Kasus Positif Covid-19 di Sleman Pada Desember Tinggi, Ini Faktor Pemicunya

kasus positif Covid-19 di Sleman selama bulan Desember mengalami kenaikan cukup tinggi.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 01 Januari 2021 | 16:50 WIB
Kasus Positif Covid-19 di Sleman Pada Desember Tinggi, Ini Faktor Pemicunya
Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo. [Suara.com/Uli Febriarni]

SuaraJogja.id - Penambahan kasus positif Covid-19 di DIY masih belum bisa dihentikan bahkan dalam beberapa hari terakhir selalu memecahkan rekor harian. Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di Kabupaten Sleman.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Joko Hastaryo mengakui bahwa penambahan kasus positif Covid-19 di Sleman selama bulan Desember mengalami kenaikan cukup tinggi. Walaupun memang kenaikan itu sudah dirasakan sejak November lalu.

Diketahui untuk kasus akumulasi Covid-19 di Sleman yang tercatat sampai dengan Kamis (31/12/2020) pukul 18.30 WIB ada sebanyak 5.012 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak 940 orang masih dirawat, dinyatakan sembuh 3.979 orang dan meninggal 93 orang.

Dari jumlah kasus aktif yang masih dalam perawatan tersebut didominasi oleh orang tanpa gejala yakni sebanyak 4.147 orang. Sedangkan 865 orang memiliki gejala baik ringan sedang hingga berat.

Baca Juga:Bergejala Ringan, Ketua KPU Sleman Terkonfirmasi Positif Covid-19

Menurutnya kondisi perlu menjadi perhatian khusus bagi semua pihak. Walaupun memang mayoritas tanpa gejala tapi pasien bergejala tetap ada, kata Joko, setidaknya ada sekitar 5 persen yang bergejala sedang maupun berat.

"Nah kalau begejala berat atau sedang itu rumah sakit yang menangani. Padahal kapasitas tempat tidur rumah sakit isolasi di Sleman itu ya terbatas. Termasuk di sekitar Sleman juga terbatas. Kalau tanpa gejala, faskes darurat kita masih cukup," klaim Joko, saat dikonfirmasi awak media, Jumat (1/1/2021).

Terkait penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang tinggi bulan Desember sendiri, Joko, menyebut belum bisa mengidentifikasi faktor penyebabnya. Dalam pengertian kasus yang muncul itu bercampur aduk antara klaster liburan akhir tahun yang sejak Oktober lalu masih menularkan ke kontak erat hingga berlanjut ke November bahkan Desember.

Sementara di penghujung tahun sendiri ada banyak potensi-potensi kerumunan yang terjadi di Sleman. Salah satunya yakni Pilkada Sleman tahun 2020 dengan segala tahapannya.

Mulai dari masa-masa kampanye yang diakui sulit untuk mengontrol keterlibatan massa di situ. Kemudian juga acara pascapilkada selesai dilaksanakan hingga disusul juga oleh Pilurdes Sleman tak lama berselang.

Baca Juga:Dinkes Sleman: Kontak Erat Pasien Tanpa Gejala Hanya Perlu Isolasi Mandiri

"Jadi untuk bulan Desember, mengapa kasusnya tinggi itu kalau ditanyakan sebabnya karena apa ya paling karena banyak kerumunan," terangnya.

Joko juga menyoroti potensi penambahan kasus yang dimungkinkan terjadi pada masa liburan natal dan tahun baru (nataru). Meski memang sudah ada langkah antisipasi yang dilakukan potensi-potensi itu tetap akan muncul

"Kalau liburan natal itu nanti kan paling baru ketahuan sekitar seminggu lagi atau sekitar 10-14 harinya dari tanggal 24 Desember 2020. Terus untuk libur tahun baru ini yang mulai 31 Desember akan mulai ketahuan juga 14 hari kemudian. Makanya kita yang kemarin kita usulkan adalah minggu tenang," tuturnya.

Disampaikan Joko, nantinya keputusan minggu tenang itu tidak langsung dari Bupati Sleman melainkan dari edaran di bidang kesehatan khususnya oleh Satgas Covid-19 Kabupaten. Sehingga, kendati daya ikat terhadap edaran itu kurang namun paling tidak sebagai pengingat kepada masyarakat.

Disinggung terkait riwayat penularan kasus Covid-19 yang muncul, Joko mengatakan sudah agak sulit untuk dilacak sumbernya. Hal itu disebabkan potensi penularan sekarang bisa terjadi dimana dan kapan saja. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak