Perempuan yang akrab disapa Murti itu menyebut metode tersebut juga masih akan diberlakukan pada semester mendatang. Dengan tentunya melihat perkembangan situasi dan kondisi yang ada.
"Itu saja (blended learning) kita juga menyiapkannya sudah kayak luring 100 persen, karena kan kelas itu kita harus setting dengan model setengah luring dan setengah daring kan. Nah itukan tidak sesederhana yang kita bayangkan," ungkapnya.
Hal itu juga sebagai pertimbangan dengan mahasiswa yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Tidak seperti PTM 100 persen yang sudah dilakukan di jenjang pendidikan SD, SMP hingga SMA.
"Kalau perguruan tinggi kan tidak bisa kita samakan, apalagu UGM dengan ribuan mahasiswanya, dengan peserta dari luar DIY juga banyak," tandasnya.