SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Meski belum teramati kembali guguran awan panas namun luncuran lava masih terus berlangsung.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan dalam periode pengamatan Minggu (25/7/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB teramati sejumlah guguran lava.
"Teramati 10 kali guguran lava pijar ke barat daya dengan jarak luncur maksimum 1500 meter dan 5 kali ke tenggara dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (25/7/2021).
Guguran itu memang tidak hanya mengarah ke barat daya saja, melainkan juga menuju ke arah tenggara. Hal ini disebabkan dua kubah lava Gunung Merapi yang juga masih bertumbuh.
Baca Juga:Volume Kubah Lava di tengah Kawah Merapi Diperkirakan 2,8 Juta Meter Kubik
Diketahui berdasarkan pengamatan terbaru pada sektor barat daya, volume kubah lava tercatat sebesar 1.880.000 meter kubik. Sedangkan analisis dari Stasiun Kamera Deles3 menunjukkan volume kubah tengah sebesar 2.808.000 meter kubik.
Dalam periode pengamatan terbatu tersebut visual gunung terlihat jelas. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah.
Sejumlah kegempaan juga terpantau terus terjadi dari Gunung Merapi dalam periode enam jam ini. Mulai dari kegempaan guguran sebanyak 25 kali, hembusan sejumlah 2 kali, hybrid atau fase banyak sejumlah 54 kali dan vulkanik dangkal sebanyak 13 kali dan tektonik jauh 1 kali.
Sementara jika dibandingkan dengan periode pengamatan sebelumnya atau tepatnya pada Sabtu (24/7/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB. Masih tidak teramati ada awan panas guguran yang muncul.
Aktivitas Merapi pada periode 24 jam itu juga masih sama dengan guguran lava serta kegempaan yang terjadi. Dalam periode itu jarak luncur maksimal tercatat lebih jauh.
Baca Juga:Sepekan 166 Guguran Lava, Volume Kubah Lava Tengah Merapi Hampir Tembus 3 Juta Meter Kubik
Setidaknya ada 6 guguran lava yang mengarah ke tenggara dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter. Ditambah dengan 20 kali guguran lava ke barat daya dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter
"Serta 2 kali [guguran lava] ke barat dengan jarak luncur maksimum 800 meter," tuturnya.
Untuk kegempaan sendiri masih didominasi kegempaan hybrid atau fase banyak yang mencapi 183 kali, lalu ada kegempaan guguran sebanyak 155 kali dan hembusan sejumlah 22 kali.
Ada pula vulkanik dangkal sejumlah 59 kali, tektonik jauh tercatay 2 kali dan low frekuensi juga hanya 2 kali.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.
Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.
Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.