Epidemiolog UGM: Penyebaran Covid-19 Harus Dihentikan, Tambah Restriksi Mobilitas

"Dampak paling utama adalah pada peningkatan kasus yang sangat cepat, dan itu menjadi fenomena terjadi di India," kata Riris.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 16 Juni 2021 | 19:45 WIB
Epidemiolog UGM: Penyebaran Covid-19 Harus Dihentikan, Tambah Restriksi Mobilitas
Epidemiolog UGM dr Riris Andono. [Dok. Kagama.co]

SuaraJogja.id - Sebaran kasus Covid-19 di Indonesia belum berhenti hingga saat ini. Lebih mengenaskan lagi virus corona varian delta bahkan telah menyebar di beberapa daerah.

Pakar Epidemiologi UGM dr Riris Andono Ahmad mengatakan, diperlukan restriksi mobilitas guna mengantisipasi terjadinya penyebaran yang kian masif di berbagai wilayah.

Pasalnya, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, virus varian delta itu masuk ke dalam Variant of Concern (VoC) yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Selain varian delta, ada pula virus varian Alpha, Beta, dan Gamma yang juga masuk dalam kategori VoC.

Masuknya varian delta ke dalam VoC tersebut perlu menjadi perhatian tersendiri. Sebab, hal itu berarti varian ini memiliki tingkat durasi penularan yang jauh lebih cepat.

Baca Juga:Penularan Covid-19 Varian Delta Sangat Cepat, Peningkatan Prokes Mutlak Dilakukan

"Dampak paling utama adalah pada peningkatan kasus yang sangat cepat, dan itu menjadi fenomena terjadi di India," kata Riris dalam Webinar 'Varian Virus Corona Delta di Kudus', Rabu (16/6/2021).

Riris menuturkan penyebaran virus corona varian delta yang tergolong lebih cepat itu sudah tentu menimbulkan efek yang tidak baik. Khususnya perihal potenso penambahan kasus yang kian melonjak dalam waktu singkat.

Hal itu, lanjut Riris, bukan tidak mungkin bakal memunculkan silent transmision di dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu. Dampaknya tentu penularan itu akan semakin susah dibendung lagi.

"Misal saat sumber penularan yang masih tidak bergejala itu bebas berkeliaran, maka paparan itu akan banyak muncul. Kita lihat sekarang mobilitas meningkat pasca lebaran dan muncul penularan kasus. Ini menyebabkan angka reproduksi Covid-19 besar," terangnya.

Saat ini pemerintah terus berupaya mengerem laju peningkatan kasus Covid-19 itu dengan 3M serta 3T. Belum lagi ditambah percepatan vaksinasi kepada masyarakat yang dilakukan secara masif juga.

Baca Juga:Jadi Biang Keladi Meroketnya Covid-19 di Indonesia, Varian Delta Bikin Vaksin Tak Efektif

Namun dalam hal menghentikan penyebaran virus itu memang harus berfokus kepada bagaimana cara menurunkan reproduksi di bawah satu.

Maka dari itu menurut Riris, upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah tadi perlu ditambah lagi yakni dengan restriksi mobilitas.

Riris menyebut kombinasi strategi 3M, 3T, restriksi mobilitas dan vaksinasi perlu dilakukan agar Covid-19 dapat dikendalikan.

"Apabila kita kesulitan menemukan kasus yang ada entah kapasitas diagnosis kita atau isolasi, karantina. Maka restriksi mobilitas menjadi cara paling efektif menghentikan sirkulasi virus di populasi," ungkapnya.

Riris turut menyoroti terkait dengan penerapan pembatasan wilayah administrasi skala mikro hingga ke RT atau RW. Ia menilai perlu pembatasan yang lebih luas lagi menyikapi kondisi saat ini.

Termasuk dengan pembatasan yang semestinya dilakukan ke skala epidemiologi. Mengingat penularan yang terjadi sudah berada di berbagai wilayah.

"Di WHO ada 3 level penularan di komunitas. Begitu meluas maka perlu menghentikan mobilitas di satuan epidemiologi," ujarnya.

Ditambahkan Riris, penularan yang terjadi selama ini justru terjadi di rumah. Sebab memang kemungkinan terpapar corona di rumah bukan hal yang mustahil.

Guna lebih memaksimalkan efek dari pengurangan atau penghentian transmisi virus itu. Maka menurut perhitungan diperlukan sekitar tiga minggu atau dua kali waktu periode infeksius untuk menjalankan restriksi mobilitas itu.

"Saat tidak melakukan penghentian mobilitas cukup lama dan transmisi belum selesai di rumah. Lalu mobilitas dilonggarkan pada saat itu juga transmisi meningkat. Hal ini yang menjadi perhatian kita," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak