Pokja Genetik FKKMK UGM Ungkap 7 Temuan Kasus Son of Omicron di DIY

Dipastikan Gunadi bahwa semua sampel yang telah diperiksa itu baik hasilnya Omicron atau subvarian BA.2 bahkan Delta merupakan kasus yang berasal dari DIY.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 03 Maret 2022 | 13:01 WIB
Pokja Genetik FKKMK UGM Ungkap 7 Temuan Kasus Son of Omicron di DIY
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

SuaraJogja.id - Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM mencatat temuan sebanyak tujuh kasus Omicron subvarian BA.2 atau dikenal dengan sebutan Son of Omicron di DIY

Informasi tersebut disampaikan oleh Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik UGM Gunadi. Ia menuturkan bahwa subvarian BA.2 itu sudah diketahui sejak awal Februari lalu. 

Tepatnya saat Pokja Genetik FKKMK UGM melakukan pemeriksaan kepada 47 sampel kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS). 

"Iya benar ada tujuh sampel yang ditemukan sebagai BA.2 pada awal Februari," kata Gunadi saat dihubungi awak media, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga:Dinkes DKI Jakarta Khawatir Son of Omicron Jadi Varian Baru Covid-19 Berbahaya

Gunadi merinci dari hasil 47 sampel yang diperiksa di laboratorium FKKMK UGM tersebut setidaknya ada sejumlah temuan varian. Di antaranya adalah 39 sampel merupakan kasus Omicron dan 8 sisanya merupakan virus corona varian delta.

"Total diperiksa 47 sampel. Dari situ 39 sampel adalah omicron dan 8 sampel delta. Nah dari 39 (sampel Omicron) tadi, ada 7 di antaranya adalah BA.2," ungkapnya.

Dipastikan Gunadi bahwa semua sampel yang telah diperiksa itu baik hasilnya Omicron atau subvarian BA.2 bahkan Delta merupakan kasus yang berasal dari DIY. 

Terkait dengan karakteristik subvarian BA.2 tersebut, kata Gunadi, sejauh ini dinilai memiliki penularan yang lebih cepat lagi. Namun pihaknya belum bisa memastikan efek atau gejala apa yang kemudian akan muncul.

"Karakteristik BA 2 sementara ini dikatakan transisi lebih cepat tapi untuk derajat beratnya masih perlu penelitian lebih lanjut ya," tuturnya.

Baca Juga:Menkes Budi Sebut Varian Omicron BA2 atau Son of Omicron Sudah Masuk ke Indonesia

Ditambahkan Gunadi, pihaknya belum lama juga telah berhasil menyelesaikan pemeriksaan terbaru terkait sejumlah sampel Covid-19 yang ada di DIY. Hasilnya sudah diketahui dan langsung diserahkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY.

"Sudah ada hasilnya dan dilaporkan ke Bu Pembajun (Kepala Dinkes DIY). Beda lagi (dengan yang 47 tadi), ini terbaru lagi ada. Nanti bisa tanya Dinkes saja," tandasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito menjelaskan bahwa varian Omicron berdasarkan susunan genetiknya, di kategorisasi menjadi B11529, BA1, BA2 dan BA3.

"Omicron BA2 tengah menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR," jelasnya mengutip situs resmi Satgas Covid-19.

Pada subvarian Omicron lain, adanya mutasi berupa hilangnya susunan tertentu pada Gen S dapat memunculkan deteksi gen lainnya. Namun gen S tidak terdeteksi (SGTF) pada tes PCR.

Namun pada Omicron BA2, susunan ini tidak hilang sehingga PCR tidak memunculkan hasil SGTF atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron.

"Padahal BA2 merupakan salah satu jenis Omicron," jelas Wiku lebih lanjut.

Sementara itu berdasarkan pengamatan jumlah kasus Covid-19 hingga Februari 2022, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan, pihaknya mendeteksi sekitar 252 kasus BA.2, yang merupakan varian mutasi COVID-19 dari Omicron di Indonesia.

"Terkait varian BA.2 sebenarnya kita sudah mendeteksi varian ini. Kalau kita lihat jumlah varian BA.2 yang saat ini sudah bisa deteksi itu sekitar 252 varian," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Selasa sore.

Nadia mengatakan varian BA.2 memiliki karakteristik lebih cepat menular, juga meningkatkan keparahan pasien yang terpapar. Namun, varian tersebut dipastikan belum mendominasi di Indonesia.

"Dari pola yang ada hingga saat ini memang tak hanya di Indonesia, tapi di dunia 90 persen itu Omicron didominasi BA.1," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak