SuaraJogja.id - Joko Widodo atau Jokowi dan Nike Ardilla adalah sosok fenomenal di negeri ini. Meski hidup dalam masa yang berbeda, dua nama ini begitu banyak dikenal khalayak.
Adalah Festival seni rupa Artjog 2021 yang kemudian mempertemukan dua nama besar ini di Jogja National Museum (JNM). Pelukis seni kontemporer Eko Nugroho, dalam karya instalasinya bertajuk "Destroyed in Peace" (Hancur dalam Kedamaian), menghadirkan sosok Presiden Jokowi sebagai satu dari sekian karya seni kontemporernya yang dipamerkan dalam Artjog kali ini.
Bersanding dengan karya lukis yang menggambarkan sosok tenaga kesehatan (nakes) yang menggunakan Alat Pelindung Diri, seniman asal Yogyakarta ini mencoba menyampaikan dinamika fenomena pandemi Covid-19 dan bagaimana tiap figur memiliki perannya melawan virus yang mematikan dan membawa kehancuran secara diam-diam.
Sementara sosok Nike Ardilla, penyanyi top era 1990-an yang meninggal secara tragis pada 1995 lalu, ditampilkan Nurrachmat Widyasena atau Mas Ito, seniman asal Bandung melalui karya yang kental dengan elemen retro futuristik. Mas Ito menghadirkan karya instalasi mesin waktu dalam proyek Taimket dengan kehidupan sosok penyanyi fenomenal tersebut sebagai tujuannya.
Baca Juga:TERBONGKAR! Gibran Disuruh PDIP Pasang Baliho Puan Maharani 'Kepak Sayap Kebhinekaan'
Manager Publikasi Artjog MMXXI Amelberga Astri disela pameran, Kamis (05/08/2021), mengungkapkan, ArtJog 2021, yang digelar secara daring pada 8 Juli hingga 31 Agustus 2021 ini, melanjutkan trilogi Arts In Common sejka 2018 lalu dengan tema Time (to) Wonder. Tema ini seharusnya dihelat 2020 lalu, namun karena pandemi Covid-19 harus ditunda pada tahun ini.
"Tahun 2021 ini, kita berusaha untuk bangkit dan mengejar yang tertunda satu tahun lalu sehingga kita meneruskan tema time to wonder dengan ide yang awal," jelasnya
Menghadirkan 41 seniman asal Indonesia yang tergabung dalam ArtJog 2021, mereka mempresentasikan karya-karya yang lebih beragam. Kalau event yang sama didominasi seni dua dimensi karena banyak keterbatasan, maka tahun ini banyak seniman yang mulai kembali menghadirkan karya seni tiga dimensi.
"Sudah ada beberapa karya yang spesifik, tiga dimensi bahkan proyeksi. Cuman interaksi [karya dan penonton] masih belum bisa," ujarnya.
PPKM Darurat, yang diterapkan pemerintah, lanjut Amel, membuat pameran tahun ini tidak bisa dikunjungi penikmat seni.
Baca Juga:Bukan Politis, Pakar Beberkan Alasan Pesawat Presiden Berwarna Biru-Putih
Kondisi ini berbeda dari tahun lalu saat pengunjung bisa datang secara langsung meski dengan jumlah terbatas dan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
Namun tahun ini, Artjog kembali bisa dinikmati secara virtual. Namun berbeda dari tahun lalu, kali ini pameran virtual lebih ke penyajian informasi atau program Artjog secara online sepertui video eksibisi, pertunjukan online dan diskusi daring.
"Sampai saat ini mulai 8 juli sampai sekaran pameran belum bisa dibuka untuk publik. Kita masih menunggu update [PPKM] apakah akan dilonggarkan. Harapannya adalah kami tidak ingin melanggar aturan [PPKM]. Namun hingga ditutup 31 Agustus nanti harapannya masih ada waktu penonton untuk bisa punya pengalaman langsung untuk hadir kesini dengan protokol kesehatan," ungkapnya.
Direktur Artjog Heri Pemad, dalam keterangannya, berharap pemerintah dapat membuka diri dan memiliki keberpihakan kepada para seniman dan pelaku kreatif.
Sebab, Artjog, yang tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19 sejak tahun lalu, menawarkan format pelaksanaan pameran sebagai percontohan yang bisa diterapkan sebagai kebiasaan baru.
“Banyak sekali seniman dan pelaku budaya khususnya di kota Yogyakarta mengharapkan aturan jelas. Supaya tetap dapat mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai seniman dengan mempresentasikan karya kreatifnya. Karya kreatif yang tidak melulu bersifat menghibur, tapi lebih dari itu, bahwa seniman bisa memberikan tawaran pemikiran-pemikiran yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat,” imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi