“Kecerdasan buatan GeNose C19 versi terbaru juga menyediakan indikator bagi operator untuk menerapkan SOP secara tepat agar pembacaan kurva lebih akurat dan mudah,” jelas Dian.
Dian menambahkan SOP GeNose C19 yang lebih ringkas dan sederhana untuk operator. SOP tersebut terdiri dari dua halaman yang meliputi tahap persiapan alat, pengambilan sampel, hingga pengelolaan limbah GeNose C19. Dengan mekanisme tersebut, operator alat GeNose C19 bisa mempersiapkan kondisi lingkungan sebelum pengambilan sampel napas.
Dian menjelaskan, peneliti akan memberikan pelatihan dan mengirim mesin GeNose C19 versi terbaru ke setiap institusi tersebut untuk mengavaluasi validasi dan akurasi alat sehingga dapat memberikan jaminan kepastian dalam penggunaan GeNose C19.
“Tujuannya untuk mengonfirmasi performance alat itu apabila diimplementasikan di kondisi real dengan berbagai macam perilaku operator dan kondisi. Tentunya memang secara hipotetical akan sedikit berbeda dengan konidisi penelitian. Itulah pentingnya mengapa harus ada uji validitas eksternal itu,” ujar Dian.
Baca Juga:Stasiun Kereta Api Medan Sediakan Layanan Pemeriksaan GeNose C-19
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Kuwat menyampaikan selain kecerdasan buatan, juga terdapat pengembangan sistem penjaminan mutu yaitu kalibrasi.
“Kalibrasi ini berguna untuk menyeragamkan atau membuat sistem konsisten, antara mesin satu dan lainnya,” tutur Kuwat.
Sebagai alat kesehatan, GeNose C19 juga sedang berada dalam tahap uji diagnostik post-marketing, yaitu uji validitas eksternal yang dilakukan oleh tiga institusi yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia, dan Universitas Airlangga.