Dorong Transisi Energi, Kementerian ESDM Ungkap Tiga Isu Utama yang Perlu Diselesaikan

"Kita sudah menetapkan tiga isu yaitu akses untuk energi, teknologi dan pendanaan."

Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 24 Maret 2022 | 20:27 WIB
Dorong Transisi Energi, Kementerian ESDM Ungkap Tiga Isu Utama yang Perlu Diselesaikan
Konferensi pers Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 di Hotel Sheraton Mustika, Kamis (24/3/2022). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus bergerak untuk menggencarkan transisi energi di Indonesia. Namun di satu sisi ternyata masih ada sejumlah isu besar yang perlu dihadapi untuk mewujudkan target netral karbon pada 2060 mendatang.

"Di sini memang akan menitikberatkan fokus kita kepada masalah-masalah terkait dengan transisi. Kita sudah menetapkan tiga isu yaitu akses untuk energi, teknologi dan pendanaan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, dalam konferensi pers Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 di Hotel Sheraton Mustika, Kamis (24/3/2022).

Arifin menyebut terkait dengan akses sendiri dimaksudkan bahwa energi yang berhasil ditransisikan itu harus bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat, sehingga diperlukan adanya infrastruktur yang mendukung untuk mencapai itu.

"Memang kita harus bisa membuat satu prgram bahwa transisi ini memberikan manfaat bukan menjadi suatu beban tapi harus dilihat dengan adanya transisi ini merupakan potensi untuk pertumbuhan ekonomi baru," ujarnya.

Baca Juga:Minta Jokowi Unjuk Gigi Selesaikan Konflik Rusia-Ukraina di Forum G20, Politisi PDIP: Masa Cuma Mau Jadi Event Organizer

Lebih lanjut, mulai dari potensi banyaknya investasi yang akan melibatkan masyarakat. Dengan berbagai investasi baru yang muncul itu juga akan berpengaruh kepada tenaga kerja semakij terangkat.

"Ada juga industri-industri lokal, lokal konten. Nah value ini yang memang harus kita siapkan. Tentu saja transisi harus disiapkan, kita harus bisa mitigasi terhadap cost, tapi kalau kita lihat cost dan fututre value manfaat itu yang harus kita pertimbangkan ke depan," paparnya.

Kemudian, disampaikan Arifin terkait dengan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) itu juga tidak lepas dari teknologi pendukung. Terlebih perlunya menghasilkan teknologi yang reliable dan kompetitif sehingga dapat dikembangkan lebih jauh.

"Dari pembicaraan kemarin dari puluhan teknologi baru, saat ini baru enam teknologi yang terbukti kompetitif," ungkapnya.

Pemerintah juga akan meminta bantuan oleh negara-negara yang lebih maju teknologinya untuk bisa menyempurnakan penelitian serta pengembangannya. Sehingga temuan berbagai teknologi itu bisa dimanfaatkan guna mendukung transisi energi.

Baca Juga:Sejarah G20 dan Daftar Negara Anggota, Indonesia Jadi Tuan Rumah Forum Group of Twenty Tahun Ini

"Jadi bagaimana temuan-temuan teknologinya ini yang dikembangkan bisa mempunyai skill industri yang kompetitif dan proven. Serta bisa diindustrikan untuk bisa mendukung proses transisi ini," terangnya.

Lantas isu terakhir adalah pendanaan yang tidak dipungkiri juga akan membutuhkan dana besar dalam transisi energi ini. Mengenai dana tersebut, kata Arifin, diharapkan 20 negara yang tergabung dalam G20 ini dapat ikut berkontribusi.

Sebab menurutnya, negara-negara yang tergabung dalam G20 memang sudah memiliki kekuatan ekonomi yang lebih mumpuni. Mengingat dengan besarnya kontribusi negara-negara itu dalam perekonomian dunia hingga 80 persen.

"Selain itu juga dana yang dibutuhkan sangat besar. Karena memang memasang yang baru kemudian membuat infrastruktur yang baru," tandasnya.

Ia berharap melalui rangkaian G20 tersebut dapat muncul kesepakatan dari program-program yang dicanangkan. Sehingga sasaran untuk transisi energi dapat dicapai dengan tepat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak