Sejarah Bendera Merah Putih, Ternyata Kisahnya dari Zaman Pra Sejarah

Bendera Merah Putih, melalui perjalanan serta sejarah panjang hingga dapat berkibar hingga kini.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 10 November 2021 | 12:16 WIB
Sejarah Bendera Merah Putih, Ternyata Kisahnya dari Zaman Pra Sejarah
Peserta membentangkan Bendera Merah Putih saat peringatan Hari Kesaktian Pancasila di kompleks Candi Arjuna dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jateng, Jumat (1/10/2021). [ANTARA FOTO/Anis Efizudin]

SuaraJogja.id - Bendera Merah Putih yang dikenal sebagai bendera sekaligus identitas bangsa Indonesia tidak semata-mata terbentuk begitu saja. Bendera Merah Putih, melalui perjalanan serta sejarah panjang hingga dapat berkibar hingga kini. Berkut akan dibahas sejarah Bendera Merah Putih dalam artikel ini.

Selain itu dengan mengetahui sejarah bendera merah putih, secara tidak langsung sebagai anak bangsa kita dapat belajar dan menghargai jasa para pahlawan yang tak gentar untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi, serta berdiri untuk memperjuangkan hak yang setara sebagai sebuah bangsa.

Dalam penulisan karya ilmiah Syekhnurjati, penemuan bendera Merah-Putih terbagi ke dalam beberapa zaman. Dimulai dari yang pertama adalah:

1. Penemuan Purbakala

Baca Juga:Liga 2: Tantang Sriwijaya FC, Semen Padang Bidik Tiga Poin

Sejarah sang Merah-Putih pada zaman ini dibagi lagi kedalam dua periodesasi, yang pertama adalah penemuan purbakala tentang Merah-Putih ini ada dalam era Nusantara ketika masyarakat masih banyak mengenal animisme dan dinamisme, dalam masa ini lebih dikenal dengan zaman aditia-candra atau surya-candra, dengan adanya penghormatan kepada Sang Matahari sebagai lambang warna merah dan Sang Rembulan sebagai lambang warna putih ( aditia artinya matahari dan candra artinya rembulan). Legenda aditia-candra tersebut berasal dari bukti-bukti pada berbagai cerita, dongeng, kepercayaan dan kesustraan Merah-Putih di seluruh Nusantara.

Kemudian pada periodesasi kedua Merah-Putih dilambangkan dan dihormati sebagai zat hidup seperti getih yang dalam bahasa Jawa dan Sunda berarti darah. Darah ini terdapat dalam raga tubuh manusia maupun hewan. Darah yang berwarna merah dan putih juga getah dalam struktur organ tumbuh-tumbuhan.

Berdasarkan hal-hal di atas menunjukkan bahwa telah tersebarnya pemahaman terkait dengan asal-usul arti warna yang menjadi cikal bakal identitas bangsa Indonesia.

2. Penemuan Zaman Pertengahan

Pada zaman ini telah memasuki adanya ajaran agama seperti Hindu-Budha di Indonesia. Ditemukan dalam beberapa bukti bersejarah, salah satunya seperti dalam kitab Ramayana yang menyebutkan bahwa kepulauan Nusantara dengan "karpura suvarnadvipa"atau nusa emas dan nusa perak yang berarti Kepulauan Merah-Putih yang kekayaannya telah termasyhur hingga ke negeri seberang.

Baca Juga:Sejarah Kerajaan Demak, Berdiri hingga Mengalami Keruntuhan

3. Penemuan Zaman Modern

Bermula pada abad ke-7 M hingga sekarang. Pada masa ini dikenal sejarah tiga Negara Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya-Syailendra (600-1178M), Kerajaan Tumapel-Majapahit (1222-1521) dan Republik Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kemudian ada beberapa Negara Daerah. Negara Daerah ini berlindung di bawah ketiga Negara Nusantara dan berkembang selama zaman peralihan.

Pada era tersebut Merah-Putih banyak dikenal sebagai bentuk lambang kemuliaan yang digambarkan seperti kembang tunjung-teratai Merah-Putih, Keraton Merah-Putih, aksara merah putih di beberapa candi. Bentuk lain pemuliaan Merah-Putih seperti bubur beras abang-putih di Pulau Jawa, dan bubur sagu merah-putih di Papua.

Dalam sejarah Nusantara terbukti, bahwa bendera Merah-Putih dikibarkan pada tahun 1292 M oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Prabu Kertanegara dari kerajaan Singasari di bawah Kertanegara mencapai kejayaannya. Jayakatwang melancarkan pemberontakan dengan menggunakan siasat mengirim tentaranya mengibarkan panji-panji berwarna Merah-Putih dan gamelan ke arah selatan Gunung Kawi padahal pasukan terbaik Singosari dipusatkan untuk menghadang musuh yang ada di sekitar gunung Penanggungan. Peristiwa ini diabadikan dalam naskah Jawa kuno 1216 Saka yang dikenal sebagai piagam Butak, yang isinya menceritakan peperangan antara Jayakatwang melawan Raden Wijaya.

Bendera Merah-Putih di Era Penjajahan Belanda

Bendera Merah-Putih juga telah berkibar tatkala terjadinya perang Sabil atau Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Kala itu banyak sekali desa yang dibumihanguskan oleh pasukan Belanda setelah dikibarkannya bendera Merah-Putih. Akibatnya, pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Makassar.

Selain itu di awal abad ke-20, bendera Merah-Putih digunakan pertama kalinya oleh para pelajar dan kaum nasionalis di bawah kekuasaan Belanda. Hal tersebut dimaksudkan sebagai lambang kemerdekaan di Benua Eropa lebih tepatnya di negara Belanda.

Tahun 1922 M Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) yang merupakan organisasi bentukan para pelajar Indonesia yang ada di Belanda, mengibarkan bendera Merah-Putih dengan kepala banteng di tengah-tengahnya, hingga dibuatlah buku yang menimbulkan pengaruh tumbuhnya semangat Kebangkitan Nasional.

Pada 28 Oktober 1928, bendera Merah-Putih sempat berkibar dengan lambang garuda terbang, yang kemudian garuda menjadi lambang tersendiri, sehingga tinggal warna Merah-Putih.

Menjelang kemerdekaan bangsa Indonesia, Ki Hajar Dewantara diberikan kesempatan untuk membentuk tim panitia untuk meneliti bendera dan lagu kebangsaan Indonesia. Panitia tersebut kemudian memutuskan bendera harus berukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Warna merah dan putih dipilih dengan makna, merah sebagai lambang keberanian, sedangkan warna putih berarti suci atau benar sehingga makna dari sang merah putih dapat diartikan sebagai Berani atas Kebenaran.

Bendera Merah-Putih pertama kalinya dibuat oleh Ibu Fatmawati pada tahun 1944. Dengan bahan bendera berupa katun Jepang tetapi ada juga yang menyebut bahan bendera tersebut berupa kain wool daro London yang diperoleh dari seorang Jepang.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak