SuaraJogja.id - Umat Muslim akan berbondong-bondong mencari menu makanan saat menjelang berbuka puasa di Bulan Ramadan. Biasanya mereka mencari takjil berbuka yang dijual di pinggir jalan atau mendatangi masjid-masjid yang biasa menyediakan menu berbuka.
Masjid Sabillurosyad, yang dikenal juga dengan Masjid Kauman Bantul, selalu menyediakan menu berbuka puasa berupa bubur. Makanan ini selalu dibagikan gratis saat berbuka puasa di bulan Ramadan.
Ketua Takmir Masjid Sabillurosyad Hariyadi menjelaskan, takjil bubur ini adalah tradisi turun temurun yang selalu dilakukan oleh pendahulunya.
"Sudah sejak zaman dahulu pembagian bubur sayur lodeh ini dilakukan. Jadi ada makna sendiri kenapa masjid kami menyediakan bubur kepada para jemaah yang datang," ungkap Hariyadi, ditemui wartawan di masjid setempat, Pedukuhan Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Bantul, Kamis (15/4/2021).
Baca Juga:Belum Terima Vaksin, Pedagang di Bantul Akui Masih Khawatir Berjualan
Bubur sendiri, kata Hariyadi, diambil dalam bahasa Arab, yaitu "bibirin", yang bermakna "kebagusan", sehingga orang atau jemaah yang datang ke masjid akan menerima hal yang baik.
Ia melanjutkan bahwa kata bubur juga dimaknai dengan kata beber, yang berarti setiap Muslim yang hadir ke masjid mendapat ilmu dan pengetahuan tentang Islam.
"Makna lainnya adalah kata babar, yang artinya ekonomis. Jadi untuk membuat makanan ini sangat murah dan mudah. Tidak perlu menggunakan banyak bahan dan tentu bisa dibagikan secara merata ke jemaah," ujar dia.
Selain itu, bubur juga sebagai makanan yang lembut, sehingga yang menyantap makan ini menerima dan dimungkinkan bisa menyampaikan Islam dengan cara yang santun dan tidak keras dan mudah dicerna.
"Tidak hanya bubur saja, terkadang ada lauk yang disediakan oleh warga yang ingin menyumbang. Jadi dari awal bubur kami selalu menggunakan sayur lodeh. Yang jelas selalu ada bubur saat berbuka puasa," ungkap Hariyadi.
Baca Juga:Pemain Bola Buka Puasa di Tengah Pertandingan, Tuai Pujian Publik
Meski dalam situasi pandemi covid-19, takmir masjid masih melakukan pembagian bubur gratis kepada para jemaah. Namun, jumlahnya sangat dibatasi.
"Tahun kemarin karena awal Covid-19 dan pemerintah melarang menggelar kegiatan di masjid selama Ramadan, tidak ada pembagian bubur ini. Nah sekarang sudah diizinkan, sehingga kami batasi saja porsi buburnya," ungkap dia.
Selama 30 hari hingga puasa usai, takmir akan menyiapkan bubur sebanyak 100 porsi. Jumlah tersebut cukup dibagikan kepada warga yang berada di sekitar Padukuhan Kauman.
"Jadi tiap harinya kami sediakan hanya 100 porsi saja. Karena harus dibatasi dan mengurangi kerumunan. Tapi jika tidak ada pembatasan biasanya sampai 500 porsi bubur kami bagikan," ujarnya.
Mengingat aktivitas keagamaan selama Ramadan diizinkan kembali, kegiatan salat tarawih juga dilaksankan usai salat Isya.
"Selepas Isya kami juga melakukan tarawih dan witir, biasanya 23 rakaat. Untuk salat tarawih dan Isya kami batasi hanya boleh 200 orang. Kami juga punya satuan tugas pencegahan Covid-19 di masjid ini untuk mengawasi dan melaporkan jika terjadi penularan di dalam masjid. Insyaallah hal itu tidak terjadi," terang dia.
Dengan menjaga tradisi di dalam masjid tersebut ditambah kembali diizinkannya kegiatan di masjid, Hariyadi berharap masyarakat bisa menyambut Ramadan tahun ini dengan banyak ibadah.
"Harapannya ini menjadi penyulut semangat warga untuk memaknai Ramadan lebih dalam lagi. Semoga menambah aktivitas keagamaan yang sebelumnya redup, menjadi ramai kembali," jelas dia.