Pandemi Tekan Harga di Pasaran, Petani Kopi Sulit Kembangkan Produktivitas

Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari mengungkapkan, rendahnya produktivitas petani salah satunya disebabkan pohon kopi mereka yang sudah tua.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 14 Maret 2021 | 13:37 WIB
Pandemi Tekan Harga di Pasaran, Petani Kopi Sulit Kembangkan Produktivitas
Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari dan Ketua Dewan Kopi Indonesia Anton Apriyantono menyampaikan paparannya tentang permasalahan kopi, Sabtu (13/3/2021). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Pertanian mungkin jadi salah satu sektor yang tidak terlalu disorot dalam pembahasan soal dampak pandemi Covid-19. Namun bukan berarti produksi bahan pangan tetap bisa bertahan di masa sulit ini.

Salah satunya, para petani kopi saat ini mengalami kesulitan dalam memproduksi hasil pertaniannya. Harga kopi yang ditekan sedemikian rupa tak membuat mereka mendapatkan keuntungan yang memadai.

"Produksi [kopi] meningkat, tapi nilai turun karena di masa pandemi harga mengalami tekanan," ujar Ketua Dewan Kopi Indonesia Anton Apriyantono dalam peringatan Hari Kopi Nasional di Yogyakarta, Sabtu (13/3/2021) sore.

Mantan Menteri Pertanian di era pemerintahan SBY ini menyebutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia pada 2020 lalu mencapai 773,4 ribu ton.

Baca Juga:FKKMK UGM Mundur dari Penelitian Vaksin Nusantara, Ini Penyebabnya

Angka ini meningkat 0,65 persen dibandingkan 2019 lalu yang mencapai 761 ribu ton.

Sementara, total konsumsi kopi dalam negeri mencapai 294 ribu ton pada 2020. Angka ini terus meningkat pada 2021 ini yang mencapai 370 ribu ton.

Namun, petani kopi sampai saat ini masih saja mengalami masalah klasik. Produktivitas petani rendah, hanya mencapai 0,7 ton per hektar per tahun. Padahal Vietnam mampu memproduksi 3-4 ton per hektare per tahun.

"Ekspor kopi pun sebenarnya mengalami kenaikan dari tahun lalu namun lebih banyak pada kopi olahan. Ini yang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Petani tidak hanya kesulitan dalam produktivitas namun juga transportasi, air dan teknologinya," tandasnya.

Karena itu, Dewan Kopi Indonesia mencoba memberikan berbagai masukan pada pemerintah agar petani kopi tidak semakin dirugikan.

Baca Juga:Komunikasi Tak Jelas, UGM Pilih Mundur dari Penelitian Vaksin Nusantara

Pemerintah perlu memberikan pendamping bagi para petani agar mereka mampu melakukan cara bercocok tanam dan memanem kopi dengan baik.

Kelembagaan di tingkat petani pun perlu ditingkatkan melalui koperasi atau kelompok lain. Sistem perdagangan pun perlu dikembangkan agar mereka mampu memasarkan produknya secara optimal.

"Bisa saja melalui resi gudang," ujarnya

Sementara, Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari mengungkapkan, rendahnya produktivitas petani salah satunya disebabkan pohon kopi mereka yang sudah tua, sehingga lahan mereka tidak bisa menghasilkan banyak panen.

Konsep peningkatan produktiitas dan kualitas pun perlu dipikirkan. Dengan demikian harga kopi tidak semakin tertekan dan petani mampu menjaga kualitas kopi selain kuantitas.

"Petani juga perlu dibantu untuk mengatasi berbagai persoalan melalui teknologi," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini