Peneliti: Integrasi Kunci Tingkatkan Produktivitas Saat Pandemi Covid-19

Peneliti Sosial dan Komunikasi Devie Rahmawati menuturkan, sudah saatnya semua pihak mulai melakukan transformasi secara digital.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 02 Desember 2020 | 12:49 WIB
Peneliti: Integrasi Kunci Tingkatkan Produktivitas Saat Pandemi Covid-19
Peneliti Sosial dan Komunikasi Devie Rahmawati saat media briefing secara virtual dengan aplikasi Lark, Rabu (2/11/2020).

SuaraJogja.id - Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh berbagai pihak, khsusunya di dunia bisnis. Kesenjangan komunikasi dan produktivitas usaha menjadi hal yang paling disoroti belakangan ini.

Beberapa kebijakan, seperti pembatasan kehadiran karyawan, atau bahkan penerapan bekerja dari rumah akibat kasus Covid-19 yang belum melandai, memaksa penerapan teknologi menjadi hal yang wajib dimaksimalkan. Selain itu, kendala seperti keterbatasan biaya, sarana, dan prasarana teknologi, kehadiran platform teknologi yang mumpuni, menjadi hal yang diidamkan.

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta Ana Haryadi menyampaikan, setidaknya 70 persen pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah telah terdampak pandemi Covid-19. Menurutnya, pelaku usaha yang paling terdampak adalah pelaku usaha di bidang kerajinan tangan dan batik.

"Hal itu sebab segmen pasar kedua bidang tersebut berkaitan erat dengan wisatawan, sedangkan kondisi saat ini wisatawan masih minim," kata Ana saat dikonfirmasi awak media, Rabu (2/11/2020).

Baca Juga:Campervan: Tren Baru yang Jadi Peluang Bisnis saat Pandemi

Merespons hal tersebut, Peneliti Sosial dan Komunikasi Devie Rahmawati menuturkan, sudah saatnya semua pihak mulai melakukan transformasi secara digital. Tidak hanya perusahaan besar atau korporasi bahkan perusahaan rintisan atau start up saja, UMKM pun harus mau memulai hal baru tersebut untuk beradaptasi.

"Masyarakat dalam bisnis dengan kondisi semcama ini harus berani keluar dari zona aman dan memulai transformasi cara bekerja dengan memanfaatkan platform digital yang sudah tersedia," ujar Devie.

Namun menuju ke sana, Devie mengatakan, dalam konteks individual ada tujuh hal yang kemudian menjadi temuan agar manusia bisa hidup di dunia dunia, offline dan online. Menurutnya hambatan tersebar justru datang dari teknologi itu sendiri

"Ternyata bukan pandemi Covid-19 atau virus corona yang membuat masyarakat tertekan atau stres, melainkan teknologi yang menjadi faktor utama dan pertama yang membuat orang merasa tidak mampu secara optimal masuk ke dunia online itu," jelasnya.

Menurut penelitiannya, saat ini masyarakat hanya menggunakan teknologi yang ada secara terbatas. Artinya masih banyak hal yang perlu didalami dan dieksplorasi terkait itu agar tidak menyusahkan diri sendiri akibat kurangnya pengetahuan atau pengalaman.

Baca Juga:Seniman Wayang Uwuh: Berkarya dan Peduli Lingkungan di Tengah Pandemi

Bahkan ketika, seseorang telah cukup paham dengan teknologi yang ada dihadapannya masib tetap muncul kendala lain. Salah satunya banyaknya aplikasi yang harus digunakan dalam satu media tertentu.

Peralihan dari satu aplikasi ke aplikasi lain pun menimbulkan distraksi yang dapat menurunkan produktivitas. Menurutnya dibutuhkan sebuah aplikasi mobile dan berbasis web yang terintegrasi sehingga produktivitas dapat terus ditingkatkan.

"Bayangkan saja kalau mahasiswa atau pekerja yang sudah stres duluan karena tidak bisa menggunakan suatu aplikasi. Belum masuk ke materi atau substansinya, itu jadi kendala yang perlu diperhatikan," sebutnya.

Disampaikan Devie, bahwa nantinya di era modern ini akan muncul orang-orang yang sangat super karena hidup di dalam dunia tadi. Oleh karena itu dibutuhkan juga sarana dan prasarana serta platform yang super juga mendukung kinerja dan produktivitas tersebut.

"Semoga ini ahli-ahli teknologi bisa melahirkan aplikasi-aplikasi super tadi agar bisa mendukung produktivitas kita baik secara pribadi maupun organisasi dapat terus terasah dan mumpuni," terangnya.

Menurutnya bencana pandemi Covid-19 bukan berarti menolak kemajuan teknologi yang ada. Namun hanya belum menemukan kondisi yang sesuai atas hal tersebut untuk bisa beradaptasi.

"Masyarakat kita terkenal fleksibel dan mudah menyerap sesuatu. Banyak yang mulai adaptasi. Momen ini digunakan untuk saatnya kita memeluk teknologi dan teknologi juga akan memeluk dengan hangat serta memudahkan kita," ucapnya.

Senada Senior Professional Service Consultant Lark, Suryanto Lee menyebut khusus di Yogyakarta sendiri terhitung sudah ada sekitar 190 start up digital. Dari fenomena yang ada itu menurutnya Yogyakarta sedang melakukan adopsi digital atau mulai menggunakan teknologi digital dalam bisnisnya.

Namun dikatakan Suryanto, jika dilihat secara keseluruhan sebenarnya pemanfaatan teknologi digital untuk produktivitas itu masih rendah. Hal itu menjadi titik dimana transformasi digital itu dilaksanakan.

"Sebenarnya transformasi digital juga bukan hal baru tapi dengan kehadiran Covid-19 ini semakin memperjelas situasi bahwa sesungguhnya hal itu memang diperlukan. Bahkan ada sebuah survei yang mengatakan Covid-19 bisa dibilang mempercepat penerapan teknologi digital sebanyak lima tahun ke depan," papar Suryanto.

Hal ini yang membuat aplikasi Lark hadir sebagai platform kolaborasi generasi baru. Tujuannya untuk menjadikan pengguna dalam hal ini masyarakat di semua kalangan bisa bersinergi secara maksimal dalam sebuah tim dan tentu meningkatkan produktivitas.

Dijelaskan Suryanto, Lark dapat digambarkan dengan tiga kata kunci mulai dari integrasi, kemudahan, dan one stop features. Semua hal itu menunjukkan dukungan yang mumpuni terkait produktivitas pekerja dalam aktivitasnya di masa pandemi Covid-19.

Dengan Lark pengguna dapat mengerjakan berbagai macam hal hanya dalam satu aplikasi saja. Mulai dari membuat dan mengedit dokumen, menerima email, mengirimkan pesan, mengelola agenda, hingga menelepon, serta melakukan video conference tanpa harus berpindah aplikasi.

"Lark dapat meningkatkan konektivitas antar individu dalam sebuah tim sehingga produktivitas bekerja dapat terus meningkat walaupun bekerja dari rumah," paparnya.

Saat ini aplikasi Lark sudah tersedia untuk Mac, PC, iOS, dan Android. Bahkan selain itu, aplikasi kaya fitur ini dapat dinikmati secara gratis oleh berbagai kalangan.

Diharapkan Suryanto melalui kehadiran platform kolaborasi Lark, akan mampu mendorong pembangunan sumber daya manusia dan meningkatkan literasi digital masyarakat di kota Yogyakarta. Hal ini, kata Suryanto, tentu akan dinilai sangat bermanfaat untuk menggenjot laju perekonomian yang sempat melambat akibat pandemi COVID-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak