Tulis Surat ke Jokowi, Permintaan Bocah SD Pengungsi Merapi Ini Terkabul

Kalis menulis surat untuk Jokowis saat masih mengungsi lantaran erupsi merapi

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 09 Februari 2021 | 17:20 WIB
Tulis Surat ke Jokowi, Permintaan Bocah SD Pengungsi Merapi Ini Terkabul
Kalis Nirbaya bersama Ibunya, Tukirah saat di barak pengungsian Purwobinangun, Selasa (9/2/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Seorang anak kelas 2 Sekolas Dasar (SD) yang sedang mengungsi di barak Purwobinangun menjadi perhatian. Pasalnya siswa bernama Kalis Nirbaya itu sempat menulis surat yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.

Kalis yang masih berumur 8 tahun ini, menulis surat berisi tentang permintaan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran saat di barak pengungsian. Selain juga dengan permainan yang diinginkan oleh anak-anak lainnya.

"Kemarin minta buku tulis dan mainan gitu sekarang sudah diberikan," kata Kalis saat ditemui awak media di Barak Pengungsian Purwobinangun, Selasa (9/2/2021).

Kalis mengakui bahwa sebenarnya pembuatan atau menulis surat itu memang disuruh oleh pendamping dalam suatu sesi pembelajaran bersama di barak pengungsian. Namun memang ia juga tidak menampik bahwa kekurangan sarana dan prasarana itu masih dirasakan olehnya.

Baca Juga:Di Luar Zona Bahaya, Warga Turgo di Barak Purwobinangun Boleh Pulang

"Nulis surat itu disuruh oleh pendamping tapi memang di sini agak kurang [sarana dan prasarana untuk edukasi serta permainan]," ucapnya.

Bocah yang hobi bersepeda ini bahkan mengaku sempat beberapa kali harus berebut dengan sesama temannya perihal mainan. Hal itu disebabkan masih kurangnya mainan yang diberikan selama di barak pengungsian.

Kalis memilih untuk bisa kembali pulang ke rumah dan bermain lagi biasanya. Menurutnya tinggal di barak pengungsian kadang membuatnya bosan dan tidak semua mainan ada.

Kalis Nirbaya menunjukkan surat kepada Presiden Joko Widodo yang dibuatnya saat berada di barak pengungsian Purwobinangun, Selasa (9/2/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Kalis Nirbaya menunjukkan surat kepada Presiden Joko Widodo yang dibuatnya saat berada di barak pengungsian Purwobinangun, Selasa (9/2/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

"Selama di pengungsian tidak terlalu seneng karena di sini ada yang kurang. Kurangnya itu misalnya mainan, saya sering berebut, kadang bosen juga. Tapi ya masih ada temennya," ujarnya.

Kalis tidak lupa berterima kasih kepada Presiden setelah beberapa permintaan di dalam suratnya tadi dipenuhi. Ia turut mendoakan agar Presiden Jokowi selalu sehat.

Baca Juga:Mulai Aman, Pengungsi Merapi di Barak Glagaharjo Sudah Pulang ke Rumah

"Terima kasih Pak jokowi sudah mengabulkan permintaan Kalis. Semoga Pak Jokowi sehat selalu ya," harapnya.

Sementara itu salah satu anggota Forum Anak Kabupaten Sleman, Urnila Syifa menuturkan bahwa memang sangat dimungkinkan tulisan yang dibuatnya itu spontan dari Kalis sendiri. Pihak pendamping salah satu lembaga hanya mencoba memfasilitasi kegiatan anak-anak di barak pengungsian untuk bermain sekaligus belajar dengan salah satunya menulis.

"Kalau dia [Kalis] kan nulisnya memang pengen bercerita dan gitu-gitu," ucap Syifa.

Syifa menilai Kalis merupakan anak yang visioner. Hal itu terlihat saat ia menanyakan cita-cita kepada Kalis.

"Mungkin kalau anak-anak zaman sekarang kalau ditanya cita-cita mau jadi apa jawabnya mau jadi guru atau dokter dan sebagainya. Tapi Kalis sudah tahu pasti dia mau jadi insinyur pertanian, itu sesuatu yang visioner untuk anak kelas 2 SD," tuturnya.

Di sisi lain, ibunda Kalis, Tukirah menyebut bahwa apa yang disampaikan anak-anak itu lebih jujur. Artinya meskipun memang surat itu diminta oleh pendamping tapi ada andil dari kesadaran anak itu sendiri perihal apa yang dibutuhkan.

"Anak-anak itu lebih jujur. Dengan permintaan anak saya yang telah dipenuhi ini, saya tentu sangat berterima kasih sekali kepada bapak Jokowi. Tadi diberi, mainan, alat tulis dan ada tas juga," tutur Tukirah.

Tukirah menyampaikan ia sendiri selama ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sementara sang suami atau ayah dari Kalis bekerja sebagai petani.

Disebutkan Tukirah, selama di barak pengungsian Purwobinangun ia tidur bersama dengan Kalis dan kakaknya Intan. Sedangkan untuk suaminya berada di atas untuk menjaga rumah dan bekerja.

Menurutnya, Kalis merupakan anak yang memang suka menulis dan membaca sejak dini. Bahkan beberapa kali ia juga sempat membuat puisi.

"Kalis memang suka nulis membaca. Kadang juga bikin puisi tapi memang bahasanya belum bagus karena kan memang baru kelas 2 SD. Ia bersekolah di SD Sanjaya Tritis," ucapnya.

Tempat pengungsian warga Merapi dilengkapi standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sekat-sekat dibangun untuk menjaga jarak antar keluarga pengungsi. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).
Tempat pengungsian warga Merapi dilengkapi standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sekat-sekat dibangun untuk menjaga jarak antar keluarga pengungsi. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).

Disinggung mengenai pemenuhan kebutuhan selama di pengungsian, Tukirah menyatakan bahwa kebutuhan anak sudah terpenuhi dengan baik. Salah satunya dengan fasilitas Warung Air yang menjadi tempat anak-anak untuk menikmati makanan ringan selama di barak pengungsian.

Di Warung Air tersebut, anak-anak telah disediakan sebuah galon dan beberapa macam minuman yang disukai anak-anak. Bahkan beberapa makanan ringan juga dapat dinikmati secara gratis.

"Itu [Warung Air] sangat membantu ibu-ibu karena kalau anak-anak itu biasanya suka jajan macam-macam. Nah dengan adanya warung seperti itu sangat memudahkan dan membantu kami selaku orang tua. Jadi selama di sini saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk anak jajan," ungkapnya.

Tidak hanya fasilitas bagi anak-anak saja yang menjadi perhatian. Namun fasilitas pengungsian lain mulai dari kasur, bantal, selimut dan lain-lain sudah terpenuhi dengan baik.

"Setiap hari juga ada penyemprotan untuk ruangan. Agar tetap terjaga kesehatannya," imbuhnya.

Terkait dengan keputusan pemulangan pengungsi ke rumah masing-masing, Tukirah menyatakan memang sudah merasa nyaman dan aman untuk pulang. Hal itu didasari oleh rekomendasi BPPTKG yang menyatakan bahwa jarak bahaya masih berada di 5 km dari puncak.

Jika dihitung, kata Tukirah, jarak rumahnya dengan puncak Gunung Merapi masih berada di 5,9 km. Sehingga memang dengan pertimbangan itu ia dan warga lain merasa lebih baik untuk pulang saja.

Kendati begitu Tukirah yang merupakan warga Turgo RT 3 RW 2, Purwobinangun, Pakem, Sleman, menyebut rumahnya memang tidak jauh dari Kali Boyong. Terhitung rumahnya dengan Kali Boyong pun hanya berjarak 200 meter saja.

"Tetap kita menjaga kewaspadaan. Jadi nanti seandainya di rumah itu tidak nyaman karena di atas masih banyak guguran. Kita bisa bergeser ke SD Sanjaya Tritis. Nanti kalai sore yang ada di bantaran Kali Boyong itu nanti bisa geser ke sana," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak