SuaraJogja.id - Selama lima hari beruntun, kasus Covid-19 di Bangladesh dilaporkan melandai. Pemerintah setempat mencatat 12.000 lebih kasus pada Minggu (30/1).
Menurut data yang dirilis Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan (DGHS), pemerintah mengonfirmasi 12.183 kasus dan 34 kematian baru COVID pada Minggu, sehingga menambah total menjadi 28.363 kematian.
Tingkat kepositifan saat ini turun menjadi 28,33 persen dalam 24 jam terakhir sampai pukul 8.00 waktu setempat Minggu, menurut data resmi terkini, sehingga secara kumulatif berjumlah 1.785.332 kasus.
Data resmi menunjukkan bahwa 43.006 sampel dites dalam sehari hingga Minggu pagi. Otoritas mencatat 1.565.645 kasus sembuh, termasuk 2.167 kasus baru, kata DGHS.
Baca Juga:Pemerintah Kurangi Lagi Masa Karantina Jadi 5 Hari Saat Lonjakan Omicron, Ini Alasannya
Berdasarkan data resmi, tingkat kematian COVID-19 Bangladesh sebesar 1,59 persen dan tingkat kasus sembuh saat ini sebesar 87,69 persen.
Menteri Kesehatan Zahid Maleque pada Minggu mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk memvaksin semua orang berusia 12 tahun ke atas dan memberikan vaksin booster (penguat) untuk orang berusia di atas 40 tahun.
Menkes menuturkan Bangladesh memiliki tingkat kematian COVID-19 yang rendah berkat upaya vaksinasi pemerintah.
Pada Minggu DGHS juga mempersingkat masa karantina COVID dari 14 menjadi 10 hari, mengingat tingkat infeksi saat ini.
Jumlah kasus COVID-19 mulai melandai pada Rabu setelah melonjak selama beberapa pekan.
Baca Juga:Jepang kurangi masa karantina kontak erat COVID
Bangladesh mengonfirmasi 16.033 kasus pada Selasa (25/1), hampir mendekati rekor sepanjang masa tahun lalu.
Otoritas mencatat 16.230 kasus baru harian tertinggi pada 28 Juli 2021 dan 264 kematian tertinggi pada 5 dan 10 Agustus di tahun yang sama. [ANTARA]