SuaraJogja.id - Pedagang minyak sawit mengeluhkan harga minyak yang merangkak naik setiap minggunya. Bahkan dalam satu minggu bisa terjadi kenaikan harga sebanyak dua kali.
Seorang pedagang asal Imogiri, Bantul, Wardi mengatakan, kenaikan harga minyak goreng ini tergantung dengan kondisi pasar. Kenaikan bisa berkisar dari Rp500 sampai Rp1.500.
"Ya kadang bisa naik sekali atau dua kali, tergantung kondisi di pasar gimana. Bisa Rp500-Rp1.500 kenaikannya," ujar Wardi kepada SuaraJogja.id, Jumat (7/1/2022).
Harga minyak sawit sudah mengalami kenaikan sejak Oktober 2021 lalu. Kondisi tersebut membuatnya tidak berani menjual kembali minyak sawit dengan harga yang lebih tinggi.
Baca Juga:Bantul Targetkan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun Selesai Pertengahan Januari
"Saya enggak tega mau ambil untung banyak dari pembeli. Yang beli minyak di tempat saya adalah penjual peyek, gorengan, dan ikan gereh. Untung yang didapat mereka juga sedikit," paparnya.
Padahal sekali kulakan ia harus mengeluarkan modal kurang lebih Rp11 juta. Jumlah ini bisa mendapat 40 jeriken.
"Ini saya beli 40 jeriken modalnya Rp11 juta, satu jeriken kapasitasnya 15 liter. 40 jeriken habis dalam satu minggu," katanya.
Dengan demikian, ia membeli minyak sawit dari pihak supplier Rp275 ribu per satu jeriken. Menurutnya, pada Desember 2021 lalu per satu jeriken masih di harga Rp250 ribu.
"Harganya naik sejak Desember kemarin per satu jeriken Rp250 ribu sekarang sudah Rp275 ribu. Lalu saya jual lagi dengan harga sekitar Rp280 ribu per jeriken," ujarnya.
Baca Juga:Dinkes Bantul Sebut Varian Omicron Belum Ditemukan Sampai Saat Ini
Kenaikan harga minyak goreng, katanya, disebabkan kelangkaan. Karena itu, pemerintah diharapkan segera melakukan intervensi pasar agar harga minyak kembali normal.
"Kalau bisa pemerintah harus memikirkan masalah minyak goreng. Masyarakat sudah resah karena untuk menggoreng makanan untungnya jadi sedikit," ucapnya.