Misteri Gunung Pegat, Pengantin Baru Dilarang Melintas hingga Tempat Hewan Punah?

Pasangan suami istri (pasutri) yang hubungannya baru disahkan selama 35 hari dilarang melewati jalur Gunung Pegat.

Eleonora PEW
Selasa, 21 September 2021 | 07:25 WIB
Misteri Gunung Pegat, Pengantin Baru Dilarang Melintas hingga Tempat Hewan Punah?
Ilustrasi Gunung Pegat - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Berdasarkan mitos yang berkembang luas di telinga masyarakat, pasangan suami istri (pasutri) yang hubungannya baru disahkan selama 35 hari, alias usia pernikahannya masih semuda itu, dilarang melewati jalur Gunung Pegat.

Ilustrasi pengantin.(Shutterstock)
Ilustrasi pengantin.(Shutterstock)

Jika nekat, menurut yang dipercaya warga setempat, pasangan pengantin baru itu bisa cerai. Seorang warga pun mengakui bahwa dirinya menghindari Gunung Pegat di saat baru menikah. Ia adalah Priyo, yang kala ditemui Solopos.com pada 2016 silam tinggal di Kecamatan Wonogiri dan sebelumnya bertempat tinggal di Baturetno. Priyo mengaku, pada 1998, saat baru menikah, ia menuruti nasihat orang tua untuk tak melewati Gunung Pegat.

Setiap hari pulang-pergi kerja ke kawasan kota Wonogiri, Priyo rela menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer melalui jalur Pracimantoro, padahal jika memilih jalur Gunung Pegat, dia hanya perlu menempuh jarak 40 kilometer. Hal ini ia lakukan supaya tidak dituduh salah karena tak menuruti nasihat orang tua jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangganya.

Perilaku serupa dianut seorang warga Sukoharjo bernama Herman, yang kala itu saat masih menjadi pengantin baru memilih lewat jalur di Desa Jendi, Nguntoronadi untuk menghindari Gunung Pegat. Latar belakangnya pun sama seperti Priyo--amanat orang tua.

Baca Juga:Mitos Legendaris Orang Bantul, Pengantin Lewat Perempatan Palbapang Wajib Lempar Ayam

Kendati begitu, hingga kini belum diketahui pasti latar belakang dan sejak kapan mitos soal perceraian itu berkembang. Namun, ada yang percaya, mitos itu berkaitan dengan asal-usul Gunung Pegat. Zaman dahulu, ada dua gunung yang menyatu, tetapi kemudian dipisahkan oleh pembangunan jalan. Pegunungan Ngadiroyo, yang menghubungkan Wonogiri dan Pacitan itu pun terbelah.

"Pegat" sendiri merupakan kata dalam bahasa Jawa yang artinya pisah. Seringkali "pegat" juga dipakai dalam bahasa sehari-hari dengan arti "putus hubungan" atau "cerai".

Di luar legenda, ada yang percaya pula bahwa ada makhluk gaib di Gunung Pegat yang tidak suka melihat pasangan bahagia. Ia dikenal dengan nama "Mbah Glondor". Sejumlah masyarakat percaya, dulu Mbah Glondor meninggal dalam kondisi sakit hati ditinggal pasangan dan hidup menduda hingga di ujung usia, sehingga ia bersumpah akan mengacaukan kebahagian setiap pasangan yang melintas di Gunung Pegat.

Tempat harimau jawa

Mungkin telinga warga Wonogiri, Klaten, Solo, bahkan Jogja, sudah akrab dengan mitos perceraian karena Gunung Pegat ini. Namun ternyata, masih ada satu lagi yang cuku membuat mata terbelaalak.

Baca Juga:Ke Candi Prambanan sama Pacar Bikin Putus Cinta? Berani Buktikan Mitos?

Warga sekitar meyakini, di Gunung Pegat terdapat hewan yang sebenarnya telah dinyatakan punah pada 1980 oleh International Union of Conservation for Nature (IUCN), yaitu harimau jawa. Juru Kunci Gunung Pegat, Suratno, kala itu pada 2018 silam, mengaku beberapa kali menjumpai harimau jawa.

Foto seekor Harimau Jawa yang kini telah dinyatakan punah. [Instagram@harimau.jawa]
Foto seekor Harimau Jawa yang kini telah dinyatakan punah. [[email protected]]

Salah satu momen yang ia ingat adalah ketika melihat harimau bermain dengan tiga anaknya di kebun tebu. Menurut dia, macan di Gunung Pegat tinggal di tempat yang tinggi dan sulit dijangkau. Dulu, kata Suratno, sebelum ada jalan raya, harimau jawa sering lewat setiap malam.

Bahkan, katanya, ada puluhan ekor harimau jawa di Gunung Pegat, tetapi mereka tak pernah menyerang ternak warga dan hanya berburu hewan-hewan di hutan, contohnya kijang, kera, juga ikan di sungai. Ia menambahkan, harimau tak akan mengganggu jika manusia tak mulai mengganggu terlebih dahulu.

Dengan yakin, kepada Solopos.com, Suratno menyatakan bahwa harimau jawa belum punah dan kerap terlihat di area yang dinamakan Song Gogor, yang artinya "gua anak macan" atau "sarang macan".

Namun, pernyataan Suratno itu telah ditampik Suharman, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah saat itu. Menurutnya, hewan yang disaksikan Surtano dan warga sekitar Gunung Pegat bukan harimau jawa, melainkan macan tutul jawa. Ia menegaskan bahwa harimau jawa sudah lama punah, seperti yang dinyatakan IUCN.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak