SuaraJogja.id - Ify Alyssa telah membuat pencapaian tersendiri setelah merilis album debut bertajuk 'Pelita Lara' pada Oktober 2020. Album tersebut pun terasa kian manis bila mengingat perjalanan panjang perempuan kelahiran 6 Desember ini di industri musik.
Sempat mengikuti ajang Idola Cilik dan bergabung dengan girlband bernama Blink, Ify kini telah menemukan jalannya sendiri. Hit singles seperti 'Gitar', 'Dua Insan', hingga 'What About Us?' menjadi bukti bahwa Ify telah memberikan pengaruh dan warna baru bagi musik Indonesia.
Tentunya, banyak cerita menarik di balik petualangan karier, lagu, dan album 'Pelita Lara'. Buat kalian yang penasaran, langsung aja simak obrolan MataMata.com (jaringan Suara.com) dengan Ify Alyssa berikut yang terbagi dalam tiga babak!
Babak 1. Perjalanan Karier, Kuliah, dan Doyi
Baca Juga:Fourtwnty Rilis Lagu Baru, Ingatkan Pendengar Buat Bersantai
MataMata.com: Halo Ify, apa kabar nih? Kita ngobrol-ngobrol yuk!
Ify Alyssa: Hi MataMata.com, kabar baik dong! Boleh banget kalau mau ngobrol.
M: Okay, kita tarik mundur dulu ya. Jauh sebelum solo karier dan merilis album perdana, Ify sudah sering muncul di televisi, manggung di sana sini, dan berkolaborasi dengan banyak musisi. Bagaimana rasanya memulai karier di usia dini?
IA: Aku nggak menyangka bisa semuda itu untuk memulai semuanya dan sempat ikut ajang pencarian bakat juga. Aku belajar banyak banget di situ bahwa menjadi penyanyi tuh nggak semata-mata nyanyi aja, tapi banyak juga hal yang harus dipelajari di luar itu. Pastinya, susah untuk dikenal banyak orang sejak kecil karena ada yang namanya star syndrome, tapi aku belajar banyak banget pada masa itu.
M: Dengar-dengar, dulu Ify nyaris jadi vokalis HIVI! ya?
Baca Juga:Vidi Aldiano Remix Lagu Gadis Genit di Aplikasi Resso
IA: Iya, dulu sempat ditawarin, tapi waktu itu aku masih aktif di Blink juga. Jadinya aku belum bisa. Kayaknya belum berjodoh. Hehehe. Aku lebih memilih karier solo juga.
M: Btw, selamat untuk Ify yang telah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Pelita Harapan! Boleh bagi tips mengenai bagaimana cara supaya karier, pendidikan, dan kehidupan tetap berjalan seirama serta baik adanya?
IA: Terima kasih ya! Tipsnya sih tahu prioritas masing-masing supaya semua bisa berjalan bersamaan. Jadi, nggak ada yang diutamakan atau harus yang mana dulu yang dikejar. Kalau misalkan aku kejar karier duluan, pasti sekolahnya keteteran. Begitu juga sebaliknya. Menurutku, membagi waktu adalah faktor yang paling penting.
M: Oh iya, kalau nggak salah, Ify punya kucing kesayangan bernama Doyi. Bagaimana kabar Doyi? Ceritain dong, gimana awal pertemuan Ify dengan Doyi?
IA: Iya bener banget. Kabar Doyi baik. Hehehe. Sebenarnya, dulu banget aku pernah punya hewan peliharaan, pas masih SD, tapi mati terus. Aku kayaknya nggak berjodoh dengan hewan peliharaan. Kayaknya nggak telaten ngurusnya. Akhirnya aku sempat punya ikan. Sampai sekarang masih punya ikan juga sih.
Terus suatu hari ada kucing kurus gitu basah kuyup dateng ke rumahku. Ngapain nih? Akhirnya sama kakaku dimandiin di pet shop. Terus malamnya kucing itu menginap di sini karena nggak ada yang cari. Aku juga udah tanya-tanya di grup komplek segala macam, tapi kayak nggak ada yang jawab. Ya udah kita rawat aja.
M: Seberapa besar pengaruh Doyi untuk kehidupan bermusik Ify?
IA: Aku baru merasakan banget pengaruh Doyi tuh waktu pandemi ini sih karena kebayang jenuh banget di rumah. Tapi bersyukur juga masih ada mama, masih ada adik. Kalau kakak lumayan sibuk juga dia. Ya kita lebih sering menghabiskan waktu bertiga. Dengan adanya Doyi ini sangat membantu biar aku nggak jenuh. Misal setiap hari ngerjain musik terus pasti kan ada titik jenuhnya. Jadi si Doyi lumayan jadi pelipur lara.
M: Sejauh ini, apakah Ify sudah cukup senang dengan sederet pencapaian dalam kehidupan? Apakah Ify sudah menyusun target lainnya untuk jangka panjang?
IA: Target jangka panjang pastinya sebelum pandemi udah banyak banget. Tapi kalau setelah pandemi ini, karena kita nggak tahu sampai kapan, jadi lumayan banyak berubah juga rencananya. Banyak juga plan yang harus diubah di tengah jalan. Misal sebelumnya plan A sekarang jadi plan B.
Babak 2. Pelita Lara dan Lagu-lagunya
M: Boleh diceritakan terlebih dahulu, seperti apa sih album Pelita Lara bagi Ify Alyssa?
IA: Sejak dulu, membuat album tuh sebenarnya udah jadi cita-cita terbesar aku. Dari kecil memang pengin jadi penyanyi, tapi penyanyi yang seperti apa? Aku kan udah melewati banyak hal. Ikut ajang pencarian bakat, girl band. Tapi menurut aku mimpi aku yang sebenarnya adalah bisa punya banyak album solo yang benar-benar aku kerjakan dengan sepenuh hati. Jadi, aku baru bisa mencapai impianku itu di album 'Pelita Lara'. Menurut aku ini milestone yang sudah aku capai, yaitu punya album perdana dan lagu-lagunya juga karyaku sendiri.
M: Bisa dibilang, 'Pelita Lara' merupakan album penuh visi dari seorang Ify Alyssa. Kita bisa menemukan karakter, benang merah, bahkan masa depan musik Ify Alyssa. Kapan dan bagaimana proses awal bisa, ‘yuk gue mau serius garap album’? Apakah album ini dibuat mengalir lagu per lagu atau Ify sudah membentuk kerangka, spirit, serta tema besar album sejak awal?
IA: Album ini dibikin mengalir sih. Dulu aku sempat ragu waktu Blink bubar. Aku lumayan bingung walau ini keputusan kita bersama. Kita udah dewasa udah waktunya kita jalan sendiri-sendiri dengan passion kita. Febby dengan sinetronnya, aku dengan musiknya. Tapi waktu itu belum kebayang seperti apa yang mau aku lakukan? Genre musiknya mau seperti apa? Bentuk image dan appearance aku penginnya seperti apa? Itu belum kebayang. Kemudian aku memutuskan untuk hajar bleh aja.
Akhirnya di single ‘Gitar’, aku nggak menyangka apresiasinya tinggi banget. Banyak banget orang yang suka lagu ‘Gitar’. Dari situ, aku yakin mau bikin album.
Waktu itu yang aku bingung adalah genre musiknya seperti apa ya? Karena kalau pop aja udah banyak dan itu nggak terlalu mencerminkan kepribadian aku. Akhirnya waktu itu aku sempat berbulan-bulan, setiap hari aku bikin lagu terus. Supaya aku bisa tahu warna musik aku yang sebenar-benarnya seperti apa.
Waktu itu aku stop dengerin lagu orang lain dan lebih banyak bikin lagu dengan piano sendiri. Akhirnya aku ketemu benang merahnya. Oh kayaknya gue gini deh. Terus aku sempat tunjukkin ke teman-teman terdekat aku yang ngerti musik juga tentunya. Terus mereka bilang, "Eh ini lo banget sih." Dari situ aku mulai percaya, dengan pendapat orang-orang tadi, berarti sebenarnya bagus dong orang udah bisa mengenal musik yang Ify banget. Kemudian aku memutuskan bahwa aku sudah punya benang merah dalam menulis lagu-lagu. Akhirnya aku tulis yang aku suka seperti apa.
M: Berarti, meski sambil jalan, tema utamanya tetap dicari ya?
IA: Iya, lebih kayak dinamika gitu kalau di album. Misalnya, udah banyak nih yang tema tentang patah hati, sekarang coba yang lebih positif deh. Lebih kayak gitu sih untuk dinamikanya.
M: Apakah ada tantangan tersendiri dalam pengerjaannya?
IA: Ada banget, karena pengerjaannya di tengah pandemi. Waktu itu udah 60 persen aku kerjakan, sisanya aku kerjakan selama pandemi dan itu lumayan menguras energi. Karena double kan harus kerja mobile. Biasanya, aku revisi langsung di studionya. Sekarang pakai acara koneksi internet jelek gitu-gitu. Jadi lebih effort gitu. Belum lagi untuk promosi albumnya. Biasanya kan aku ada media visit, bikin show case kecil-kecilan, atau kumpul sama fans. Ini sama sekali nggak bisa, jadi lumayan bikin stres juga.
M: Lagu 'Kabar Baik' menjadi pembuka yang apik. Banyak pujian untuk lagu ini, terutama pada liriknya. Kalau baca komentar pendengar, lagu ini tuh healing banget. Ada positive vibes di lirik lagunya. Boleh diceritakan bagaimana proses kreatif penulisan lirik dan notasi lagunya yang penuh makna dan dinamika?
IA: 'Kabar Baik' itu aku bikinnya agak akhir-akhir karena aku merasa rangkaian lagu-lagu di album aku itu lebih banyak dan cenderung medium tempo to slow. Akhirnya aku memutuskan untuk bikin lagu upbeat. Aku sempat kesulitan, tapi aku bilang, ini harus ada sih. Biar bisa jadi pembuka di album.
Waktu itu kalau nggak salah judulnya udah ditentuin dari awal. Pokoknya mau ‘Kabar Baik’ deh karena sekarang situasi udah mulai nggak jelas. Akhirnya terciptalah lagu ini.
M: Bicara soal lirik, Ify lebih suka menulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggris?
IA: Aku lebih suka menulis dengan Bahasa Indonesia karena lebih familiar. Bahasa Indonesia punya banyak diksi yang sangat bagus dan bisa di-eksplorasi. Selain itu, Bahasa Indonesia punya banyak kiasan yang mungkin orang jarang dengar, tapi tetap bisa dimengerti. Serunya di situ.
M: Selama menulis lagu, apakah Ify pernah mengalami kesulitan saat membuat liriknya?
IA: Sering banget mentok sih. Apalagi pas pandemi ini karena mungkin kita nggak ke mana-mana, kurang inspirasi, kurang ngobrol sama orang. Itu menurut aku berpengaruh banget sama musiknya. Jadi kadang harus dipaksa-paksa banget. Ini harus jadi lagu, baru bisa bikin. Kalau dulu kan mungkin lagi santai di rumah, main-main, eh dapat lagu. Kalau sekarang benar-benar harus niat mau bikin lagu, setelah itu baru bisa jadi lagunya. Kayak harus dibentuk sendiri inspirasinya.
M: Ify lebih terbiasa menulis lirik atau musiknya duluan?
IA: Mostly aku bikin lagunya dulu. Tapi waktu itu sempat juga kayak bikin dua verse atau dua kalimat lirik, baru aku kembangkan jadi lagu. Tapi lebih banyak lagu duluan sih baru aku isi liriknya.
M: Saat mendengarkan lagu 'Wind', ada perasaan seperti dibawa terbang ke negeri dongeng atau dimensi lain. Apakah Ify memang ingin menghadirkan suasana semacam itu di lagu ini?
IA: Sebenarnya lagu ini liriknya masih tentang cinta. Jadi kayak, ke manapun kamu pergi kita bersama-sama terus ya. Visualnya ini kartun banget sih. Aku ngebayanginnya, kayak ada cowok sama cewek, anak kecil gitu, terus mereka lagi naik daun, lagi terbang bersama. Jadi mungkin tergambar di lagunya agak ngawang-ngawang. Terbang-terbang itu memang benar adanya. Hehehe.
M: Berarti memang visualnya bisa diterima dengan baik oleh pendengar ya.
IA: Amin. Aku memang anaknya visual banget sih. Kalau bikin lagu pasti aku mikirin dulu suasananya. Misal, 'What About Us?' tuh malem, di danau. Jadi aku bikin sesuai suasana yang aku lagi pikirin.
Terus kalau ‘Kabar Baik’ juga aku bayanginnya lagi sepeda’an pagi-pagi sama Doyi. Doyi di keranjang.
M: Lagu 'Bermain Hujan' dan 'Far Away' punya daya tarik tersendiri. Ada aransemen yang menarik. Bisa dibilang keduanya punya musikalitas yang apik. 'Far Away' punya hook yang kuat di reff. Bahkan sejak intro sudah begitu membius. Lalu, 'Bermain Hujan' punya musik, lirik, dan notasi yang sangat menyatu. Bridge nya pun begitu emosional dengan menghadirkan perpaduan alunan piano Sri Hanuraga dan vokal Ify yang sama2 menghanyutkan. Apakah ada cerita menarik di balik lagu ini dan bagaimana proses kreatifnya?
IA: ‘Bermain Hujan’ itu tentang nostalgia masa kecil sih. Kayak betapa kita kangen main hujan-hujanan tanpa mikirin beban apapun. Kalau sekarang mungkin kayak, eh jangan hujan-hujanan ah, takut sakit atau apa. Kalau dulu tuh sesimpel, eh mau main hujan, keluar yuk! Terus ya senang-senang aja di luar, nggak mikirin apapun.
‘Bermain Hujan’ kayaknya punya notasi di bagian bridge yang cukup simpel. Makanya waktu itu aku eksplor rhythm pianonya. Aku bilang kak Aga, bisa nggak supaya bagian intensnya dapet tuh, jadi kayak klimaks, terus nanti turun lagi. Jadi lebih eksplorasi untuk rhythm pianonya juga.
Kalau 'Far Away' itu sebenarnya lagu nggak sengaja. Jadi, sore-sore ada adik kelas aku main di rumah aku. Dia tuh punya catatan di notebook. Terus aku kayak, "Ih gue mau sharing di Instagram soal gimana cara gue bikin lagu." Terus kebetulan dia ada tulisan lirik. Nah tulisan itu aku pakai sebagai lirik lagu ‘Far Away’. Tiba-tiba pas aku unggah ke Instagram ternyata banyak banget yang respons. Gila, ini beneran nih? Karena waktu itu pada bilang, "Ayo dirilis!" Jadi ya udah aku rilis beneran.
M: Saya ingin memberikan kredit tersendiri untuk 'Paper Kites'. Bisa dibilang lagu ini merupakan bukti kejeniusan seorang Ify Alyssa. Apa yang ada di bayangan Ify ketika membuat lagu ini? Bagaimana cara menghadirkan lagu yang begitu elegan, berteknik tinggi, tapi tetap bisa dinikmati seperti ini?
IA: 'Paper Kites' itu aku nulisnya di rumah. Oh, Paper Kites itu sebenarnya tugas kampus. Terus aku dari awal memang dapat notasinya tanpa aku sadari itu biramanya 5/4. Biasanya kan lagu tuh kebanyakan 4/4. Nah, ini hitungannya lumayan susah, tapi yaudahlah aku nggak mikirin yang penting aku dari awal memang bikinnya kayak gitu. Jadi sayang banget kalau aku harus ubah ke 4/4 demi terdengar lebih familiar. Terus menurut produser dan teman-teman aku juga kayak, "Ah, bagus kok kayak gitu." Yaudah akhirnya aku lanjutin lagunya. Malah kayak dapat inspirasinya di ketukan 5/4 itu.
M: Ini bisa dibilang idealisme dari seorang Ify ya? Namun, tetap manis dan bisa dinikmati.
IA: Hehehe bisa dibilang begitu sih. Aku memang lebih suka lagu-lagu seperti itu. Aku sebenarnya juga dengar bermacam lagu dan genre musik, tapi kalau terlalu complicated, nah itu malah pusing. Aku lebih suka yang manis aja gitu.
Babak 3. Eksplorasi Musik dan Pesan untuk Pendengar
M: Ify sepertinya sedang menyukai Kalimba ya.
IA: Iya, aku lagi coba-coba hobi baru waktu itu. Bosen. Jadi akhirnya aku beli kalimba. Terus menarik juga karena beda banget sama piano. Secara tutsnya beda, bukan sebelahan. Jadi banyak tantangan juga. Mungkin kelihatannya gampang, tapi susah. Sampai sekarang masih suka belibet juga mainnya.
M: Apakah ini artinya Ify nggak menutup kemungkinan kalau di album berikutnya bakal mengeksplor beragam alat musik dan genre? Atau apakah Ify sudah punya gambaran untuk album berikutnya?
IA: Aku udah ada gambaran sih untuk album berikutnya, tapi rahasia! Hahaha. Pengin sih ada kalimba, cuma belum tahu bisa dapat inspirasinya atau enggak.
M: Sebagai penutup, apakah ada pesan yang ingin disampaikan untuk pendengar 'Pelita Lara' dan musik Ify Alyssa?
IA: Aku pengin mengucapkan terima kasih untuk para pendengar karena mereka sudah menjadi inspirasi. Tanpa mereka, aku nggak akan termotivasi untuk bikin lagu. Tentunya, aku juga mendapatkan apresiasi dari mereka dan mereka bisa menikmati laguku. Aku berharap bisa terus membuat musik yang bermanfaat buat banyak orang. Semoga kita bisa terus saling menginspirasi satu sama lain.