18 tahun 14 orang, lansia 71 orang, perempuan hamil 2 orang, dan difabel 11 orang. Selain warga dari kelompok rentan itu, ada 44 orang dewasa juga ikut mengungsi.

Diperkirakan, warga berusia dewasa itu khawatir karena trauma dari pengalaman bencana erupsi Merapi tahun-tahun sebelumnya.

"Kami tidak mungkin menolak mereka yang khawatir ini. Ya kami menerima mereka," kata dia, dijumpai di barak balai kalurahan Glagaharjo, Minggu siang.

Baca Juga:Antisipasi Erupsi Merapi, Sejumlah Titik Jalur Evakuasi Mulai Dicor

Selain warga yang khawatir ini, sebagian anak-anak yang sudah diungsikan ke barak lebih dahulu kemudian mengikutsertakan ibu mereka.

Suparmono tidak memungkiri ada kemungkinan terjadi penambahan jumlah pengungsi yang datang, tergantung pada aktivitas gunung Merapi.

"Kalau landai mungkin kurang, pagi-siang biasanya tetap naik ke atas. Mereka merumput, memberi makan ternak. Sekarang tidak ada separuh [dari jumlah pengungsi] pas siang," ujarnya.

Diketahui, ada sebanyak 7 unit barak di wilayah Cangkringan yang selalu siap menerima pengungsi.

Ditanyai soal kondisi sarana prasarana di barak, Suparmono menjelaskan, barak sudah diberi sekat untuk menetapkan jaga jarak antar pengungsi yang berbeda keluarga. Tujuannya, mencegah penularan COVID-19.

Baca Juga:Merapi Siaga, Warga Kalitengah Lor Minta Jalur Evakuasi Diperbaiki

Sementara itu, aliran suplai air bersih sempat kecil, tetapi segera diperbaiki. Tim barak juga mulai menyiapkan tangki bila sewaktu-sewaktu dibutuhkan.

"Kasur selimut diusahakan ditambah, setiap sore ada assesment, pembalut ditulis, nanti masuk ke posko induk. Pemkab Sleman menjamin kebutuhan terpenuhi," terangnya.

Dukuh Besalen Glagaharjo Sarwanto mengatakan, di barak telah disediakan sejumlah akses khusus bagi difabel, antara lain fasilitas cuci tangan dengan ketinggian lebih rendah. Di barak juga ada pendampingan dari Puskesmas.

"Ada keluarga juga yang ikut mendampingi," ucapnya.

Untuk fasilitas sanitasi, di barak pengungsian ada 17 ruang MCK: 4 unit di gedung barak, 7 unit di Balai Kalurahan, dan 6 unit di kompleks SD Muhammadiyah Cepitsari.

"Untuk ketersediaan air kami bekerja sama pula dengan Tagana, hari ini minta tangki. Kabar terbaru mau kirim tangki ke sini," terangnya.

Cerita para pengungsi selama sehari di barak

Barak pengungsian ini menerapkan konsep yang berbeda dibanding saat bencana di tahun-tahun sebelumnya. Barak dibuat bersekat-sekat menggunakan papan tripleks dan diberi penomoran.

Sejumlah cerita sudah tertutur dari para warga di pengungsian walaupun mereka baru tinggal di sana sejak Sabtu sore.

Misalnya saja, seorang pengungsi bernama Ngatmi. Kala disambangi wartawan, Ngatmi mengaku tiba di barak pengungsian pada Sabtu sekitar pukul 15.30 WIB. Di bilik miliknya itu, Ngatmi berbagi tempat tidur dengan anak dan cucunya karena kurangnya ketersediaan kasur.

"Cucu saya tidur di kasur, saya tidur beralaskan selimut," kata perempuan 45 tahun itu, Minggu.

Adanya bilik penyekat juga membuat suasana gerah dan tidak nyaman meskipun ia menyadari, sekat itu difungsikan untuk meminimalisasi penularan COVID-19.

"Kalau dulu ngungsi, tidurnya ramai-ramai sama tetangga," kenang Ngatmi.

Warga Kalitengah Lor RT 01 RW 19 itu juga mengaku terganggu saat air di pengungsian tidak mengalir dengan lancar sejak malam hari.

"Sewaktu digunakan untuk buang air, tidak dibersihkan karena tidak ada air," ujarnya.

Pengungsi lainnya, Novita Ramadanti, menyatakan, sebelumnya sudah ada pemberitahuan di kampungnya perihal permintaan untuk mengungsi, khususnya bagi kelompok rentan, mulai dari anak-anak, lansia, perempuan hamil, dan penyandang disabilitas.

"Anak saya usianya 1,5 tahun. Tidak tidur semalam, merangkak ke sana kemari. Rewel," kata ibu muda berusia 20 tahun tersebut.

Kegiatan di barak pengungsian

Relawan Tagana Suratinah mengungkapkan, untuk menjaga dan meningkatkan imunitas lansia saat berada di barak pengungsian, Tagana mengajak lansia untuk senam bersama pada pagi hari.

Senam itu sangat penting untuk menjaga imunitas lansia saat berada di pengungsian. Senam pada Minggu kemarin berfokus pada relaksasi kaki, sedangkan hari ini, lansia akan diberikan senam vitalitas otak.

Selain diajak senam, lansia juga akan diajak bermain agar tidak stres saat berada di barak pengungsian.

"Kasihan kalau lansia stres, apalagi lansia satu dengan lansia lain tidak sama. Kami harus melayani lansia penuh kesabaran dan tidak boleh digetak-getak," katanya.

Wacana KPU buat TPS di barak

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sleman mulai mempersiapkan opsi kemungkinan adanya kebutuhan Tempat Pemungutan Suara (TPS) di barak pengungsi erupsi gunung Merapi.

Ketua KPU Sleman Trapsi Haryadi menjelaskan, dalam PKPU Nomor 8 Tahun 2018, memang disebutkan adanya perlakukan khusus untuk pemilihan di saat terjadi bencana.

Mengutip rekomendasi yang diberikan oleh BPPTKG, Trapsi menyebutkan, ada tiga pedukuhan dari tiga kalurahan yang memerlukan perhatian. Namun, dari tiga pedukuhan tersebut, hanya Kalitengah Lor yang masih dihuni.

"Kami akan melakukan upaya antisipasi. Hal utama yang menjadi perhatian kami adalah keselamatan pemilih," kata dia, Minggu.

Dengan demikian, sebelum mengambil keputusan, KPU akan berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti BPPTKG, BPBD, hingga kapanewon.

"Pemindahan TPS ada opsi ke sana, tapi kami belum bisa memutuskan, kita harus meramu dan berkoordinasi," ujarnya.

Panewu Cangkringan Suparmono menyebutkan, jumlah penduduk di Kalitengah Lor ada sekitar 537 jiwa. Namun, pihaknya belum dapat memastikan jumlah penduduk yang masuk ke data pemilih. Ketika dipindahkan, kemungkinan hanya dibutuhkan satu TPS saja.

"Secara skenario pasti dipindahkan, TPS akan didekatkan ke warga di pengungsian. Saya pesan ke PKK, hak pilih masyarakat harus benar-benar dijalankan. Saya ingin tingkat partisipasinya tinggi, jangan sampai ada yang ngungsi partisipasinya menurun," katanya.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini