Muncul Banyak Perumahan, Habitat Burung Kuntul di Ketingan Terganggu

burung-burung kuntul ini sudah bermigrasi sejak 2 November kemarin.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 13 Desember 2020 | 17:45 WIB
Muncul Banyak Perumahan, Habitat Burung Kuntul di Ketingan Terganggu
Beberapa burung kuntul yang terlihat bertengger dan berterbangan di pepohonan di Dusun Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Burung kuntul terlihat mulai berdatangan untuk membuat sarang di pepohonan wilayah Jalan Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman. Hal ini sudah dianggap wajar oleh warga sekitar sebab hampir setiap musim penghujan tiba burung kuntul atau bangau ini selalu datang.

Ketua Desa Wisata Ketingan Haryono memperkirakan burung-burung kuntul ini sudah bermigrasi sejak 2 November kemarin. Namun memang seiring berjalannya waktu jumlah yang datang pun terus bertambah.

"Kalau dari penelitian UGM itu waktu kapan itu jumlahnya sudah lebih dari 10 ribu," ujar Haryono kepada awak media, Minggu (13/12/2020).

Lebih lanjut dijelaskan Haryono, bahwa ada tiga jenis burung kuntul yang membuat sarang untuk bertelur di pohon-pohon warga tersebut. Pertama ada yang memiliki corak putih polos dengan ukuran yang lebih besar.

Baca Juga:Sleman: Tak Disiplin Isolasi Mandiri, 1 Pasien COVID-19 Bisa Tulari 5 Orang

Selanjutnya ada burung kuntul yang di leher dan punggungnya memiliki warna kuning dibalut dengan bulu panjang dibagian punggungnya. Selain itu ada juga yang bercorak coklat dan berpunggung abu-abu gelap atau sering disebut oleh warga sebagai burung kuntul jenis blekok.

Beberapa burung kuntul yang terlihat bertengger dan berterbangan di pepohonan di Dusun Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Beberapa burung kuntul yang terlihat bertengger dan berterbangan di pepohonan di Dusun Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (13/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

"Persamaan dari ketiga jenis burung tadi ada dibentuk leher yang membentuk seperti huruf S. Kalau di sini burung kuntul paling sedikit itu yang warna putih polos tadi, sekitar 20 ekor saja. Kebanyakan yang berleher dan berpunggung kuning," sebutnya.

Haryono mengatakan bahwa burung kuntul memerlukan setidaknya tiga bulan dari membuat sarang hingga telur-telurnya menetas dan bisa terbang. Untuk itu burung-burung kuntul akan tetap tinggal di pohon tersebut selama musim penghujan.

"Ya ini sebenarnya hewan liar untuk mencari makan pun bisa sampai ke wilayah Kulon Progo dan Bantul. Bahkan bisa lebih jauh lagi, pokoknya yang lahan pertaniannya masih cukup banyak," ucapnya.

Disebutkan Haryono, bahwa hingga sekarang keberadaan burung kuntul semakin berkurang. Hal itu disebabkan oleh berkurangnya pepohonan untuk membuat sarang di wilayah tersebut.

Baca Juga:Kebakaran Hotel di Sleman, Hujan Bantu Pemadaman Api

Pohon-pohon yang biasanya digunakan untuk burung pemakan ikan dan serangga kata Haryono, tergantikan oleh rumah-rumah warga. Diperkirakan 50 persen pohon di area tersebut sudah berkurang.

"Sekitar dua tahun belakangan ini banyak yang pindah ke wilayah Dusun Cebongan yang juga ada pepohonannya," ungkapnya.

Haryono menjelaskan bahwa konon, burung-burung kuntul itu sudah berdatangan sejak 1997 silam. Tepatnya setelah peresmian jalan kampung atau sekarang yang digunakam sebagao Desa Wisata Ketingan.

"Setelah penandatanganan prasasti pembangunan jalan oleh Sultan Hamengku Buwono X, burung-burung itu mulai berdatangan. Tapi hingga kini burung itu dilindungi dan tetap dilestarikan untuk keseimbangan alam,” tandasnya.

Sementara itu seorang warga Dusun Ketingan Yanto (74) mengaku tidak mengetahui darimana burung-burung kuntul itu datang. Namun yang pasti saat musim penghujan tiba burung-burung itu membuat sarang di pepohonan warga.

"Iya mas, tiap musim penghujan datang langsung ke pepohonan. Sesekali juga turun ke halaman rumah," ujar Yanto.

Kendati sudah terbiasa dengan migrasi burung-burung kuntul tersebut, warga tetap mengeluh terkait dengan bau tak sedap yang dihasilkan oleh kotoran ratusan burung itu. Namun warga juga tidak bisa berbuat banyak karena tidak bisa lantas mengusir burung-burung tersebut.

"Kadang memang baunya sampai masuk rumah. Itu loh kalau pas bareng sama dengan hujan lebat, baunya menyengat,” ungkapnya.

Yanto menyebut bahwa warga yang tinggal di Dusun Ketingan selalu menerima kedatangan burung-burung itu. Menurutnya hal itu menjadi keunikan sendiri yang ada di wilayahnya dan harus dijaga keberadaannya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini