SuaraJogja.id - Usai menangkap dan menggeledah rumah terduga teroris berinisial W (40) di Padukuhan Widoro, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, dan KB (43) di Sergoyoso, Pleret, Kabupaten Bantul, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menggeledah rumah terduga teroris yang berada di Bumi Projotamansari, Sabtu (3/4/2021) siang. Penggeledahan dilakukan selama 4 jam.
Terduga teroris berjenis kelamin pria berinisial DK (39) diketahui ditangkap oleh tim Densus 88. Rumahnya yang berada di Gang Salak, Dusun Salakan-Jotawang RT 8, Padukuhan Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul ikut digeledah.
Dukuh Jotawang, Arintoko saat ditemui di kediamannya yang tidak jauh dari rumah terduga teroris menyebutkan, sejak pukul 10.00 wib sejumlah orang yang mengaku aparat mendatangi rumahnya.
"Pagi hari sudah dapat kabar jika ada petugas Mabes Polri yang akan datang ke rumah warga saya (DK). Tapi saat itu belum tahu jika ada pemeriksaan terkait apa," jelas Arintoko kepada wartawan, Sabtu.
Baca Juga:Top 5 SuaraJogja: Terduga Teroris Bantul Ditangkap, Ponpes Sleman Digeledah
Ia baru mengetahui jika penggeledahan di rumah warganya berkaitan dengan terduga teroris. Penggeledahan dilakukan sejak pukul 12.00 wib.
"Saya baru tahu jika penggeledahan itu kaitannya dengan dugaan teroris pukul 12.00 wib. Saya diminta juga menjadi saksi untuk penggeledahan itu. Saya juga minta ketua RT 08 ikut mendampingi," katanya.
Ia menuturkan ada banyak barang yang diamankan oleh tim Densus 88, mulai dari buku-buku, dokumen, banner, handy talkie, kamera digital dan juga vcd lama.
"Jika bahan eksplosif atau senjata tajam tidak ada. Senapan atau pistol itu tidak ada. Barang-barang dimasukkan ke dalam plastik lalu dibawa pergi. Penggeledahan selesai pukul 16.00 wib ," ujar dia.
Arintoko menjelaskan bahwa hampir satu pekan ini dirinya tak pernah bertemu DK. Namun istri DK masih berada di rumah untuk mengurus usaha roti dan kue miliknya.
Baca Juga:Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Bantul, Begini Kronologinya
"Sepekan ini saya belum bertemu yang bersangkutan. Tapi istrinya masih di rumah terus, kan mereka buka usaha roti dan kue ya. Jadi informasi yang saya dengar dari petugas tadi, dia ditangkap di luar DIY, katanya di Jakarta saat perjalanan ke Jogja," kata Arintoko.
Ia melanjutkan bahwa DK, sejak 2008 tinggal dan membeli rumah di Gang Salak itu. Sebelumnya berpindah-pindah dan baru mendapat rumah tetap di Padukuhan Jotawang.
"Dia ini asalnya dari Batang, Jawa Tengah. Jika istrinya dari Gorontalo. Tinggal di sini sudah dari 2008 , dan baru ber-KTP Jotawang sekitar 2010. Jadi sudah tersaftar sebagai warga Jotawang," terang dia.
DK, lanjut Arintoko, biasa berinteraksi dengan warga. Bahkan ikut melakukan jaga malam atau ronda ketika tiba jadwalnya.
"Orangnya baik, dia cukup pintar, berbicara dengan saya saja terstruktur, kadang saya juga segan," ujarnya.
Tak hanya aktif berkegiatan, DK juga biasa ditunjuk menjadi khatib pada sholat Jumat. Selain itu saat Ramadan, selalu mengisi ceramah saat menjelang berbuka puasa.
Namun sekitar tahun 2016, DK sudah jarang di rumah, pengusaha roti dan kue ini juga lebih sering ke luar kota. Sementara istrinya yang mengurus usaha tersebut dan biasa sendiri di rumah.
"Dulu pelanggannya banyak yang datang, ya usahanya masih jalan sampai sekarang. Pelanggan juga ada yang datang tapi tak sebanyak dulu, yang mengurus istrinya. Selain itu istrinya biasa mengisi beberapa tutorial memasak dan membuat kue di radio-radio yang ada di Jogja," terang dia.
Dari pantauan Suarajogja pada pukul 18.45 wib rumah terduga teroris bercat kuning tersebut nampak sepi. Kendati demikian lampu teras rumah menyala dan tidak terlihat ada orang di dalamnya.
Terpisah, tetangga DK yang berada tepat di samping rumahnya, Muhammad Abi Farruq (27) mengaku bahwa akhir-akhir ini DK tak pernah terlihat di rumah, hanya ada istri saja di rumah itu.
"Mereka tinggal hanya berdua saja, kebetulan tidak punya anak. Dulu selalu pindah-pindah, dan akhirnya membeli rumah di sebelah rumah saya ini," terang Abi.
Sosok DK memang mudah berkomunikasi, dia tidak tertutup dan biasa saja. Bahkan kepribadian yang tak pernah mengundang curiga.
"Dia biasa saja, pakaiannya juga seperti warga pada umumnya, pakai celana panjang seperti biasa. Tapi saya tidak menyangka jika dia terlibat dengan dugaan teroris ini. Padahal orangnya baik," ujar dia.