SuaraJogja.id - Sebanyak 12 dari 40 museum yang ada di DIY saat ini terpaksa ditutup. Sebab selama pandemi, tidak ada pengunjung yang datang ke museum. Dari 12 museum yang tutup, dua di antaranya bahkan sudah nonaktif.
Kebanyakan museum yang tutup dikelola oleh pihak swasta. Kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang diterapkan pemerintah membuat museum bukan menjadi pilihan untuk dikunjungi meski protokol kesehatan (prokes) diterapkan.
Angka kunjungan museum di DIY pun dikhawatirkan semakin turun pada tahun ini. Sejak pandemi, angka kunjungan museum di DIY turun lebih dari 50 persen pada 2020 lalu dibandingkan pada 2019 yang mencapai 5 juta orang.
"Padahal museum-museum swasta itu hidup dari tiket masuk pengunjung. Kalau tidak ada pengunjung yang datang, maka mereka tidak bisa membayar karyawan sehingga lebih memilih tutup selama pandemi," ungkap Ketua Badan Musyawarah Musea (barahmus) DIY, Bambang Widodo di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (15/06/2021)
Baca Juga:Wah! Pabrik Nintendo Akan Diubah Jadi Museum Game
Menurut Bambang, banyak sumber daya manusia (SDM) di sejumlah museum yang dirumahkan selama pandemi. Tidak adanya pemasukan membuat operasional museum akhirnya tidak berjalan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan dihentikannya bantuan dari pemerintah saat ini. Hal ini dilakukan mengingat pandemi juga tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.
"Sebenarnya sudah kita fasilitasi dengan bantuan APD dengan alat thermo gan dan dengan tempat cuci tangan tapi [banyak museum] belum bisa buka. Ya mungkin SDM, mungkin juga karena masih kendala ppkm (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berskala Mikro-red) karena kasus covid-19 masih tinggi, jadi belum bisa untuk buka," tandasnya.
Bambang menambahkan, Barahmus berupaya untuk mencarikan bantuan Asosiasi Museum Indonesia (AMI) agar museum-museum tersebut bisa kembali buka. Tiga museum pun akhirnya bisa kembali beroperasi seperti Museum Batik, Museum Affandi dan Museum Beber Sekartaji.
Namun dengan kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang terus saja diterapkan, Bamban pesimis angka kunjungan akan naik pada tahun ini. Apalagi sejak pandemi pada 2020 lalu, angka kunjungan ke museum di DIY sudah turun drastis.
Baca Juga:Maling Satroni Museum TPB Margarana Bali, Barang Bersejarah Digondol
"Karenanya prioritas baramus adalah bagaimana museum membuat acara yang kreatif, termasuk membuat acara virtual acara yang menarik bagi pengunjung," ungkapnya.
Sementara Kabid Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY Rully Andriadi mengungkapkan, dukungan sejumlah stakeholder diperlukan untuk kembali memulihkan museum selama pandemi. Di antaranya mengajak Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY dan pengelola wisata untuk menawarkan paket-paket wisata ke museum bagi para tamunya.
"Saya akan mengajak teman-teman dari public relations and sales atau front office hotel untuk saya aja ke museum-museum untuk memperlihatkan ini loh bahwa museum-museum kita punya potensi yang bisa menjadi tujuan wisata. Diharapkan phri bisa merespon kunjungan di museum ini juga bisa lewat dari teman-teman di perhotelan," paparnya.
Dengan menerapkan protokol kesehatan, Rully optimis angka kunjungan ke museum bisa meningkat. Apalagi di masa pandemi ini, masyarakat sudah jenuh berada di rumah dan butuh hiburan.
Namun Rully berharap pengelola museum memiliki kesiapan bila kerjasama dengan sejumlah stakeholder diberlakukan. Dengan demikian paket-paket wisata bisa dinikmati pengunjung dengan optimal.
"Yang jelas kami optimis museum bisa ambil bagian di sini karena masyarakat sudah mulai jenuh di rumah saja. Salah satunya museum siap untuk dikunjungi dan aman untuk wisata di Jogja," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi