Pembeli Kembang Api Sepi Peminat, Yusak Cuma Kantongi Rp100 Ribu Sehari

Penjual kembang api di Jogja merasakan jelang tahun baru ini sepi pembeli.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 30 Desember 2020 | 18:25 WIB
Pembeli Kembang Api Sepi Peminat, Yusak Cuma Kantongi Rp100 Ribu Sehari
Pedagang kembang api dan petasan, Yusak saat ditemui wartawan di toko miliknya Jalan Kusumanegara, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Rabu (30/12/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Pergantian tahun baru yang biasa dirayakan dengan kebahagiaan dan suka cita nampaknya tak berlaku untuk tahun 2020. Banyak orang yang tak bisa merasakan suasana kemeriahan pada detik-detik terakhir menuju tahun 2021. Hal itu diakui oleh sejumlah pedagang kembang api dan petasan yang ada di DIY.

Yusak, penjual kembang api di Jalan Kusumanegara, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta mengatakan bahwa sepi pembeli, meski pergantian tahun tersisa 2 hari saja.

"Sepi sekali, jika tahun lalu H-7 sudah banyak yang pesan ke toko saya. Sekarang tidak ada yang memesan apalagi membeli dengan jumlah banyak," jelas Yusak ditemui di toko miliknya, Rabu (30/12/2020).

Ia mengatakan, munculnya isu soal rencana pemberlakuan pembatasan sosial di Yogyakarta menjadi salah satu faktor sepinya pembeli. Beberapa wisatawan ada yang memutuskan tak berkunjung ke Kota Pelajar. Yusak menjelaskan bahwa pelanggannya selama ini adalah wisatawan yang datang dari luar kota.

Baca Juga:Kasus Covid-19 Makin Gawat, Pemkot Jogja Didesak Tegas Soal Lockdown Tugu

"Karena lokasi jualan saya berada di jalanan kota yang sering dilintasi kendaraan, barang jualan saya mudah terlihat. Jadi ketika wisatawan yang lewat jalan ini (Kusumanegara) melintas, banyak yang mampir untuk membeli," ungkap pria yang sudah berjualan petasan dan kembang api sejak 2002 silam.

Selain itu, kebijakan pemerintah untuk tidak merayakan tahun baru secara berkerumun dan imbauan tak menyulut kembang api saat pergantian tahun menjadi faktor barang dagangannya sepi pembeli.

"Ada beberapa kebijakan yang menurut saya berpengaruh, salah satunya ada himbauan untuk tidak menyulut kembang api saat pergantian tahun baru," katanya.

Yusak mengatakan bisa meraup omzet sebesar Rp5 juta per hari pada pergantian tahun sebelumnya. Pada pergantian tahun 2020 ke 2021 mengantongi Rp100 ribu per hari sangat sulit.

"Situasi saat ini memang mempengaruhi pedagang seperti kami. Padahal akhir tahun saya biasa bagi-bagi rezeki ke anak cucu. Saat ini diurungkan dulu saja," tambah dia.

Baca Juga:Bansos Tak Tepat Sasaran, Puluhan Warga Jogja Lapor ke LOD DIY

Hal senada dirasakan Eko Satriyo (46). Pedagang kembang api yang berjualan di pinggir Jalan Parangtritis, Kabupaten Bantul ini mengaku harapan untuk meraup untung di akhir tahun pupus.

"Awalnya tidak berpikir jika ada larangan penyulutan kembang api dari Pemkab Bantul. Ya saya tetap jualan saja, karena menganggap perayaan tahun baru cukup dilakukan bersama keluarga di rumah, lalu diramaikan dengan kembang api. Tetapi prediksi saya salah, pembelinya sangat sedikit hari ini," kata dia.

Eko yang sudah berjualan sekitar 4 hari di Jalan Parangtritis hanya bisa pasrah. Dirinya belum memutuskan apakah pada hari H pergantian tahun akan tetap berjualan.

"Jika melihat kondisi saat ini sepertinya pembeli tidak akan banyak pada pergantian tahun. Belum tahu lagi apa tetap berjualan atau tidak," ungkap Eko.

Terpisah, Kepala Satpol PP Bantul, Yulius Suharta mengatakan bahwa penyulutan kembang api sudah dilarang saat merayakan pergantian tahun baru.

"Tindakannya kepada kepolisian. Kami juga ikut mengamankan pada malam tahun barunya. Sebenarnya penjual yang ada di kota (Yogyakarta) sudah diminta untuk tak berjualan. Karena potensi menimbulkan kerumunan bisa terjadi dari aktivitas perayaan dengan kembang api," kata dia.

Pihaknya juga akan menggelar patroli pada malam tahun baru untuk membubarkan kerumunan di titik lokasi yang telah disasar.

"Nanti tim gabungan dari Satpol PP Bantul, TNI-Polri akan patroli. Terutama di titik kumpul warga yang berpotensi terjadi keramaian, seperti Taman Paseban, Jalan Jalur Lingkar Selatan (JJLS), Pasar Seni Gabusan dan Puncak Sosok. Tetapi dari Dinas Pariwisata di Puncak Sosok informasinya sudah ditutup mulai besok," kata Yulius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak