Idaman Wisatawan, Taman Sari Jogja Menyimpan Sejarah dan Mitos yang Unik

Mitos pun beredar di kalangan warga soal lorong Sumur Gemuling di Taman Sari Jogja ini.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 20 Februari 2021 | 16:40 WIB
Idaman Wisatawan, Taman Sari Jogja Menyimpan Sejarah dan Mitos yang Unik
Taman Sari Yogyakarta. (Suara/Arendya)

SuaraJogja.id - Tak lagi asing bagi warga setempat, Malioboro menjadi ikon wisata Kota Yogyakarta. Namun bukan itu saja, di era digital saat ini, ketika foto-foto "instagramable" menjadi bentuk kenangan yang paling layak dipamerkan kala berwisata, Taman Sari Jogja merupakan destinasi idaman wisatawan.

Kendati begitu, bukan saja lokasinya yang begitu "nyeni" dan memanjakan mata, objek wisata Taman Sari Jogja juga menyimpan sejarah yang memikat untuk digali.

Seperti penampakannya, Taman Sari, yang masih menjadi bagian dari Keraton Yogyakarta, memiliki arti "taman yang indah".

Lambang kejayaan Raja Mataram yang juga kerap disebut sebagai "istana air" ini dibangun pada 1758 Masehi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Baca Juga:Pendaftaran Abdi Dalem Keraton Jogja Dibuka, Berikut Ini Persyaratannya

Yang paling populer diketahui masyarakat umum, Taman Sari Jogja memiliki Umbul Pasiraman atau Umbul Binangun, yang dulunya dijadikan kolam pemandian untuk Sultan, permaisuri, selir, dan putri raja.

Dulunya, Taman Sari Jogja dikelilingi danau buatan dan dilengkapi bunga-bunga sebagai wewangian yang ditanam di sekitar area pemandian kerajaan ini.

Bukan itu saja, menariknya, dahulu kala, Taman Sari Jogja juga memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan untuk persenjataan.

Taman Sari, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Shutterstock)
Taman Sari, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Shutterstock)

Selain itu, salah satu bagian yang paling diminati wisatawan dari Taman Sari Jogja adalah Pulo Kenanga atau Pulo Cemeti karena dari situ, pengunjung bisa menyaksikan Kota Yogyakarta. Dulunya, untuk menuju Pulo Cemeti, keluarga kerajaan perlu menaiki perahu terlebih dahulu.

Namun, dilansir Guideku.com -- jaringan SuaraJogja.id, sejak 2009, dengan alasan keselamatan pengunjung, akses menuju bagian atas Pulo Cemeti ditutup.

Baca Juga:Keraton Jogja Buka Lowongan Kerja, Berapa sih Upah Abdi Dalem?

Di bagian barat Pulo Cemeti, ada Pulo Panembung dan Sumur Gemuling, yang dulunya digunakan sebagai tempat meditasi Sultan.

Sumur Gemuling dahulu berfungsi sebagai masjid, dan jalan menuju ke sana berupa terowongan bawah air, alias urung-urung.

Mitos pun beredar di kalangan warga soal lorong Sumur Gemuling ini. Konon, sebelum dipugar pada 1972, lorong tersebut bisa tembus sampai Pantai Laut Selatan dan menjadi akses pertemuan antara Sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Menurut pengawas Taman Sari Jogja, seperti diberitakan Solopos.com, Sri Sultan HB I sebenarnya sengaja membangun Keraton dengan posisi terhubung dengan Gunung Merapi dan Pantai Prangtritis dalam satu sumbu lurus imajiner. Harapnnya, ketiga titik itu bisa saling bersinergi.

Di dalam Sumur Gemuling sendiri ada dua lantai. Masing-masing punya ceruk sebagai tempat imam memimpin ibadah, atau mihrab.

Terdapat empat tangga undakan di pusat bagunan bekas masjid ini, yang bertemu di bagian tengah dan kini sering bermunculan di media sosial untuk lokasi foto ikonik wisatawan Taman Sari Jogja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak