Salah satu pengunjung Takahashi Makiko, warga Yokosuka, Kanagwa mengaku baru pertama kalinya menghadiri festival tersebut.
“Ini pertama kalinya, saya datang dari Yokosuka. Saya merasa senang sekali karena festival ini begitu indah,” katanya.
Seorang pengunjung warga negara Indonesia (WNI), Siti (21), juga merasakan hal yang sama meski harus menahan terik sinar matahari yang begitu menyengat di musim panas.
“Pertama kali melihat Festival Tanabata di Jepang. Bagus, ramai banget. Biar pun panas saya kepingin melihat festival ini, oh ternyata begini,” kata pekerja yang sudah bermukim selama dua tahun di Jepang itu.
Baca Juga:Bali Akan Jadi Tuan Rumah Festival Air Terbesar, Pertama di Asia Tenggara
Ia mengaku akan mendatangi lagi festival-festival lainnya yang diadakan di Jepang.
Selain menyaksikan parade, para pengunjung juga bisa membeli sehelai keras dan menuliskan harapan-harapan mereka untuk digantung di pohon bambu. Selain itu juga digelar berbagai permainan dan pertunjukan bagi anak-anak maupun keluarga.
Festival Tanbata atau yang dikenal juga dengan festival bintang (hoshi matsuri) merupakan salah satu festival terkenal di Jepang yang digelar setiap akhir pekan pertama bulan Juli, umumnya pada 7 Juli.
Festival itu juga digelar dalam rangka menyambut musim panas. Tanabata merupakan legenda berasal dari China yang mengisahkan Dewi Tenun, Orihime, yang jatuh cinta dengan seorang penggembala, Hikoboshi.
Keduanya dipisahkan oleh ayahnya Dewa Langit, Tantei, dan memberi syarat jika ingin bertemu kembali harus bekerja keras. Pada akhirnya ayahnya membolehkan mereka bertemu setahun sekali setiap 7 Juli.
Baca Juga:Festival Film Bucheon Resmi Dibuka, Inang Karya Fajar Nugros Ikut Bersaing