PSBB Jawa-Bali, Ganjar Pranowo: Pariwisata Maaf ya, Anda Akan Rugi

Ia juga menekankan kenyataan bahwa sektor pariwisata akan merugi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 07 Januari 2021 | 16:06 WIB
PSBB Jawa-Bali, Ganjar Pranowo: Pariwisata Maaf ya, Anda Akan Rugi
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (Dok Humas Pemprov Jateng)

SuaraJogja.id - Pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk menerapkan kebijakan Pengetatatan Pembatasan Pergerakan Masyarakat (PPPM) mulai tanggal 11 hingga 25 Januari 2021 mendatang. Secara khusus kebijakan tersebut akan diterapkan di Pulau Jawa dan Bali sebagai respons atas meningkatnya kasus Covid-19 di wilayah tersebut.

Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak kebijakan tersebut. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyampaikan, kegiatan serupa selama beberapa waktu belakangan sempat terjadi, mulai dari PSBB hingga pembatasan masyarakat. Sebagai persiapan, Ganjar menyebutkan bahwa pihaknya tinggal memetakan ulang, dan hasil dari rapat dengan presiden, gubernur diminta untuk melakukan pengetatan.

"Sebenarnya tidak terlalu sulit, tinggal peta dibuka, diterapkan dengan mikrozonasi. Terus kemudian tadi tidak dilarang, tapi diketatkan pakai edukasi kepada masyarakat. Serta operasi Yustisi ini berjalannya pararel," ujar Ganjar dalam gelar wicara yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (7/1/2021).

Ganjar mengaku akan melibatkan tokoh agama, kaum milenial, tokoh masyarakat kampus, dan sebagainya untuk kembali menggerakkan protokol kesehatan 3M. Politikus PDI ini juga menyampaikan bahwa data ilmiah harus turut ditampilkan -- berapa banyak tenaga kesehatan yang meninggal, bagaimana kondisi layanan rumah sakit untuk pasien di luar Covid-19. Hal tersebut perlu disampaikan agar menjadi pemahaman untuk semua orang mau berkontribusi.

Baca Juga:Kunci Menang Perang, Publik Harus Patuhi PSBB Jawa-Bali 11-25 Januari

Dalam kondisi saat ini, Ganjar enggan membahas mengenai dampak ekonomi. Sebab, ia harus mengambil skala prioritas. Menurutnya, sulit untuk dua sektor berjalan berdampingan dalam situasi saat ini. Ganjar meminta masyarakat untuk ikhlas ketika pendapatan yang dimiliki saat ini kurang dari yang biasa atau seharusnya didapatkan. Terlalu ideal jika membicarakan penekanan angka Covid-19 dengan sektor ekonomi yang tetap tinggi, kata dia.

Karenanya, Ganjar menjelaskan bahwa pihaknya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengajak para pedagang dengan produk nyata beralih kepada metode digital. Ia juga menekankan kenyataan bahwa sektor pariwisata akan merugi. Sebab, jika terus-terusan menenangkan seolah sektor pariwisata akan mendapatkan keuntungan, itu adalah hal yang tidak mungkin bagi Ganjar.

"Pariwisata maaf ya, Anda akan rugi. Itu kita omongkan agar kita jangan tipu-tipu lagi," imbuh Ganjar.

Hal yang bisa dilakukan oleh tempat pariwisata adalah mengurangi kapasitas kunjungan. Dari seratus persen menjadi hanya 30% saja. Secara terpaksa, Ganjar juga akan terus melakukan pantauan. Jika terbukti ada tempat yang melanggar, ia tidak segan untuk menutup tempat tersebut. Menurutnya, pemerintah harus menyampaikan secara demikian kepada para pengusaha agar mereka mengerti mengenai kondisi yang ada saat ini.

Jika semua masyarakat bisa bertahan 2x14 hari disiplin bersama-sama akan jauh bisa menyelesaikan, dan kepentingan semuanya akan lebih baik di 14 hari ketiga. Suka tidak suka, mau tidak mau edukasi tersebut harus disampaikan. Masyarakat harus mau berkorban di awal untuk investasi lebih lanjut atau tidak mau berkorban dan investasi jangka panjang tidak akan memanen hasil yang bagus. Selain itu, pandemi sendiri sudah berlangsung selama hampir satu tahun.

Baca Juga:Ganjar: Kesehatan dan Ekonomi Tak Bisa Jalan Bareng, Jangan Tipu-tipu Lagi

Ganjar sendiri mengaku akan memberikan pendampingan kepada pihak UMKM yang mengalami dampak dari merebaknya pandemi ini. Bekerjasama dengan pihak lain, Ganjar mencoba menggelar expo virtual untuk produk-produk UMKM. Menurutnya, semua sumber daya bisa digerakkan untuk membantu masyarakat dalam meraih pundi-pundi uang di masa pandemi.

Selain dengan kota-kota yang sudah disampaikan, Ganjar tidak menutup kemungkinan agar kebijakan itu di terapkan di wilayah-wilayah lainnya. Jika nanti hasilnya masih belum baik, tidak mustahil jika kebijakan diperluas penerapannya hingga kepada satu pulau Jawa. Selama beberapa minggu terakhir, Ganjar sendiri tengah membahas tenaga kesehatan di Semarang yang mulai berkurang sedangkan kebutuhannya semakin meningkat.

Setelah berbincang dengan Menteri Kesehatan, Ganjar menyampaikan adanya dua solusi. Yakni, pertama dengan meminta program dari pelajar di bidang kesehatan. Selain itu, adalah dengan meminjam tenaga kesehatan dari wilayah lainnya yang memiliki kasus tidak sebanyak zona merah. Tidak hanya itu, ada juga kemungkinan untuk dibutuhkannya relawan dalam menghadapi kurangnya jumlah tenaga kesehatan.

"Sehingga Nakes ini betul-betul kita jaga, agar mereka bisa bekerja cukup. Iya kan, cukup waktu, cukup tenang, gitu kan. Tidak tertekan lebih banyak," imbuhnya.

Sementara itu, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Wiku Bakti Bawono Adisasmito menyampaikan ada empat indikator utama yang menjadikan suatu daerah perlu mengikuti kebijakan PPPM. Wiku melihat di beberapa daerah masih memiliki angka yang tidak sesuai dengan nasional. Misalnya saja angka kasus positif atau angka kematiannya masih di atas rata-rata nasional.

Selain angka kematian yang harus diturunkan, faktor kedua adalah keterisian ranjang di rumah sakit. Terlihat saat ini rata-rata sudah di atas 70% di berbagai daerah. Menurutnya, hal itu sangat berbahaya. Sebab, bisa saja ranjangnya tersedia, tapi tidak dengan Sumber Daya Manusianya. Dengan angka kematian tenaga kesehatan yang cukup tinggi, sulit untuk bisa memiliki dokter dalam jumlah yang banyak. Jika tidak di rem, masyarakat tidak akan mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit.

"Untuk memiliki dokter yang jumlahnya banyak itu sulit. Apalagi jumlah kematian dokter juga semakin tinggi," terang Wiku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak