SuaraJogja.id - Tenaga kesehatan (nakes) sudah mendapat vaksin dosis ketiga atau booster beberapa waktu lalu. Pasalnya, nakes lebih rentan tertular Covid-19 karena intensitasnya bertemu dengan banyak pasien setiap hari. Sehingga apakah masyarakat juga perlu vaksin booster?
Pakar virologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Mohamad Saifudin Hakim mengatakan, Indonesia belum perlu memberikan vaksin booster bagi masyarakat umum. Menurutnya, yang terpenting saat ini justru meningkatkan angka cakupan vaksinasi nasional.
"Sebab hingga kini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan vaksin," kata Hakim pada Minggu (5/9/2021).
Adapun masyarakat yang telah mendapatkan vaksin dosis kedua baru sekitar 18 persen, sehingga diutamakan mengejar capaian vaksinasi.
Baca Juga:Studi: Nakes Indonesia 8 Kali Lebih Rentan Terinfeksi COVID-19
"Jadi sebaiknya mengejar cakupan vaksin dulu bagi mereka yang belum divaksin, terutama kelompok lansia yang berisiko tinggi,” ucapnya.
Selain itu, pemberian vaksin booster juga belum masuk dalam rekomendasi WHO. Bahkan belum lama ini, WHO meminta agar negara-negara mempertimbangkan kembali urgensi pemberian vaksin booster Covid-19.
Hakim menyampaikan bahwa dari sisi imunologi, pemberian vaksin booster memang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh yang diperoleh dari dua dosis vaksin sebelumnya.
Vaksin booster yang diberikan akan melatih kembali sel-sel memori penghasil antibodi tubuh yang dihasilkan dari dua dosis vaksin sebelumnya. Daya ikat antibodi juga menjadi lebih baik terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Sejumlah studi awal menunjukkan bahwa dengan pemberian vaksin booster atau dosis ketiga, baik dengan merek (platform) vaksin yang sama atau berbeda, mampu memperkuat imunitas yang diperoleh dari dua dosis vaksin sebelumnya,” jelasnya.
Baca Juga:Kocak! Pasien Wanita Ketakutan dan Histeris Mengira Lihat Pocong, Ternyata Sosok Ini
Meski demikian, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian vaksin booster. Pertama, terkait penurunan level imunitas, hingga kini belum jelas bagaimana imunitas setelah pemberian vaksin sebelumnya bertahan, apakah terjadi penurunan atau tidak.
"Jika benar terjadi penurunan maka pemberian booster bisa dipertimbangkan," kata dia.
Kedua, efektivitas vaksin, data yang ada saat ini belum cukup untuk memastikan apakah terdapat penurunan efektivitas vaksin untuk mencegah gejala berat Covid-19 pada sekian bulan setelah dosis kedua dan angka kejadian Covid-19 pada mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dua dosis.
"Lalu bagaimana efektivitas vaksin terhadap varian corona baru yang menjadi perhatian global? Jika ada data penurunan efektivitas vaksin dua dosis, pemberian booster bisa dipertimbangkan," tuturnya.
Ketiga, pasokan vaksin secara global dan nasional. Kebijakan pemberian vaksin booster perlu mempertimbangkan ketersediaan vaksin secara global maupun nasional di suatu negara.
“Kalau negara maju mengejar pemberian vaksin dosis ketiga, sementara negara lain saja masih belum mendapatkan dosis pertama. Ini bisa memperparah prinsip kesetaraan nasional dan global dalam akses terhadap vaksin selama pandemi,” tegasnya.