Membendung Covid-19 di Zona Hijau, Perubahan Perilaku Masyarakat Jadi Kunci

Sonny menyampaikan saat ini juga pemerintah maupun satgas harus segera mendorong pengetahuan masyarakat mengenai protokol kesehatan

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 20 Januari 2021 | 18:19 WIB
Membendung Covid-19 di Zona Hijau, Perubahan Perilaku Masyarakat Jadi Kunci
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi dalam teleconference Rabu (20/1/2021)

SuaraJogja.id - Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu wilayah percontohan zona hijau Covid-19. Namun, dengan datangnya musim libur panjang, wisatawan dan rendahnya pemahaman masyarakat mengenai virus corona membuat kawasan ini berbalik menjadi zona merah.

Setelah 10 bulan menjadi daerah yang bebas dari covid, awal tahun ini kabupaten yang berada di Pulau Flores tersebut mencatatkan kasus Covid-19 dan mulai berubah menjadi merah.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi menyampaikan bahwa apa yang terjadi di Ngada menjadi alarm bagi semua elemen masyarakat -- tidak ada satu pun wilayah di dunia ini yang aman dari ancaman Covid-19. Pandemi ini sendiri berasal dari satu orang yang menularkan ke 96 juta orang di dunia.

"Kita harus mengingatkan semua pihak, termasuk seluruh daerah di Indonesia yang masuk zona hijau, bahwa potensi risiko selama pandemi itu masih tetap ada," ujar Sonny.

Baca Juga:Pandemi Covid-19, Pemberian ASI Eksklusif Anak Indonesia Justru Meningkat

Oleh karenanya, pencegahan menjadi jauh lebih murah dan lebih mudah untuk dijalankan. Protokol kesehatan harus selalu diterapkan dan menjadi perilaku yang wajib diterapkan di seluruh wilayah termasuk zona hijau. Sonny juga menyarankan kepada Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa untuk mendorong pengetahuan masyarakat agar memahami resiko penularan bisa terjadi secara cepat tanpa pencegahan.

Selanjutnya, Sonny menyampaikan saat ini juga pemerintah maupun satgas harus segera mendorong pengetahuan masyarakat mengenai protokol kesehatan. Dalam kondisi penyebaran awal ini, Sonny mengaku akan lebih mudah mencegah penyebaran terjadi lebih luas. Dengan adanya peringatan seperti ini, maka mobilitas harus dibatasi, begitu juga dengan aktivitas sosial perlu dihindari.

"Sekarang kita sosialisasikan secara masif, mumpung kasusnya masih sedikit dan Ngada bisa jadi contoh untuk Indonesia," ujar Sonny.

Komunikasi resiko menjadi salah satu alasan masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. Penting disampaikan kepada masyarakat bahwa virus ini menular dari orang ke orang. Virus corona jenis baru ini tertular melalui droplet atau air ludah yang keluar dari mulut pasien. Lantas masuk ke tubuh orang lain melalui hidung, mulut dan mata. Sehingga penggunaan masker dan perlindungan mata sangat dibutuhkan sebagai pencegahan.

Mencotoh Kabupaten Banyuwangi, Sonny mengajak Kabupaten Ngada untuk memonitor perubahan perilaku di tengah masyarakat. Hal tersebut bisa diakses melalui aplikasi yang terhubung langsung ke Satgas Nasional. Sudah ada jutaan orang yang menerima edukasi mengenai Covid-19. Sementara NTT merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah duta perubahan perilaku masih sedikit. Duta tersebut harus orang yang berkembang di tengah masyarakat.

Baca Juga:Rocky Gerung Sebut Dungu Menko Airlangga Tak Jujur Pernah Positif Covid-19

Selain itu, tim Satgas juga sudah mengembangkan buku panduan perubahan perilaku untuk diterjemahkan dalam 78 bahasa, salah satunya adalah bahasa Ngada. Buku tersebut bisa disampaikan kepada masyarakat untuk menunjang edukasi mengenai pencegahan Covid-19. Sonny menyarankan Bupati Ngada untuk bisa memanfaatkan fasilitas tersebut guna meningkatkan pemahaman masyarakat setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak