SuaraJogja.id - Fasilitas umum menjadi hal yang penting dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, terlebih lagi pada tempat makan atau food court yang biasa menjadi tempat singgahnya banyak orang.
Minimnya fasilitas umum dirasakan oleh Chandra (26) saat berkunjung ke Selter Pedagang Kaki Lima (PKL) Food Court Denggung, Jumat (4/12/2020). Ia, yang saat itu sedang bersantai menyantap makanan, tiba-tiba merasa ingin buang air kecil.
Namun setelah mencari di sekeliling food court, tidak ditemukan toilet. Justru ia harus terpaksa mengantre ke toilet di Pasar Denggung di sebelah tempat tersebut.
"Saya mau buang air kecil, tapi ternyata toiletnya jauh. Harus ke pasar atau malah ke mal itu nyebrang jalan," keluh Chandra.
Baca Juga:Tes Kepribadian: Cara Mengambil Tisu Toilet Ungkap Kedisiplinan Anda
Menurutnya, hal itu sangat disayangkan. Sebab memang, ketersediaan fasilitas umum seperti toilet itu perlu untuk lebih diperhatikan. Padahal, kata Chandra, Food Court Denggung ini punya potensi untuk lebih berkembang.
Dari segi sisi fasilitas umum lain, semisal listrik dan air, itu sudah tersedia bahkan berfungsi dengan baik. Tempat cuci tangan pun ada beberapa yang dapat dimanfaatkan. Tempatnya juga terbilang luas, sehingga cukup untuk menjaga jarak aman antar-pengunjung yang datang di masa pandemi ini.
"Lokasinya sebenernya udah nyaman kalau untuk nongkrong atau mungkin garap kerjaan karena colokan juga ada dan bisa, tapi ya itu tadi, kalau tidak ada toilet, repot juga," ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Paguyuban PKL Shelter Denggung Tri Maryadi mengatakan bahwa sebelumnya Paguyuban PKL sudah pernah mengajukan keluhan tentang toilet itu kepada instansi terkait. Namun sayangnya, keluhan itu belum juga direspons oleh pihak bersangkutan.
"Sudah disampaikan tapi belum ada respons sampai sekarang," kata Maryadi.
Baca Juga:Jualan Sambil Baca Al Quran, Potret Nenek Pedagang Kaki Lima Bikin Terenyuh
Selain itu, Maryadi juga mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang ke Food Court Denggung tersebut. Meskipun dalam beberapa waktu terakhir sudah ada peningkatan pengunjung, tetapi tetap saja tidak bisa menahan beberapa pedagang yang akhirnya terpaksa berhenti berjualan.
"Awalnya ada 75 PKL, kini tinggal 35 pedagang yang saat ini masih bertahan. Bahkan itu saja sudah ada yang memilih pindah lokasi dagang," tuturnya.
Maryadi menilai bahwa persaingan dagang dan aturan pembatasan jam dagang membuat beberapa pedagang tidak kerasan hingga memutuskan pindah lokasi, ditambah lagi dengan banyaknya jenis produk yang dijual membuat persaingan makin ketat.
Terkait dengan peraturan waktu dagang, disampaikan Maryadi, mulai dari 04.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB untuk 10 pedagang, lalu dilanjutkan lagi dengan 20-an pedagang lainnya yang mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB dini hari.
"Ya harusnya sih mungkin ada sekitar 15 pedagang yang bisa masuk shift siang," ujarnya.
Padahal jika dilihat secara menyeluruh, penempatan lokasi Shelter PKL Food Court Denggung sudah begitu strategis karena memang berada di tengah ruang masyarakat yang sering beraktivitas.
Letaknya saja hanya berseberangan sedikit dengan Sleman City Hall (SCH), yang berada di sebelah timur, ditambah pasar tradisional di sebelah utara, dan ada juga gedung-gedung pemerintahan di sebelah barat.
"Ini di sebelah selatan ada Taman Denggung, permainan anak juga banyak. Terlebih ada permainan lapangan sepak bolanya juga. Dulu masih berjualan di sekitar lapangan, tapi terus pindah ke sini," terangnya.
Kepindahan PKL sejak 2019 lalu memang cukup berpengaruh kepada kunjungan pembeli saat masih berjualan di sekitar lapangan, terlebih dengan pandemi Covid-19, dagangan makin sepi.
"Bisa turun sekitar 40-50 persen. Ya kita kurangi stok dagang soalnya dagangan juga sisa-sisa terus," tandasnya.