Cerita Samiyem Pernah Rebus Telur untuk Panglima Besar Jenderal Sudirman di Rumahnya

Di Gunungkidul, beberapa tempat tercatat pernah menjadi lokasi persinggahan untuk bersembunyi dan mengatur strategi perang menghadapi agresi militer Pasukan Belanda.

Eleonora PEW
Rabu, 10 November 2021 | 15:54 WIB
Cerita Samiyem Pernah Rebus Telur untuk Panglima Besar Jenderal Sudirman di Rumahnya
Siswo Suparjiyo (90) dan Samiyem (70), warga Gunungkidul yang pernah kedatangan Panglima Besar Jenderal Sudirman - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Hari Pahlawan diperingati tanggal 10 November setiap tahunnya. Perang kemerdekaan tidak lepas dari cerita kepahlawanan Panglima Besar Jenderal Seodirman. Panglima Besar Jendral Sudirman rela bergerilya dari satu tempat ke tempat yang lain demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Gerilya Jenderal Sudirman menjadi catatan sejarah dari era kemerdekaan bangsa ini. Persinggahan demi persinggahan dilakukan Panglima Besar Jederal Sudirman untuk bersembunyi dari kejaran pasukan musuh

Strategi gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman ke berbagai wilayah memang membekas di benak masyarakat. Di setiap yang digunakan Jenderal Sudirman sebagai singgah selalu menyisakan cerita bagi masyarakat sekitar ataupun bahkan pemilik rumah yang digunakan sebagai tempat singgah

Di Gunungkidul, beberapa tempat tercatat pernah menjadi lokasi persinggahan untuk bersembunyi dan mengatur strategi perang menghadapi agresi militer Pasukan Belanda.

Salah satunya adalah di Padukuhan Karengtengah Kalurahan Karangduwet Kapanewon Paliyan. Panglima Besar Jenderal Sudirman tercatat pernah singgah di salah satu rumah. Rumah tersebut kini ditinggali pasangan suami istri, Siswo Suparjiyo (90) dan Samiyem (70). Di depan rumahnya, kini telah dibangun sebuah monumen kecil berbentu tandu panglima Besar Jenderal Sudirman.

Baca Juga:Mengenal Sosok Ismail Marzuki, yang Tampil di Google Doodle Hari Pahlawan

Pasangan suami istri ini juga sempat menyaksikan kehadiran Panglima Besar Jenderal Sudirman. Saat itu, keduanya masih anak-anak dan belum menjadi pasangan suami istri. Samiyemlah yang menjadi saksi jika rumahnya pernah didatangi Panglima Besar Jenderal Sudirman. Wanita ini masih teringat penuh di benaknya apa yang dilakukan dan apa yang diminta oleh Pahlawan Nasional tersebut.

Saat Panglima Besar Jenderal Sudirman datang, Samiyem masih usia 10 tahun. Suatu sore kira-kira pada pertengahan tahun 1948, Samiyem mengaku tengah asyik bermain di belakang rumah bersama tiga kakaknya. Waktu itu, ia bersama dengan ketiga kakanya kaget karena sekitar pukul 16.00 WIB, ada seorang laki-laki berpakaian serba hitam ditandu oleh beberapa orang prajurit berpakaian gelap.

Samiyem mengaku sangat kaget dan juga ketakutan hingga ia harus memburu ibunya di dapur. Samiyem lantas memegangi kain jarit yang melilit tubuh bagian bawah ibunya. Samiyem merajuk karena merasa ketakutan dengan kedatangan pria bertandu dengan sejumlah orang bersenjata. Samiyem mengaku khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk menimpa keluarganya.

"Kulo ngrengik, mbok mbok kui sopo mbok aku wedi (saya merajuk. Ibu, itu siapa saya takut)," papar Samiyem mengenang kala itu.

Kala itu, Samiyem mengaku belum mengetahui jika orang yang ditandu tersebut adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman. Karena yang ia tahu, beberapa orang pengawal tersebut sangat patuh dengan perintah orang bertandu tersebut. Sehingga wajar ketakutannya muncul apalagi saat itu masih dalam situasi perang. Desingan suara peluru masih sering terdengar di wilayah kampung mereka.

Baca Juga:Jadi Inspektur Upacara, Mentan Ajak Jajarannya Hidupkan Semangat Kepahlawanan

Namun saat itu, ibunya berusaha menentramkan hati Samiyem kecil. Ibunya mengatakan, lelaki yang ditandu itu adalah Jendral Sudirman, pemimpin perang bangsa Indonesia. Ibunya mengatakan, Samiyem bersama kakak-kakaknya harus bersikap baik dan melayani tamu tersebut dengan senang hati. Dan yang terpenting adalah menjaga rahasia kedatangan jenderal Sudirman itu.

Usai menasehati anaknya, Ibu Samiyem bergegas ke dapur untuk menyiapkan air minum. Saat itu, salah satu pengawal Panglima Jenderal Sudirman meminta agar ibunya merebus telur. Telur tersebut akan menjadi santapan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

"Ajudannya datang ke dapur, Ibu dimintai tolong untuk merebuskan telur untuk dimakan Jendral," ulas Samiyem.

Samiyem ingat betul, Panglima Perang Griliya tersebut berbaring di dipan (tempat tidur terbuat dari kayu) yang berada di ruang tengah rumahnya. Di dekat dipan terdapat meja kecil yang digunakan untuk meletakkan telur rebus dan juga air. Tak banyak yang Samiyem ketahui apa yang dibicarakan oleh Jenderal Sudirman dengan pengawalnya. Karena setelah melayani Jenderal Sudirman, ia bersama ibunya bergegas menuju ke ruangan lain untuk beristirahat.

Malam itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman memang beristirahat di rumah Samiyem. DI hari berikutnya, sekitar pukul 04.00 WIB Sang Jendral terlihat meninggalkan rumah tersebut dengan ditandu oleh para pasukannya. Mereka nampaknya meneruskan perjalanan menuju ke tempat gerilya selanjutnya untuk mengatur siasat perang.

"Seingat saya pasukannya yang ikut menunggu Jendral di rumah ini hanya beberapa saja, membawa pasukan dan berjaga-jaga," jelas dia.

Beberapa hari setelah digunakan untuk singgah Jendral Sudirman, dari udara wilayah Padukuhan Karangtengah sempat dihujani peluru oleh Pasukan Belanda. Warga di padukuhan ini banyak yang mengungsi di wilayah pegunungan sisi selatan. Ia masih ingat betul, hanya rumahnya yang tidak tertembus peluru. Hanya satu keping peluru seukuran baterai jatuh tepat di ceting (tempat nasi) dapurnya.

" Ukarannya kecil, saya kira ulat, tapi ibu bilang saya tidak boleh menyentuhnya. Tapi saya dan ibu tidak mengungsi, pas ada serangan saya diajak ibu sembunyi di dekat tanaman karang, saya teriak ibu itu bu, saya disuruh diam," urai Samiyem
Sementara Siswo mengaku memang bertetanggaan dengan Samiyem. Saat itu keduanya memang masih anak-anak Rumah Siswo dan Samiyem memang tidak jauh namun diselingi beberapa rumah dan kebun jati. Seperti biasanya, sore itu dia tengah mencari pakan ternak di dekat rumahnya. Saat itu, ia melihat ada iring-iringan pasukan menggunakan seragam menuju rumah Samiyem. Ia lantas berlari ke rumah Samiyem melihat iring-iringan tersebut.

"Sebelum Jendral ke sini, saya dikasih tau sama orang sakti yang berbicara dengan orangtua saya, kalau ada orang hebat akan datang ke desa Karangduwet ini, saya sambung-sambungkan kok benar," ulas Siswo.

Kakek dari empat orang cucu ini kemudian menikah dengan Samiyem. Hingga tahun 1955, anak dari Jendral Sudirman datang dan membangunkan monumen di depan ruamhnya. Memang monumen tersebut berbentuk wajah Jendral dengan tandunya.

"Kemudian dipan dan bangku dibawa ke museum," kata Siswo.

Ia bersyukur, rumah yang kini menjadi bangunan Cagar Budaya di Gunungkidul ini pernah disinggahi orang besar. Bahkan ia sendiri merasakan, keberkahan dari pasinggahan Jendral Sudirman ia rasakan bingga kini.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak