SuaraJogja.id - Lurah Glagaharjo Suroto mengatakan kejadian orang hilang di kawasan lereng Merapi khususnya di wilayahnya bukan yang pertama kali ini terjadi. Bahkan kejadian orang hilang sebelumnya belum lama terjadi.
"Dulu dah pernah, 5 bulan yang lalu. Tapi mereka ngga sampai gunung tapi cuma di bawah-bawah sini aja. Itu langsung bisa ketemu. Kalau yang warga kita loh ya, itu baru kali ini ada yang sempat 3 hari tidak pulang," kata Suroto kepada awak media, Kamis (23/9/2021).
Ia tidak memungkiri sebenarnya warga lereng Merapi khususnya di Padukuhan Glagaharjo sendiri memang kerap naik ke wilayah atas. Tetapi yang naik pun hanya warga tertentu saja, biasanya untuk mencari rumput dan lainnya.
"Warga masyarakat memang sering ke atas tapi orang-orang tertentu ya. Jadi tidak semua warga masyarakat naik ke atas cuma orang-orang tertentu saja yang biasa naik," ungkapnya.
Baca Juga:Merapi 18 Kali Luncurkan Lava Pijar ke Barat Daya dalam 6 Jam, Jarak Terjauh 1,8 Kilometer
Sebenarnya, kata Suroto, pihaknya telah senantiasa memberikan imbauan kepada warga setempat khususnya yang berada di lereng Merapi. Terlebih mengenai aktivitas Gunung Merapi yang saat ini masih berstatus Siaga.
Imbauan itu terus dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat aktivitas Merapi yang masih bergejolak.
"Sebenarnya gini, kita sudah tidak kurang-kurang kaitannya apalagi dengan Merapi ya status masih siaga. Kita sampaikan secara umumlah, untuk aktivitas warga masyarakat tolong dihindari dari zona 3 km. Jadi aktivitas di bawah 3 km untuk mengantisipasi hal tersebut kaitannya dengan Merapi. Itu sudah berkali-kali kita sampaikan," terangnya.
Suroto menyebut bahwa medan yang ada di area Gunung Merapi saat ini sudah kembali pulih semenjak erupsi tahun 2010 silam. Artinya, sudah banyak pohon-pohon yang kembali tumbuh di lerengnya.
"Jadi di atas pun sekarang sudah pandangan normalnya saja paling 30 meter baru tembus. Tapi kalau kondisi akhir-akhir ini kan gampang kabut itu, jarak pandang ya 10 meter enggak sampai, biasanya susah gelap," terangnya.
Baca Juga:Dalam 6 Jam Teramati 14 Luncuran Lava Merapi ke Arah Barat Daya, Jarak Terjauh 2 Kilometer
Sementara itu OSG (On Skin Commander) Operasi SAR Dhedi Prasetya menuturkan bahwa tidak dipungkiri ada sejumlah tantangan yang dihadapi saat pencarian di lapangan. Terkait Gunung Merapi sendiri dan cuaca yang sering sekali berubah akhir-akhir ini.
"Tentunya pertama kondisi Merapi yang masih fluktuatif, kedua ini juga tingkat curah hujan yang akhir-akhir ini meningkat. Jadi kita juga harus waspada di bantaran-bantaran kali yang kita susuri ini bisa saja terjadi banjir baik itu lahar dingin atau berupa air. Terus yang tidak kalah kita perhatikan tentang Covid-19 ya," kata Dhedi.
Dhedi menyebut jika melihat kondisi terakhir koran yang sehat secara fisik membuat kemungkinan untuk bertahan hidup masih cukup tinggi. Namun juga tidak menutup kemungkinan ada faktor lain seperti sejumlah area berbahaya yang ada di sekitar lokasi.
"Tidak menutup kemungkinan kondisi-kondisi membahayakan yang lain karena kontur terutama area yang kita sisir ini berupa banyak tebing-tebing berupa waterfall-nya. Jadi sangat riskan dan juga banyak kemungkinan yang bakal timbul," tuturnya.