Ombudsman DIY Sebut Terjadi Tindakan Maladministrasi Pada Pergub Soal Larangan Demonstrasi

Ada maladministrasi dalam penyusunan dan penetapan Pergub nomor 1 tahun 2021

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 21 Oktober 2021 | 13:23 WIB
Ombudsman DIY Sebut Terjadi Tindakan Maladministrasi Pada Pergub Soal Larangan Demonstrasi
Suasana di kawasan Malioboro sesaat di tengah aksi demo tolak pengesahan UU Cipta Kerja, Kamis (08/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Perwakilan Ombudsman RI DIY mengungkapkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Aliansi Rakyat untuk Demokrasi Yogyakarta (ARDY) terkait Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 1 tahun 2021 tentang Pengendalian Pelaksanaan Pendapat di Muka Umum Pada Ruang Terbuka.

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan disebutkan bahwa telah terjadi tindakan maladministrasi berupa perbuatan tidak patut dalam proses penyusunan dan penetapan Pergub nomor 1 tahun 2021 tersebut.

Kepala Ombudsman RI Perwakilan DIY, Budi Masturi menjelaskan ada dua hal yang dilihat dalam pemeriksaan laporan tersebut yakni substansi dan proses. Dua hal tersebut yang awalnya memang terdapat dugaan bahwa terjadi maladministrasi. 

"Maladministrasi itu terjadi manakala substansinya ternyata bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi atau dan kemudian dikhawatirkan menjadi penyebab buruknya pelayanan publik," kata Budi kepada awak media di Kantor Ombudsman RI Perwakilan DIY, Kamis (21/10/2021)

Baca Juga:Ombudsman Kritik soal Penetapan Tersangka Pedagang Wanita Dianiaya Preman

Dari segi proses, kata Budi, kemudian Pergub tersebut diduga tidak sesuai dengan prosedur dan melanggar beberapa asas-asas tata umum pemerintahan yang baik. 

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan setelah dilakukan investigasi bahwa memang secara substansi ditemukan berbagai aturan yang memungkinkan pemerintah melakukan pembatasan di area cagar budaya. Terlebih itu kemudian pada saat yang sama sebagai objek vital nasional di dalam keputusan Menteri Pariwisata.

"Sehingga secara substansi hukumnya itu kemungkinan dilakukan pembatasan. Tapi kan sebenarnya bisa ada proses dialog untuk seperti apa harusnya pembatasan itu. Kalau proses dialog itu terjadi dengan warga tentu akan ada satupun proses deliberasi yang baik yang bisa dilakukan," terangnya.

Meskipun Ombudsman tidak melihat ada persoalan dalam sisi substansi tapi dari sisi prosesnya ditemukan hal lain. Disampaikan Budi, dalam proses Pergub itu tidak ditemukan satu tahapan yang melibatkan masyarakat.

"Itu yang perlu jadi perhatian. Eggak ada tuh di alur bagannya enggak ada memang. Kami tidak menemukan juga di peraturan lainnya seperti itu. Sehingga itulah alasan kepala biro hukum kemudian tidak merasa berkewajiban secara prosedural untuk melibatkan publik," tuturnya.

Baca Juga:Kasus Lahan Sentul City, Warga Bojong Koneng Adukan Kementerian ATR/BPN ke Ombudsman

Namun temuan Ombudsman dalam Permendagri nomor 120 tahun 2018 itu menyebutkan bahwa masyarakat berhak menyampaikan masukan dalam proses perumusan peraturan kepala daerah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak