Salah satu kemungkinan yang terjadi, kata Hanik, yakni terkait dengan material yang menyumbat aliran magma. Belum lagi ditambah suplai dan kandungan gas yang relatif lebih kecil juga untuk mendorong magma di dalam perut Merapi menuju ke permukaan.
"Selama ini pergerakan yang terjadi hanya dipengaruhi oleh kantong magma dangkal," ujar Hanik.
Dipaparkan Hanik, pada letusan tahun 2006 status Siaga yang diberikan kepada Merapi berlangsung selama satu bulan terhitung sejak 12 April. Baru pada tanggal 13 April 2006 status Merapi naik menjadi Awas dan bertahan selama dua bulan lamanya.
Berbeda juga dengan erupsi tahun 2010 lalu yang status Siaga hanya berlangsung selama lima hari saja. Status Awas yang disandang Merapi saat itu dimulai pada 25 Oktober dan masih berlangsung selama satu bulan. Kemudian akhirnya diturunkan menjadi Siaga kembali pada 3 Desember 2020.
Baca Juga:Kemarin Gunung Merapi Alami 24 Kali Gempa Guguran
Namun sejak peningkatan status Merapi terhitung pada tanggal 5 November 2020 lalu sampai sekarang magma belum terlihat muncul di permukaan.