Bagaimana tidak? Posisi barisan lampu lentera di kawasan vital Jogja itu menjadikan mereka saksi bisu pengalaman banyak orang, khususnya yang sempat melukis memori manis di sana dan berharap bisa mengulanginya.
Untungnya, mereka hanya saksi bisu, sehingga cukup menjadi penghangat suasana malam lakon cerita.
Meski begitu, jangan meremehkan lampu Jogja. Walaupun tak bisa bicara, katanya tersirat makna filosofis dari desainnya.
Yang pertama, desain umpak atau fondasi tiang lampu Jogja ini mencerminkan kekokohan, tak jauh dari fungsinya untuk memberi kekuatan sebagai konstruksi kaki tiang lampu.
Baca Juga:Niat Beli Apa yang Dibeli Apa, Ini Beda Cowok dan Cewek Belanja di Mal
Tak kalah penting, motif pada lampu Jogja, yang berbentuk ukiran daun melengkung berirama, juga menjadi simbol sifat ramah dan saling menghormati masyarakat Jogja.
Untuk mendukung kekuatan dari umpak, ada gelung atau cincin, yang menyambungkan tiang dan menjadi titik perubahan dari tiang berukuran besar pada bagian bawah ke yang lebih kecil.
Selain itu, ada juga yang dinamakan hasta, yakni lengan atau cabang tiang lampu Jogja. Fungsinya tak lain untuk menyangga kap lampu atau lentera Jogja.
Terakhir pada puncak klampu Jogja, terdapat mahkota. Desannya yang mewah dan elegan memancarkan kharisma penghangat malam di Jogja ini.
Begitulah kira-kira keistimewaan lampu-lampu antik Jogja. Tertarik untuk foto dengan mereka?
Baca Juga:Sehat dan Lezat, Cobain 5 Rekomendasi Rumah Makan Vegetarian di Jogja Ini!