7 Suku yang Ada di Pulau Jawa Berikut Karakteristiknya

Banyaknya penduduk di Pulau Jawa membuat pulau tersebut kaya akan keragaman suku bangsa. Berikut ini sejumlah suku yang ada di Pulau Jawa.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 22 Februari 2022 | 16:25 WIB
7 Suku yang Ada di Pulau Jawa Berikut Karakteristiknya
Wisatawan mengamati pernak-pernik yang dijual warga Suku Baduy Luar di Kampung Kaduketug, Lebak, Banten, Minggu (2/1/2022). [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas]

SuaraJogja.id - Pulau Jawa adalah pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Meski bukanlah pulau terbesar, Jawa selalu menjadi pulau dengan penduduk terbanyak di Nusantara. Pemerintah bahkan sampai mengadakan program transmigrasi bagi warga Pulau Jawa untuk pemerataan penduduk di pulau-pulau lain.

Hal ini membuat di luar Jawa ada yang keturunan Suku Jawa. Meski demikian, suku di Pulau Jawa sendiri tidak hanya ada satu karena Jawa terbagi dalam beberapa provinsi yaitu Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Banyaknya penduduk di Pulau Jawa membuat pulau tersebut kaya akan keragaman suku bangsa. Berikut ini sejumlah suku yang ada di Pulau Jawa. Yuk disimak.

1. Suku Jawa

Baca Juga:Suku di Pulau Jawa Beserta Domisilinya

Hampir 40,22% penduduk Indonesia adalah Suku Jawa yang menjadikan mereka menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia.

Suku ini menempati hampir di setiap wilayah pulau Jawa, mayoritas di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Suku Jawa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang merupakan serapan dari bahasa Sansekerta.

Namun, masyarakat Suku Jawa juga tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi dalam acara formal maupun resmi. Banyak orang yang mengatakan bahwa Suku Jawa terkenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesopanan dan kesederhanaan. Tak jarang masyarakat luar mengatakan bahwa Suku Jawa identik dengan penuturan kata yang lemah lembut dan halus.

2. Suku Sunda

Suku Sunda biasa dikenal sebagai Urang Sunda. Mereka adalah salah satu suku yang berada di Pulau Jawa tepatnya berasal dari Tatar Pasudan, Jawa Barat. Suku Sunda sendiri mencakup wilayah Jawa Barat, Banten, Jakarta, serta wilayah barat Jawa Tengah.

Baca Juga:Batas Daratan Pulau Jawa dan Sejarah Pulau Jawa

Suku ini menjadi kelompok etnik dengan jumlah masyarakat terbanyak kedua setelah Suku Jawa.

Budaya yang dimiliki Suku Sunda di antaranya yaitu bahasa daerah, seni tari, dan kesenian lainnya. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sunda dalam kehidupan sehari-hari yaitu bahasa Sunda. Adapun seni tari yang paling terkenal dari Suku Sunda yaitu tari topeng dan tari merak.

Tak hanya itu, Suku Sunda memiliki kesenian lain seperti wayang golek yang menjadi salah satu kesenian kebanggaan. Wayang golek tersebut dipentaskan oleh sinden dengan diiringi oleh alunan musik degung.

3. Suku Betawi

Suku Betawi merupakan keturunan penduduk yang bermukim di Batavia sejak abad ke-17 atau masa kolonial Hindia Belanda. Etnis ini dikenal sebagai etnis perpaduan antara Melayu, Jawa, Bali, Sunda, Bugis, Makassar, Ambon, India, Tionghoa, dan Arab yang dulunya sempat bertempat tinggal di Jakarta.

Sama halnya suku lain, Suku Betawi memiliki berbagai macam budaya mulai dari kesenian, senjata tradisional, bahasa daerah, hingga rumah tradisional.

Suku Betawi memiliki kesenian khas bernama Gambang Kromong, yang merupakan kolaborasi antara seni musik Tionghoa, rebana, orkes samrah, keroncong tugu, dan tanjidor. Kesenian lain yang dimiliki Suku Betawi yaitu lenong.

Suku Betawi juga memiliki senjata tradisional yaitu golok atau bendo bersarung kayu. Sedangkan rumah tradisional yang ada disebut rumah kebaya dan rumah panggung Betawi. Bahasa yang digunakan Suku Betawi dalam kehidupan sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia. Namun, Bahasa Indonesia yang digunakan oleh Suku Betawi diucapkan dengan penuturan dialek Betawi.

4. Suku Baduy

Suku Baduy merupakan kelompok etnis yang berasal dari Provinsi Banten, tepatnya berada di kaki desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Ramgkasbitung. Suku Baduy menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi sehari-hari.

Dalam kehidupan masyarakat luas, Suku Baduy dikenal dengan nama lain seperti Orang Kanekes, Orang Badui, dan Urang Kanekes. Suku Baduy tidak mengenal budaya tulis dalam kesehariannya.

5. Suku Osing

Suku Osing merupakan penduduk asli Banyuwangi dan sering dikenal sebagai sub suku dari Suku Jawa. Mereka lekat sebagai etnis yang ramah, penurut, dan menjunjung tinggi gotong royong. Suku ini tersebar di beberapa wilayah yang ada di Banyuwangi, seperti Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Songgon, Kecamatan Kabat, Kecamatan Giri, dan masih banyak lagi.

Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Suku Osing yaitu bernama bahasa Osing yang merupakan turunan daru Jawa kuno. Meskipun demikian, dialek yang digunakan pada bahasa Osing ini sangat lah berbeda dengan dialek bahasa Jawa asli.

6. Suku Tengger

Suku Tengger berasal dari Jawa Timur, tepatnya di sekitar Gunung Bromo. Nama Tengger sendiri berasal dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Suku Tengger tersebar di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, hingga Kabupaten Probolinggo. Suku Tengger dikenal masyarakat luas sebagai suku yang masih menjunjung tinggi adat istiadat.

Misal kepercayaan terhadap Gunung Bromo yang diyakini sebagai gunung suci. Setahun sekali, Suku Tengger mengadakan upacara adat Kasodo sebagai bentuk rasa syukur dan harapan agar dijauhkan dari segala malapetaka. Upacara adat ini dilakukan dengan melarung hasil bumi masyarakat Tengger ke dalam kawah Gunung Bromo.

7. Suku Madura

Suku Madura tidak hanya berasal dari Pulau Madura. Ada beberapa wilayah yang diyakini sebagai asal suku Madura ini. Pulau yang paling terkenal meliputi Kangean, Raas, Gili Raja, dan Sapudi. Suku Madura ini tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Pulau Jawa. Suku Madura memiliki bahasa daerah yang disebut sebagai bahasa Madura.

Itulah sejumlah suku yang ada di Pulau Jawa. Meski pulau kecil, Jawa ternyata menyimpan kekayaan etnis beragam yang menjadi “harta karun” tak ternilai bagi Nusantara.

Kontributor : Alan Aliarcham

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini