Mengintip Budi Daya Maggot di Sleman, Berdayakan Warga Terdampak Tol

Teguh menjelaskan, budi daya itu dimulai dari kumpulan lalat tentara hitam yang sudah dimasukkan dalam satu ruangan khusus dengan jaring-jaring di sampingnya.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 14 Desember 2020 | 11:06 WIB
Mengintip Budi Daya Maggot di Sleman, Berdayakan Warga Terdampak Tol
Teguh memperlihatkan budi daya maggot di Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Telur-telur tadi terlebih dulu dimasukkan dalam sebuah kotak-kotak untuk ditunggu untuk menetas. Setidaknya memerlukan waktu selama empat hari hingga telur menetas menjadi baby maggot.

"Baru setelah menjadi baby maggot diturunkan ke bawah atau dipindahkan ke tempat khusus lagi yang sudah disiapkan untuk produksi. Ya perlu sekitar 8-10 hari dari baby maggot sampai bisa turun ke bawah," ucapnya.

Teguh memperlihatkan budi daya maggot di Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)
Teguh memperlihatkan budi daya maggot di Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Selanjutnya maggot yang sudah di tempat tersendiri tadi, akan dtunggu sampai menjadi kupa atau maggot yang sudah tua. Dari kupa itu nanti tinggal menunggu sekitar 21 hari untuk akhirnya bisa menjadi lalat kembali.

"Ya setidaknya perlu waktu 40-45 hari untuk produksi maggot, dari bertelur sampai bertelur lagi terus mati," sebutnya.

Baca Juga:Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot

Telur dan maggot tadi yang kata Teguh, memiliki nilai ekonomi tinggi di pasaran. Namun sejauh ini pihaknya masih belum menyediakan bibit atau telur maggot untuk dijual secara luas.

Namun masyarakat yang menginginkan maggot sebagai alternatif makanan ternak bisa mengambil hasil produksi yang sudah ada. Disampaikan Teguh, maggot cocok digunakan sebagai pakan ternak mulai dari ikan lele, nila serta ikan-ikan lainnya, begitu juga dengan ayam, itik, dan jenis unggas lainnya.

Terkait dengan bahan atau makanan maggot itu sendiri, Teguh menuturkan pihaknya memanfaatkan limbah kulit kambing yang sudah tidak digunakan lagi. Ditambah juga dengan buah-buahan yang sudah tak layak makan oleh manusia.

"Nanti bahan-bahan itu akan digiling dan diberi air panas sampai menjadi seperti bubur itu baru diberikan sebagai makanan maggot. Untuk kotak satu deret 30 meter persegi ukuran 2x15 meter dibutuhkan 40 kilogram pakan," paparnya.

Tidak sampai di situ saja, nantinya limbah hasil sisa makanan maggot itu akan diambil untuk diolah lagi. Nantinya limbah itu akan disaring untuk dijadikan sebagai pupuk alami yang terbukti baik bagi tanaman.

Baca Juga:Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Aktivitas di Terminal Jombor Masih Sepi

Disampaikan Teguh, beberapa waktu lalu pihaknya juga telah melakukan panen untuk maggot tersebut. Maggot itu telah dikumpulkan dalam tempat tersendiri yang berukuran 2x6 meter dengan kedalaman 15 cm.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak