Lava Pijar Gunung Merapi Jadi Daya Tarik, Akses Masuk Dijaga Ketat Petugas

Bukan menjauh, malah banyak orang yang penasaran ingin melihat lebih dekat secara langsung lava pijar hingga awan panas guguran Gunung Merapi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 25 Januari 2021 | 17:30 WIB
Lava Pijar Gunung Merapi Jadi Daya Tarik, Akses Masuk Dijaga Ketat Petugas
Seorang relawan sekaligus warga asli Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Eko Susilo (36), menjaga akses masuk masyarakat untuk tidak jalan lebih jauh di Basecamp Jeep 86, Ngrangkah, Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Senin (25/1/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Guna menjaga tidak adanya masyarakat yang nekat menerobos naik untuk melihat lebih dekat puncak Merapi, Eko bersama relawan lain, ditambah dengan pihak berwenang, selalu menjaga jalan itu setiap saat.

"Baik siang ataupun malam di sini banyak orang yang mau naik terus, tapi sesuai rekomendasi BPPTKG jadi beberapa titik harus diamankan," ujarnya.

Dengan anggota relawan yang hampir kurang lebih sekitar 63 orang, sistem penjagaan dilakukan secara bergantian.

Walaupun memang tidak bisa ditentukan setiap harinya berapa orang yang akan berjaga di basecamp tersebut, tapi tempat itu tak pernah kosong.

Baca Juga:Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar Sebanyak 29 Kali

"Kita selalu berkabar dengan relawan lain jika memang Merapi beraktivitas kembali misalnya mengeluarkan awan panas guguran atau lava pijar. Setiap malam tidak pernah kosong. Kadang kalau malam, suara guguran itu terdengar lebih keras karena memang sepi, kalau siang pun yang sempat naik cari rumput selalu dengar jika ada guguran," ungkapnya.

Sementara itu, Dukuh Tunggul Arum Kristanto memilih untuk mengambil langkah tegas untuk memberlakukan pembatasan aktivitas di wilayahnya. Pasalnya banyak warga dari luar dusun yang datang pasca-kemunculan lava pijar Gunung Merapi.

"Sejak kemunculan lava pijar mulai ramai itu terus banyak yang datang. Mereka penasaran terus datang untuk foto-foto saja," kata Kristanto.

Menurut Kristanto pemberlakukan pembatasan wilayah itu dilakukan guna mengantisipasi sebaran Covid-19. Selain juga dianggap menambah beban ketika sewaktu-waktu diperlukan mitigas bencana erupsi Merapi.

"Sehingga warga memang sudah sepakat untuk menutup portal pintu masuk yang berada tepat di sisi bawah gardu pandang Tunggularum," ucapnya

Baca Juga:Ustaz Yahya Waloni Disorot karena Ogah Pakai Masker dan 4 Berita SuaraJogja

Dijelaskan Kristanto, penutupan portal berlaku efektif sejak pukul 18.00 setiap harinya. Di sekitar lokasi, ada juga warga yang turut berjaga agar tak ada yang mencuri kesempatan untuk masuk lebih jauh lagi.

"Ya agar saat sewaktu-waktu terjadi erupsi jalur evakuasi bisa digunakan dengan lancar. Kami khawatir karena warga dari luar belum tahu medan di sini terlebih lagi ini masuk wilayah kawasan rawan bencana (KRB) juga," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak