Cinta Tanpa Sianida

Dalam penelitian ditemukan bukti bahwa rasa cinta bisa menumpulkan aktivitas saraf yang terkait dengan penilaian sosial kritis terhadap orang lain.

Galih Priatmojo
Minggu, 19 Juni 2022 | 03:13 WIB
Cinta Tanpa Sianida
Ilustrasi cinta (pexels)

SuaraJogja.id - Cinta selalu menarik untuk dibahas dan dipelajari, karena kata ini memberi dampak yang sangat besar untuk kehidupan. Cinta tidak hanya memberi kebahagiaan, pemahaman yang dangkal terhadap cinta dapat mengantarkan seseorang kepada derita yang tak bertepi. Cinta juga dapat memberikan kehidupan bahkan menghancurkan kehidupan seseorang. Kata “cinta” satu kata yang didambakan sekaligus ditakuti oleh orang yang pernah terbahagiakan karenanya atau orang yang mengalami trauma karena lukanya.

Cinta menjadi kata yang paling ampuh untuk memperdaya seseorang, tidak sedikit orang yang bersedia mempersembahkan barang miliknya atau bahkan kehidupannya hanya untuk cinta, “Kalau Kamu mencintai aku, Kamu pasti bersedia untuk …. “, kalimat seperti itu yang membuat pada akhirnya seseorang kehilangan kepercayaan terhadap cinta. Penyalahgunaan kata cinta, dimana cinta dipergunakan hanya untuk memenuhi hasrat dan keinginan seseorang membuat cinta menjadi rendah dan hina. Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.

Cinta adalah suatu emosi atau perasaan positif (kebaikan, kasih sayang) yang terdapat di dalam diri manusia yang ditujukan kepada manusia lain atau objek lain yang ada di sekitarnya. Pendapat lain mengatakan, defnisi cinta adalah suatu aktivitas manusia terhadap objek lain di sekitarnya, yang dilakukan dalam bentuk empati, kasih sayang, perhatian, membantu, pengorbanan diri, dan memenuhi permintaan objek tersebut. Banyak ahli mengatakan bahwa arti cinta sulit untuk dijelaskan secara tuntas karena lebih berhubungan dengan emosi manusia, bukan dengan logika. Oleh karena itu, setiap orang dapat memberikan konsep tentang cinta sesuai dengan keadaan emosi di dalam dirinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kata cinta memiliki beberapa arti yaitu:
1. Suka sekali; sayang benar
2. Kasih sekali; terpikat
3. Ingin sekali; berharap sekali; rindu
4. Khawatir; risau.

Baca Juga:Review Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck: Kisah Cinta yang Terhalang Suku

Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa secara terminologi penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris.

Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian, saling menghormati.

Seringkali jatuh cinta itu sangat sederhana, bahagia saat melihat fotonya, sesederhana itu. Pertanyaan klise yang sering kita dengar, bisa gak sih seseorang itu jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada tatapan pertama? Jawaban mayoritas pasti mengatakan sangat bisa. Ehhh, tapi ini lain, bagaimana kalau seseorang itu cinta setelah tatapan pertama di foto IG dan FB, yang belum pernah sama sekali betatap muka sebelumnya? Jawaban minoritas pasti mengatakan sangat bisa. Yaa, minoritas, kalau itu diangka seratus maka jumlah populasi minoritas ada di kisaran angka sepuluh, artinya hanya sepuluh orang yang mengatakan sangat bisa, sembilan puluh berpendapat tidak atau malah menjawab tidak mungkin. Artinya kebanyakan orang pasti tidak percaya seseorang akan jatuh cinta hanya dengan melihat fotonya apalagi belum pernah bertatap muka.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang jatuh cinta. Beberapa bahkan sangsi dirinya bisa jatuh cinta atau merasakan cinta. Namun ternyata ada banyak tanda yang bisa dilihat ketika seseorang jatuh cinta, salah satunya merasa bahagia hanya dengan melihat foto orang yang dicintai. Memang bukan berarti melihat orang yang dicintai bisa menyembuhkan segala penyakit, namun reaksi alami pelepasan hormon kebahagiaan saat mencintai seseorang ternyata mampu memberikan rasa nyaman, rileks dan bahagia. Jadi, jika masih ragu apakah sedang merasa jatuh cinta atau tidak, coba lihat fotonya, adakah rasa bahagia yang muncul dari dalam hati? Karena seringkali tanda jatuh cinta sesederhana itu.

Dalam penelitian ditemukan bukti bahwa rasa cinta bisa menumpulkan aktivitas saraf yang terkait dengan penilaian sosial kritis terhadap orang lain. Cinta juga menghalangi munculnya emosi negatif, sehingga hanya rasa suka yang ada. Area hipotalamus otak menghasilkan senyawa euforia yang menurunkan penilaian negatif terhadap orang yang dicintai, sehingga objektivitas dalam melakukan penilaian pun menurun drastis. Bisa disimpulkan, cinta memang buta, karena mampu mengaburkan penilaian rasional dan obyektifitas terhadap orang yang dicintai.

Baca Juga:Sinopsis Film Chihayafuru Part 3: Peliknya Kisah Cinta Tiga Sekawan Pemain Karuta

Cinta adalah rasa yang begitu cepat datang, bahkan tak tau sopan santun. Cepat datang tanpa permisi. Disaat semua asa dan rasa berkumpul dan berkembang. Disaat itulah cinta itu datang,  merasuk dan menjelma tanpa terkendali bahkan tidak ada yang bisa menghentikannya. Disaat rasa itu membuat jiwa mulai gila, cinta datang diwaktu yang tidak tepat.

Hari berganti hari dan tidak bisa dipungkiri, diri terjebak dalam perasaannya sendiri. Bahkan cinta yang sebenarnya dihindari, perlahan-lahan datang mendekat dan terus mendekat.

"Ku memendam cinta yang terlarang,
Cinta yang seharusnya tidak aku miliki,
Aku tergoda dengan segala pesonamu yang sungguh membutakanku"

Tapi entahlah, cinta sulit dimengerti logikanya. Jika perasaan mengatakan "ya", maka mulut akan sulit mengatakan "tidak". Cinta tak pernah perdulikan apa yang telah dan akan terjadi.

Teruntuk hati yang mungkin perasaannya sedang tidak menentu, terkadang apa yang kita harapkan tidak selalu sesuai dengan kenyataannya. Semesta selalu menyimpan misteri yang tidak pernah terduga. Pertemuan ajaib pun tidak pernah terduga. Tuhan adalah sutradara kita. Ia yang akan mengarahkan aktornya dengan skenario yang masih menjadi rahasia. Setidaknya saat ini masih bisa bersama, mencintai dalam diam, mencintai dalam rahasia, dan mencintai dalam doa. Meski tidak harus bersatu.

Sungguh benar dalam bait-bait cinta lagu Kunto Aji,
"Cukupkanlah ikatanmu relakanlah yang tak seharusnya untukmu,
Cukupkanlah ikatanmu relakanlah yang tak seharusnya untukmu,
Relakan yang tak seharusnya untukmu,
Yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri."

Yaa, bait-bait yang sangat mengena hati "relakanlah, jaga dirimu sendiri"..yaa yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri, hatimu. Jangan kau buat hatimu berharap sehingga kau akan jatuh terpelanting keras, terjun bebas. Lepaskanlah, maka esok lusa jika dia adalah cinta sejatimu, dia akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.

Sederhananya, pahamilah jika cinta yang tepat akan hadir pada waktu dan tempat yang tepat pula. Saat kita kehilangan, itu bukti jika hal ini bukan yang terbaik satu sama lain. Pada akhirnya takdir akan berperan mendatangkan orang terbaiknya, di luar dugaan yang pernah kita bayangkan. Tinggalkanlah, jika dia memang cinta sejatimu, dia akan kembali dengan cara menakjubkan. Kalau memang terlihat rumit lupakanlah, itu jelas bukan cinta sejati. Ingatlah bahwa takdir Tuhan takkan pernah terlewatkan.

"...apa yang melewatkanku tidak akan menjadi takdirku, apa yang menjadi takdirku tidak akan melewatkanku.." (Umar Ibn Khattab)

Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya.

Cinta memang harusnya diposisikan ditengah-tengah, dengan keseimbangan. Benar sekali kata orang Jawa segala sesuatu itu seharusnya "Sak Madyo" saja, atau sewajarnya saja. “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu.” (HR. Imam Turmudzi).

Sikap berlebihan sendiri tidak disukai Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan".

"...tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS 2:216).

Cara terbaik untuk mencintai adalah dengan cara yang sedang-sedang saja. Rasulullah SAW bersabda: “Urusan yang terbaik itu adalah yang di tengah-tengah."

Dalam benak pikiranku meyakini kalau cinta itu akan selalu ada dalam hati, walau dia jauh secara fisik dan lokasi.
Yaa betul, cinta itu susah tercabut dalam hati, walau cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpalan perasaan senang, gembira, dan sedih.

"Cinta itu tidak akan pergi,
Ingin ku berlama-lama singgah dihatimu,
Tapi aku tak kuasa, jikalau Engkau tersakiti karena singkatnya waktu,
Aku akan menyalahkan diriku,
Kenapa aku harus jujur saat itu."

"Tuk hati yang diselimuti pilu,
Mendung yang baurkan pandangku,
Menyulap hari-hari menjadi kelabu,
Jogja memang tak secerah itu,
Dan dingin pun tak sedingin Merbabu,
Namun lampu-lampu kecil itu terlampau jauh menuntun waktuku bersamamu,

Harapan memang tak seindah mimpi,
Dan ikatan tak sekedar pertalian janji,
Pengelana tua berkelana di satu tujuan dengan jalan yang berbeda,
Namun jalan kebersamaan kita telah dihadapkan dengan ujung yang tak sama,
Teruskan perjalananmu,
Teruskan perjuanganmu,
Meski tanpa semyumku disisimu,
Yakinlah bahwa Tuhan akan selalu bersamamu"

Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta yang amat dalam.

Terkadang kita terkekang dengan kejujuran pengakuan "cinta" kita, walaupun sebenarnya tidak ada yang salah dengan kejujuran. Semua hadir tanpa skenario. Rasa dan asa muncul tanpa pernah direncanakan akan ada. Tidak ada yang salah dengan kejujuran diri.

Seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi. Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.

Hati-hati dengan cinta, jangan sampai Anda makan sate sianida gara-gara cinta.

Salam cinta tanpa Sianida.

"Ini hanya cerita belaka, disarikan dari berbagai sumber pustaka, bukan cerita Anda-anda atau andai-andai, jika ada kesamaan, yaa maaf. Smoga ada manfaatnya dan bisa diambil hikmahnya yaa"

Penulis: Dokter Spesialis Bedah RSA UGM R Wahyu Kartiko Tomo

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak