Burnout Bisa Menyerang Pelajar dan Pekerja, Begini Cara Mengatasinya

Tanda-tanda lain yang dimiliki orang dengan kondisi burnout adalah kelelahan secara fisik.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Minggu, 29 November 2020 | 19:25 WIB
Burnout Bisa Menyerang Pelajar dan Pekerja, Begini Cara Mengatasinya
Talkshow Kesehatan Mental FIP UNY secara daring, Minggu (29/11/2020).

SuaraJogja.id - Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengadakan acara Talk Show Kesehatan Mental dalam rangkaian kegiatan FIP EXPO. Mengundang Psikolog Expert Reliver, Ni Made Putri Ariyanti, talk show tersebut membahas mengenai burnout sebagai salah satu bagian dari gangguan psikologi yang menyerang pelajar dan pekerja.

Dalam pembicaraan tersebut, Putri menjelaskan mengenai tanda-tanda terjadinya burnout hingga bagaimana cara untuk meredakannya. Pada 1973, burnout kali pertama ditemukan oleh seorang psikolog di Inggris. Burnout diibaratkan seperti gedung yang terbakar.

"Dari luar masih ada gedungnya, tapi di dalam sudah enggak ada isinya," terang Putri dalam webinar yang digelar Minggu (29/11/2020).

Pada 2019, WHO mengklasifikasikan burnout sebagai sindrom yang disebabkan oleh stres berat di tempat kerja dan belum bisa dikendalikan oleh orang tersebut. Dari banyak penelitian, Putri melihat banyaknya burnout yang disebabkan oleh kegiatan akademis.

Baca Juga:Kesadaran Masyarakat Terhadap Kesehatan Mental di Indonesia

Satu dari tiga ciri-ciri ketika seseorang mengalami burnout yakni merasa energinya terkuras. Dalam menghadapi beban kerja, mereka merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Ciri kedua adalah sulit mengendalikan emosinya dan cenderung mudah marah. Terakhir, karena merasa lelah secara emosional, mereka menunda tugas yang seharusnya diselesaikan segera.

Orang yang mengalami burnout pada awal melakukan pekerjaan atau pendidikannya merasa bersemangat. Namun, saat terkena sindrom ini, orang tersebut akan bertingkah selayaknya robot. Tidak ada gairah atau rasa semangat untuk menjalani hari-hari. Selain itu, orang tersebut juga cenderung menarik diri dan menutup diri dari orang lain.

"Ada rasa memandang diri itu secara rendah dan negatif," terang Putri.

Seseorang yang menderita burnout cenderung kehilangan motivasi. Ia juga merasa semangatnya menurun dan memandang dirinya sebagai orang yang gagal. Sebab, ketika mengalami burnout, orang cenderung menurun tingkat produktivitasnya, sehingga memandang dirinya sebagai sosok yang gagal karena pekerjaan tidak kunjung selesai.

Tanda-tanda lain yang dimiliki orang dengan kondisi burnout adalah kelelahan secara fisik. Orang tersebut akan cenderung merasa lelah sepanjang waktu. Selain itu, orang yang mengalami burnout akan merasakan sakit, tetapi tidak bisa mendefinisikannya. Apa yang dirasakan serba tidak jelas dan tidak pasti.

Baca Juga:Videografis: Manfaat Lari Bagi Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Selanjutnya, kondisi ini juga akan menurunkan imunitas tubuh karena adanya berbagai hormon yang terdampak. Orang yang mengalami burnout juga cenderung malas makan karena di dalam otaknya terus terpikirkan pekerjaan yang belum selesai, sehingga terkadang lupa untuk makan.

Kemudian, berkurangnya gairah dalam melakukan kegiatannya. Muncul juga perasaan tidak berdaya. Merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya, dan merasa terperangkap. Terkuras secara emosi, sehingga orang itu merasa tidak sanggup menyelesaikan tugasnya. Perasaan negatif seperti cemas juga akan menggerogoti orang tersebut.

"Kemudian mudah putus asa," imbuh Putri.

Sikap sinis dan kecurigaan kepada orang lain, muncul sebagai dampak dari kelelahan mental. Cenderung melihat orang lain secara negatif dan bertingkah secara negatif juga. Ketika pendapatnya tidak didengar, ia menjadi lebih agresif dan tidak bisa menerima kritikan orang lain, bersikap masa bodoh dan menyakiti orang lain.

Ada beberapa penyebab seseorang yang mengalami burnout. Ketika seseorang memiliki keyakinan dan kegagalan itu disebabkan faktor dari luar dirinya, bukan karena dirinya sendiri. Ketika seseorang memiliki keyakinan ini, seseorang cenderung menjadi mudah menyerah ketika menghadapi situasi yang menekan karena merasa tidak memiliki kontrol terhadap suatu hal.

Orang dalam kurun usia 20 hingga 40 tahun cenderung mudah mengalami burnout. Seseorang ketika berada di usia yang matang cenderung memiliki emosi yang lebih matang juga. Namun jika berada di usia lebih muda, emosinya menjadi lebih tidak stabil dan kurangnya pengalaman memiliki kerentanan mengalami burnout.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak