Puluhan Warga Terpapar Gegara Ada yang Tidak Percaya Covid-19, Perum Gama Asri Dilockdown

Akibat adanya puluhan warga yang positif Covid-19 perum Gama Asri dilakukan lockdown

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 03 Agustus 2021 | 14:55 WIB
Puluhan Warga Terpapar Gegara Ada yang Tidak Percaya Covid-19, Perum Gama Asri Dilockdown
Ilustrasi lockdown (Unsplash/Matt Seymour)

SuaraJogja.id - Sebanyak 43 warga dari empat RT yang berada di Perumahan  Gama Asri, Padukuhan Gading Wetan, Donokerto, Turi, Sleman dinyatakan terpapar Covid-19. Kondisi tersebut membuat satu lingkungan perumahan tersebut harus menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk sementara waktu.

Lurah Donokerto R Waluyo Jati menuturkan sebaran kasus di wilayah tersebut diduga berasal dari warga tak percaya Covid-19 yang justru terlebih dulu terpapar virus corona.

Namun akibat ketidakjujuran dari warga tersebut alhasil banyak warga yang ikut tertular saat menjalani kegiatan bersama penyembelihan hewan kurban beberapa waktu lalu.

"Sementara ini kita lockdown (Perumahan Gama Asri), banyak gang yang ditutup karena masih banyak kasus to ini. Jadi kita putuskan untuk lockdown," kata Jati saat dihubungi awak media, Selasa (3/8/2021).

Baca Juga:Dampak Pandemi, Omzet Anjlok Tak Surutkan Niat Pengusaha Kafe Sleman Bantu Nakes

Jati menyampaikan bahwa saat ini sejumlah warga yang terpapar Covid-19 di wilayah perumahan tersebut sudah dipindahkan ke selter isolasi. Pasalnya ada beberapa dari warga yang diketahui bergejala ketika terpapar.

"Jadi (beberapa warga) sudah kita bawa ke selter UGM, UII dan selter yang lain untuk pengamanan karena memang banyak yang bergejala. Harapannya nanti sudah bisa mandali atau terkendali kembali," tuturnya.

Dikatakan Jati, selama ini pihaknya telah menerapkan aturan pemerintah khususnya terkait pengetatan aktivitas masyarakat.  Imbauan dan edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh senantiasa dilakukan untuk menjaga lingkungan dari paparan virus corona.

Pihaknya menduga kondisi perumahan yang memang padat penduduk menjadi salah satu faktor penularan terjadi dengan cepat. Selain juga masih ada beberapa pelanggaran terhadap penerapan protokol kesehatan di masyarakat.

"Jadi kita udah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memberikan edukasi terhadap masyarakat supaya nanti apa yang diprogramkan pemerintah ini ditaati. Tapi memang ada pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan daerah-daerah yang padat penduduk ini sangat cepat penularannya," ungkapnya.

Baca Juga:Dispar Sleman Rencanakan Tambah Lagi Destinasi Wisata Untuk Gelar Vaksinasi

Ditambah lagi, kata Jati, ketidakjujuran dari warga juga menjadi faktor utama penularan Covid-19 di wilayahnya. Termasuk salah satunya dari kasus seorang warga yang awalnya tidak percaya Covid-19 ini.

"Sudah positif tapi memang tidak merasa positif, itu yang repot. Padahal juga sudah tidak enak badan. Ternyata setelah dicek, setelah ada klaster baru, ditracing sebelumnya dia itu sudah positif. Jadi memang ini kendala di lapangan. Mungkin tidak hanya di Donokerto tapi di tempat lain juga seperti itu," urainya.

Dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Raya Idul Adha kemarin pun, klaim Jati, protokol kesehatan telah diterapkan dengan baik. Imbauan kepada masyarakat untuk memakai masker dua lapis juga sudah diberikan.

Selama penyembelihan hewan kurban di lingkungannya warga yang ikut sebisa mungkin selalu menerapkan protokol kesehatan. Namun tidak dipungkiri tetap ada celah-celah penularan saat kegiatan berlangsung.

"Kita sudah mengimbau untuk masker dua lapis tapi serapat-rapatnya masker karena memang pelaksanaannya itu lebih dari 15 menit tentunya juga membuat virus itu lebih banyak menyebar dan bahkan mungkin dalam sekian jam, waktu kegiatan itu bisa tertutup rapat tapi ada celah ketika itu dibuka satu dua orang, ada yang ngerokok, istirahat, makan tentunya ini menimbulkan kerawana. Itu yang menyebabkan," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan puluhan warga di perumahan Gama Asri, Padukuhan Gading Wetan, Donokerto, Turi, Sleman dinyatakan terpapar Covid-19. Mirisnya penularan itu diduga disebabkan dari salah seorang warga yang tidak percaya virus corona.

"Ya memang (tidak percaya Covid-19). Berawal dari warga yang tidak jujur dan jalan-jalan mengikuti penyembelihan sapi sehingga itu menularkan kepada masyarakat yang lain," ujar Jati.

Penularan tersebut mulai diketahui setelah perayaan penyembelihan hewan kurban atau Hari Raya Idul Adha tepatnya tanggal 20 Juli 2021 lalu. Setidaknya saat ini ada total 43 kasus yang ditemukan dari hasil tracing kontak erat.

Jati menuturkan sebelumnya salah seorang warga yang diketahui berusia sekitar 50 tahunan itu sudah mengeluhkan kurang enak badan. Namun warga yang bersangkutan justru tetap nekat mengikuti rangkaian kegiatan penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha kemarin.

"Jadi, yang kontak pertama itu 35 orang. Terus penambahan hari ini 7 kasus. Sehingga, totalnya dengan yang pertama jadi 43 kasus," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini