Hari Sumpah Pemuda, Dua Puisi Ganjar Pranowo Tercatat di Antologi Puisi Ini

Buku setebal 227 halaman itu merupakan karya mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ).

Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 29 Oktober 2021 | 10:27 WIB
Hari Sumpah Pemuda, Dua Puisi Ganjar Pranowo Tercatat di Antologi Puisi Ini
Sejumlah mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ) mengikuti kegiatan peluncuran buku dan pembacaan puisi di Lembah Kopi UGM, Yogyakarta, Kamis (28/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Sebanyak dua puisi karya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tercatat dalam sebuah buku berjudul Darah Juang Antologi Puisi. Buku yang berisi ratusan puisi mantan aktivis itu diluncurkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021 di Yogyakarta.

Dua puisi Ganjar berjudul Gencang Sepatumu dan Merdeka Adalah. Masing-masing puisi ditulis di Semarang tahun 2019 dan di Tawangmangu tahun 2018.

Koordinator aksi puisi FX Rudy Gunawan mengatakan bahwa buku setebal 227 halaman itu merupakan karya mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ). PDJ sendiri lahir pada 2016 Sukma di Kampus Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM).

Koordinator aksi puisi, FX Rudy Gunawan, menunjukkan buku Darah Juang Antologi Puisi di Lembah Kopi UGM, Yogyakarta, Kamis (28/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Koordinator aksi puisi, FX Rudy Gunawan, menunjukkan buku Darah Juang Antologi Puisi di Lembah Kopi UGM, Yogyakarta, Kamis (28/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Jadi kami meminta semua teman-teman aktivis dan alumni UGM era reformasi untuk membuat puisi. Termasuk Ganjar Pranowo dan ternyata respon ini baik. Sehingga kami buat bukunya," terang Rudy ditemui saat peluncuran di Lembah Kopi UGM, Kamis (28/10/2021).

Baca Juga:Bertepatan Hari Sumpah Pemuda, TikTok Luncurkan Program Talk+

Tak hanya Ganjar, Mensesneg Pratikno dan juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, alumni UGM, juga ikut membuat puisi di buku itu.

Terbitnya Darah Juang Antologi Puisi, kata Rudy, untuk mengingatkan masyarakat untuk saling peduli. Warga diajak untuk berkontribusi dengan cara yang mereka kuasai untuk kepentingan bangsa.

"Ini sebagai pengingat agar kita jangan pernah berhenti peduli dengan bangsa. Ikut berkontribusi dengan skala masing-masing, itu yang perlu di highlight," kata pria yang juga sebagai penulis itu.

Ia mengatakan, penerbitan buku oleh PDJ sendiri sebagai wadah menyampaikan aspirasi mantan aktivis melalui tulisan.

"Jadi ini aksi konkret kami untuk menyampaikan segala uneg-uneg kami. Apalagi kondisi Covid-19 saat ini banyak yang perlu disampaikan," terang dia.

Baca Juga:Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Paguyuban Buntut Wedhos Bagikan Ratusan Paket Sembako

Rudy tak menampik bahwa banyak hal, terutama di pemerintahan, yang berubah di situasi seperti ini. Adanya sekat-sekat di pemerintah, perpecahan, dan friksi yang ada di masyarakat harus diakhiri.

"Kita menghadapi perubahan lalu ada bencana dunia (Covid-19) yang harus kita atasi sendiri sebagai bangsa. Nah kebersamaan ini yang penting, mari kembalikan lagi persatuan kita," ujar aktivis 1980 itu.

Membandingkan saat era reformasi, lanjut Rudy aktivis memang sulit berpendapat. Saat ini ruang berpendapat lebih terbuka dan bisa melalui platform digital.

Di hari Sumpah Pemuda ini, pihaknya berharap pada generasi muda untuk lebih produktif dan cerdas dalam memenuhi ruang berpendapat itu.

Sejumlah mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ) mengikuti kegiatan peluncuran buku dan pembacaan puisi di Lembah Kopi UGM, Yogyakarta, Kamis (28/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Sejumlah mantan aktivis yang tergabung dalam Paguyuban Darah Juang (PDJ) mengikuti kegiatan peluncuran buku dan pembacaan puisi di Lembah Kopi UGM, Yogyakarta, Kamis (28/10/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Termasuk memanfaatkan digitalisasi untuk pemberdayaan misalnya, seperti ekonomi mungkin. Termasuk juga yang muda ini yang saat ini menguasai," katanya.

Dalam peluncuran itu, sejumlah mantan aktivis membacakan karyanya masing-masing.

Ganjar Pranowo, Muhaimin Iskandar, dan juga Pratikno, yang dijadwalkan datang, tidak hadir dalam peluncuran buku tersebut.

"Mungkin karena kegiatan yang cukup sibuk, belum jadi datang," terang Rudy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak