HET Dihapus, Minyak Goreng Kemasan di Pasar Tradisional Gunungkidul Masih Langka

Kunto, salah satu pedagang di Pasar Argosari Wonosari menuturkan stok minyak goreng di tempatnya masih sedikit.

Galih Priatmojo
Kamis, 17 Maret 2022 | 16:24 WIB
HET Dihapus, Minyak Goreng Kemasan di Pasar Tradisional Gunungkidul Masih Langka
Suasana di Pasar Argosari Wonosari, dimana stok minyak goreng di sejumlah los masih kosong. [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Sehari setelah pemerintah mengumumkan menghapus kebijakan satu harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) namun pasokan minyak goreng belum normal. Di pasar tradisional seperti minyak goreng kemasan masih minim ditemukan.

Di satu sisi, penghapusan subsidi ini juga telah menghilangkan antrian minyak goreng yang selalu terjadi di Gudang Distributor di Kalurahan Baleharjo Kapanewon Wonosari. Pasalnya, pihak gudang sudah mengeluarkan minyak berbagai merk.

Kunto, salah satu pedagang di Pasar Argosari Wonosari menuturkan stok minyak goreng di tempatnya masih sedikit. Pasalnya sampai saat ini ia masih belum mendapatkan pasokan minyak goreng kemasan. 

"Pasokan belum ada. Tetapi saya sudah pesan lebih banyak dari kemarin,"ujar dia, Kamis (17/3/2022).

Baca Juga:Harga Minyak Goreng Tak Terkendali, Menteri Perdagangan Salahkan Perang Rusia dan Ukraina

Ia mengaku telah mencoba mengkonfirmasi ke agen atau distributor yang biasa memberi supply namun konon juga kosong. Pasalnya gudang distributor juga belum mendapatkan pasokan mereka dari suppliernya.

Kunto mengaku  tetap berupaya agar ada persediaan migor yang bisa dijual. Iapun rela berburu minyak goreng ke luar daerah agar di lapaknya tetap ada komoditas yang dijual. Ia masih beruntung karena mendapat pasokan minyak goreng dari agen luar Gunungkidul.

"Saya masih ada sisa 4 dus sebenarnya. Kemarin tak simpen untuk tetangga saya yang mau hajatan,"ujar dia.

Kendati demikian  minyak goreng yang ia beli memiliki kemasan besar yaitu ukuran 25 liter. Lelaki ini menjual migor secara eceran dalam bentuk kemasan botol air mineral. Di mana untuk ukuran 0,5 liter ia jual di harga Rp12.500,00, sedangkan yang satu liter dijual dengan harga Rp 25 ribu.

Ia mengaku sudah mengetahui kabar tentang penghapusan kebijakan satu harga tersebut. Seharusnya usai penghapusan subsidi tersebut pasokan minyak goreng dari distributor kembali lancar

Baca Juga:Respon Stok Minyak Goreng Kosong di Beberapa Minimarket, Haryadi Suyuti: Tidak Bisa Goreng Masih Bisa Direbus

Namun sayangnya, hingga kini ia masih kesulitan untuk mendapatkan migor kemasan. Kondisi serupa juga terjadi pada sejumlah toko jejaring modern. 

"Kami itu tidak mempermasalahkan harga. Mahal tidak apa-apa asal barangnya ada,"ungkap dia.

Sutarti, pemilik warung di Padukuhan Jonge Kalurahan Pacarejo Kapanewon Semanu mengaku sudah tidak melakukan antri lagi di tempat biasanya warga mengantri mendapatkan minyak goreng, gudang distributor minyak goreng Baleharjo. Pasalnya subsidi minyak goreng tersebut telah dicabut.

"Pagi ini saya sudah tidak antri lagi. Subsidi sudah dicabut,"terang dia.

Tadi pagi ketika dirinya mendatangi gudang tersebut pihak Gudang telah mengeluarkan berbagai merek atau jenis minyak goreng kemasan. Warga bisa memilih dan membeli sesuai dengan kebutuhan yang mereka.

Dirinya sendiri memilih untuk membeli minyak goreng kemasan merk Fortune. Di mana untuk minyak goreng ini dia harus menebus dengan harga Rp270.000 untuk mendapatkan satu dus ukuran 1 liter.

"Saya tadi beli 2 dus saja. Jadi mahal sekarang, belum tahu jual eceran berapa nanti,"paparnya.

Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul, Sigit Haryanto mengakui jika stok migor kemasan di pasar tradisional masih terbatas. Namun kondisi berbeda di sebuah swalayan besar di wilayahnya, karena stoknya sudah banyak.

"Kemungkinan besar karena masih dalam perjalanan. Karena baru diumumkan kemarin jadi mungkin baru proses distribusi,"ungkap dia.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini