Cerita Rahmat, Pemuda Tunanetra yang Dijanjikan Umrah Ustaz Yusuf Mansur sejak Kecil

Setelah 11 tahun lebih, janji untuk memberangkatkan dirinya umrah memang belum terealisasi.

Eleonora PEW
Selasa, 11 Januari 2022 | 10:53 WIB
Cerita Rahmat, Pemuda Tunanetra yang Dijanjikan Umrah Ustaz Yusuf Mansur sejak Kecil
Rahmat Amroji, pria tunanetra yang tinggal di Pedukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Ustaz Yusuf Mansur kini tengah menjadi sorotan usai beberapa orang menggugat bisnis yang selama ini dikelola. Ulama kenamaan tersebut dituding telah ingkar janji dalam kerja sama bisnis hotel dan apartemen haji serta umrah.

Berita tentang Ustaz Yusuf Mansur digugat tersebut ternyata juga didengar oleh Rahmat Amroji, pemuda tunanetra yang tinggal di Pedukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul.

Ketika mendengar nama Ustaz Yusuf Mansur diucapkan dalam berita, ingatan pelajar kelas 2 SMALB Bogor Kapanewon Playen tersebut melayang ke tahun 2010. Saat itu, di hadapan umat Muslim dalam sebuah pengajian akbar, Rahmat dijanjikan untuk diberangkatkan umrah bersama dua gurunya jika dia sudah hafal Al-Qur'an 10 juz.

"Di depan majelis pengajian di Ngloro, beliau mengatakan akan memberangkatkan saya bersama dua guru saya kalau hafal 10 juz. Saat itu saya baru hafal 2 juz ditambah Yasin," ujar pelajar berumur 20 tahun ini di rumahnya, Senin (10/1/2022).

Baca Juga:Ustaz Yusuf Mansur Ancam Polisikan Sejumlah Orang karena Dituding Penipu

Sejak janji tersebut diucapkan, Rahmad mengakui memang tidak ada staf Ustaz Yusuf Mansur yang berkomunikasi dengan dirinya atau keluarganya, padahal ia sudah bertemu dengan Ustaz Yusuf Mansur usai pertemuan pengajian di Wilayah Ngloro tersebut.

Beberapa pertemuan tersebut tidak secara empat mata langsung. Rahmat mengaku hanya menjadi bagian dari jemaah pengajian akbar yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Nurul Asri Deresan Kota Yogyakarta. Yusuf Mansur memang sering mengunjungi pondok pesantren tersebut.

"Kalau pondok pesantren di Deresan itu memang milik beliau," kata dia.

Rahmat menduga, staf Yusuf Mansur tidak berkomunikasi langsung dengan dirinya terkait janji untuk memberangkatkan umroh dirinya dan dua orang gurunya, tetapi mereka berkomunikasi dengan kedua gurunya tersebut.

Setelah 11 tahun lebih, janji untuk memberangkatkan dirinya umrah memang belum terealisasi. Namun, putra sulung pasangan Priyanti-Suyidi ini mengaku tak berharap banyak dengan janji tersebut. Baginya, ibadah umrah adalah panggilan Allah SWT; jika sudah waktunya, ia pasti berangkat.

Baca Juga:419 Jemaah Umrah Berangkat di Tengah Omicron, Menko Luhut Bicara Faktor Keamanan

"Kalau sudah waktunya saya pasti berangkat. Entah itu melalui beliau (Yusuf Mansur) atau dengan cara lain," tutur dia.

Sang ibu, Priyati, mengungkapkan, anak sulungnya tersebut tak pernah merisaukan dan menanyakan realisasi janji Yusuf Mansur untuk berangkat umrah. Bahkan ketika Priyati berkomentar negatif terkait janji umrah tersebut, Rahmat langsung menyangkalnya.

"Sudah to Bu. Umrah itu panggilan Allah. Kalau kita sudah dipanggil pasti kita akan ke sana. Kalau sekarang belum, berarti Allah belum memilih kita,"ujar dia.

Korban Bully Waktu Kecil

Rahmat sejak kecil memang bercita-cita ingin menjadi ustaz. Oleh karenanya, sejak umur 7 tahun bocah ini belajar menghafal Al-Qur'an.

Bukan di pondok pesantren, Rahmat ditempa menghafal Al-Qur'an di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an yang dikelola oleh adik dari neneknya, Mbah Budi Santosa. Melalui metode mendengarkan, Rahmat mampu menghafal ayat-ayat Suci Al-Qur'an.

"Alhamdulilalah, kini saya hafal juz 1 sampai 23 dan juz 29 serta 30. Jadi total 25 juzz," papar dia.

Ia menjadi hafiz memang bukan suatu kebetulan. Sejak lahir, Rahmat memang ditakdirkan tidak bisa melihat. Sampai umur 7 tahun ia sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan khusus bagi orang-orang yang senasib dengan dirinya.

Dua tahun Rahmat belajar di Taman Kanak-kanak Umum dan berhasil lulus. Ia kemudian meneruskan pendidikan di SD tak jauh dari rumahnya. Namun baru seminggu masuk pembelajaran, Rahmat kecil mogok belajar. Ia tidak mau meneruskan sekolah di SD tersebut karena dirundung teman-temannya.

"Saya mutung (putus asa) ndak mau sekolah gara-gara di-bully teman-teman karena tidak bisa melihat," tutur Rahmat.

Keluarganya pun mengaku prihatin dengan nasib Rahmat. Mereka nyaris putus asa akan memperlakukan Rahmat seperti apa agar memiliki kegiatan. Karena bingung itulah, adik dari neneknya mulai mendidik Rahmat untuk menghafal Al-Qur'an.

Rahmat justru tidak diajari membaca Al-Qur'an karena saat itu memang tidak ada Al-Qur'an braille. Adik dari neneknya tersebut hanya membacakan Al-Qur'an ayat demi ayat dan kemudian meminta Rahmat menghafal.

"Jadi satu ayat atau satu waqof dibacakan berulang-ulang, 3 sampai 7 kali. Saya baru hafal," ceritanya.

Metode mendengarkan itulah yang hingga saat ini ia gunakan untuk menghafal 25 juz Al-Qur'an. Namun Budi Santosa [adik neneknya] tak lagi membacakan ayat demi ayat karena Rahmat hanya mendengar MP3 ataupun ponsel. Setelah selesai 1 juzz, Rahmat kemudian mempresentasikannya di depan Budi.

Tahun 2013 yang lalu, ia langsung meloncat menghafal juz 29 dan 30 meskipun baru hafal 3 juz. Pasalnya, ia ingin mendapatkan ijazah atau sertifikat menghafal dari Syekh Ali Jabar. Lewat kegigihannya, Rahmat mendapat ijazah dari Syekh Ali Jabar.

"Saya pun beberapa kali mendapat ijazah dari PPPA Darul Quran milik Ustaz Yusuf Mansur," ungkap dia.

Beberapa kali kejuaraan seperti lomba tahfiz ataupun tilawah berhasil ia raih. Untuk tilawah, ia menyabet terbaik se-DIY selama tahun 2020 dan 2021. Kemudian untuk tahfiz 1 juz, ia pernah menjadi terbaik, tetapi akhirnya didiskualifikasi karena umurnya melebihi batas yang diperkenankan atau dianggap terlalu tua.

Selain menjadi tahfiz, Rahmat ternyata juga jago untuk urusan komputer dan juga seni tarik suara. Ia pernah mewakili Indonesia bersama 8 orang penyandang disabilitas lainnya dalam kejuaraan Global Eye Competition. Namun, ia gagal unjuk gigi di tingkat internasional.

Kini, selain menempuh pendidikan di SMALB, Rahmat mengisi hari-harinya dengan membuka praktik pijat urat dan pijat capek. Di samping itu, Rahmat juga berhasil menelurkan sebuah lagu ciptaannya sendiri ke YouTube.

"Judulnya itu "Tangising Ati" dan bisa dilihat di akun YouTube HM Production," papar dia.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini