SuaraJogja.id - Jogja International Disability Arts Biennale 2021 diselenggarakan oleh Jogja Disability Arts dan Galeri R.J Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Festival ini digelar dalam rangka memberikan ruang bagi seniman, pegiat dan pelaku seni disabilitas baik nasional maupun internasional untuk memberikan ruang ekspresi, apresiasi, dan komunikasi melalui media seni rupa kepada publik.
Selain itu, juga sebagai upaya membangun ekosistem seni rupa yang lebih inklusif nasional dan global. Disabilitas dan seni bukan hal yang baru dalam perkembangan seni rupa, tetapi belum menjadi perhatian yang khusus.
Hal ini yang kemudian menjadikan persoalan disabilitas dalam seni belum begitu diperhatikan. Pada gelaran seni rupa kali ini, Rima Rupa dipilih sebagai judul pameran untuk menjadi penanda keberagaman dan kebebasan dalam berekspresi secara visual, baik pilihan gaya dalam seni rupa, teknik, maupun ide para seniman yang mengikuti pameran ini.
Seperti halnya sebuah rima, pameran yang dilaksanakan berulang dalam keragaman dan kebebasan ini akan berusaha menemukan irama dan keindahannya dalam bahasa rupa. Keberagaman teknik, gaya, usia, kultur, pendidikan, dan bentuk berbagai pengetahuan dalam bidang seni rupa ditampilkan dalam pameran ini sebagai sinergi yang diharapkan dapat membentuk suatu harmoni dalam kemajuan bersama melalui jalan berkesenian bagi disabilitas.
Baca Juga:Kampanye Inklusif tentang Disabilitas di Moda Transportasi Umum
Secara khusus, pameran ini diikuti oleh seniman, pegiat dan pelaku seni disabilitas baik nasional maupun internasional. Rima Rupa menampilkan karya-karya terbaik dari 58 seniman dari Indonesia, Australia, Brazil, Kairo, Kolumbia, Korea Selatan, Selandia Baru, Filipina, Afrika Selatan, dan Britania Raya
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyampaikan, pameran ini menunjukkan bahwa disabilitas pelaku seni juga mampu menembus sekat-sekat yang ada selama ini. Jajarannya pun secara bertahap dan sungguh-sungguh menghadirkan pemerintahan yang inklusif.
"Sejalan dengan hal itu, misi kami membuat Bantul yang layak anak, ramah perempuan, dan difabel," kata Halim, Jumat (15/10/2021) sore kala hadir di Galeri R.J Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Menurutnya, seni merupakan sesuatu yang penting pada peradaban. Melalui kesenian, masyarakat bisa menjadi salah satu penilaian tentang peradaban seni itu sendiri.
"Pada hakekatnya seni adalah manifestasi kehidupan bangsa yang berbudaya dan sangat tinggi nilainya. Kesenian punya daya kemampuan yang luar biasa untuk mengasah logika dan retorika berpikir," tuturnya.
Baca Juga:Ali Topan Penyandang Disabilitas Asal Pinrang Raih Penghargaan Khusus Kalpataru
Dengan melakukan kegiatan seni, sambungnya, individu mengalami pengalaman penginderaan dan perenungan yang secara terpadu diwujudkan dalam ekspresi seni secara lisan, gerak, musik, maupun gambar.
"Seni mempunyai dampak positif, dari kegiatan seni bisa untuk mengasah dan menggali potensi, media ekspresi, serta sebagai media terapi," imbuhnya.
Dia berharap dengan pameran ini, maka semua orang bisa melihat jika seni dapat menjadi medium belajar bersama, saling peduli, dan menghargai proses. Bersama melalui eksperimentasi, eksplorasi, kreasi, dan apresiasi bagi disabilitas pelaku seni.