SuaraJogja.id - Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas saat ini semakin banyak memunculkan klaster-klaster penularan COVID-19. Di DIY, sejumlah sekolah terpaksa ditutup sementara karena siswa mereka terpapar COVID-19. Sebut saja di klaster SDN Sukoharjo Argodadi Bantul, SDN Panggang Kabupaten Gunungkidul dan SMPN 2 Pakem Sleman dan SMK Negeri 1 Sedayu Bantul.
Akibatnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring kembali dilakukan. Padahal pembelajaran semacam in memunculkan banyak kendala. Persoalan teknologi informasi yang tidak merata membuat sekolah dan siswa mengalami kesulitan menggelar pembelajaran daring.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan geografis hutan, lautan, pegunungan, pedalaman, kota besar, serta pedesaan membuat pembelajaran daring tidak mudah dilakukan. Akibatnya banyak anak terpaksa putus sekolah.
"Karena kesulitan mengikuti pembelajaran daring, akhirnya banyak anak-anak yang putus sekolah," ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Koperasi dan Informatika, Wiryanta dalam dialog publik PTM Terbatas Sekolah di Yogyakarta, Jumat (05/11/2021).
Baca Juga:Dua Kali Tinjau Lapas Kelas II B Yogyakarta, ORI DIY Tak Temukan Bukti Kekerasan Fisik
Menurut Wiryanta, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di sebagian wilayah memudahkan proses belajar online, namun di sebagian wilayah yang lain masih menjadi permasalahan terkait sinyal dan akses komunikasi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pun masih saja sulit untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi.
Karenanya sekolah dan para guru diminta untuk mencari inovasi agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah tetap bisa berjalan secara luring. Sebab tanpa adanya tatap muka di sekolah, nilai-nilai budi pekerti tidak akan bisa diajarkan pada siswa.
"Klaster baru [penularan covid-19] muncul bukan karena siswa berada di sekolah, tapi justru saat perjalanan dari dan ke sekolah. Terutama anak-anak TK dan SD yang sulit untuk diatur penerapan protokol kesehatannya," ungkapnya.
Bila tidak ada inovasi dari sekolah dalam menyelenggarakan PTM, menurut Wiryanta maka dikhawatirkan akan semakin banyak sekolah yang ditutup. Para siswa pun akan semakin gagap karena harus kembal mengikuti pembelajaran daring atau jarak jauh.
"Pembelajaran tatap muka memang harus dilakukan seperti yang disampaikan pak presiden ataupun mendikbud. Namun sekolah perlu mencari cara yang efektif agar ptm tidak menimbulkan klaster baru. Selai vaksinasi peserta didik, siswa harus benar-benar diawasi mobilitasnya, termasuk saat tidak berada di sekolah," tandasnya.
Baca Juga:Viral Google Map Deteksi Jumlah Tempat Ngopi di Yogyakarta, Publik Kaget: Astaga!
Sementara Pengembang Teknologi Pendidikan Ahli Muda P4TK, Fajar Sukma mengungkapkan PTM di sekolah tidak bisa begitu saja dilakukan secara langsung. Karenanya satuan pendidikan harus melalukan simulasi terlebih dulu agar tidak semakin banyak klaster penularan muncul.
"Para guru juga perlu meningkatkan literasi mereka dalam mengajar dengan teknologi agar tidak buta pada perkembangan pembelajaran," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi