SuaraJogja.id - Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Gunadi menyatakan bahwa 17 laboratorium yang ada di Indonesia tetap melakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) meskipun kasus Covid-19 sudah mulai melandai. Termasuk salah satu dari 17 laboratorium yang ada di FKKMK UGM.
"Tadi ada pertemuan dengan pihak Kementerian Kesehatan. Jadi arahan dari Pak Menteri itu meskipun ini sudah melandai (kasus Covid-19) tetapi lab-lab yang ada, ada 17 ya termasuk FKKMK UGM itu diminta tetap melakukan genomik surveilans tapi sekarang fokusnya berbeda," kata Gunadi kepada awak media, Selasa (29/3/2022).
Lebih lanjut terkait fokus genomik surveilans yang berbeda itu, kata Gunadi, pertama adalah untuk menangkap kemunculan varian baru di wilayah-wilayah yang ada. Kemudian juga untuk pengawasan lebih jauh terhadap pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Hal itu bertujuan agar penanganan kasus terhadap para PPLN jika memang kedapatan terpapar virus pun bisa dilakukan dengan cepat dan efektif. Agar tidak menyebarkan ke masyarakat lebih luas lagi.
Baca Juga:Son of Omicron Ditemukan di DIY, Ketua Pokja FKKMK UGM: Vaksinasi Booster Tetap Jadi Kunci
"Artinya siapa tau pertama menangkap varian baru. Kedua ini terkait PPLN mungkin akan lebih banyak mainnya di genomik surveilans. Jadi mungkin begitu PPLN positif maka kemudian akan digenome maka akan ketahuan ini varian dari negara mana terus kemudian kita akan melakukan mitigasi," paparnya.
Gunadi menyatakan setidaknya ada tiga fungsi genomik surveilans yang terus diperkuat tersebut. Pertama adalah untuk tingkat keparahan, kemudian transmisi virus itu sendiri lalu terhadap reaksi terhadap vaksinasi.
Disampaikan Gunadi, perkembangan genomik surveilans di Indonesia sendiri sudah cukup terbilang pesat. Pasalnya hanya dalam kurun waktu satu-dua tahun ke belakang kapasitas genomik surveilans sudah meningkat secara signifikan.
"Sekarang kita lihat itu luar biasa kalau dibandingkan awal tahun 2020 genomik surveilans kita kan ya mungkin berapa puluh atau 100 lah. Sekarang sudah luar biasa tembus di atas 10 ribu lebih. Kan jauh sekali hanya perbedaan satu dua tahun," ungkapnya.
Pihaknya yang turut masuk ke dalam 17 laboratorium sebagai genomik surveilans tadi, sedikit banyak memahami arah kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Sebab, semua laboratorium tersebut secara rutin mengadakan koordinasi khususnya untuk penanganan pandemi di Indonesia.
Baca Juga:Pokja Genetik FKKMK UGM Ungkap 7 Temuan Kasus Son of Omicron di DIY
"Jadi memang kebijakan mitigasi yang diambil itu berdasarkan genomik surveilans," ujarnya.
Menurutnya dengan waktu yang sudah lebih kurang dua tahun dijalani perkembangan dalam sisi keilmuan itu harus ditekankan lagi. Sehingga tidak hanya bertahan dalam kondisi yang ada sekarang ini saja.
"Kita sudah dua tahun, ya mungkin sudah saatnya dalam artian kita boleh waspada tapi tetap harus berbasis ilmu, evidence. Tidak terus berlebihan, kan kita tidak mungkin akan selamanya, sudah dua tahun tapi masih sama polanya. Dengan harapannya tidak terjadi gelombang-gelombang baru tentunya," tandasnya.