Dicurhati Calon Wisudawan UGM Soal Bisnis, Menteri Bahlil Tawarkan Suntikan Modal Puluhan Juta hingga Coaching Clinic

"Jangan jadi karyawan. Jangan pernah bermimpi karyawan dan PNS itu jadi kaya."

Eleonora PEW
Selasa, 23 Agustus 2022 | 20:08 WIB
Dicurhati Calon Wisudawan UGM Soal Bisnis, Menteri Bahlil Tawarkan Suntikan Modal Puluhan Juta hingga Coaching Clinic
Menteri Investasi Indonesia dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat menanggapi pertanyaan dan cerita keluh kesah menjalankan bisnis para wisudawan-wisudawati UGM, di Grha Sabha Pramana, Selasa (23/8/2022). - (Kontributor SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia diserbu curhatan bisnis yang dimiliki calon wisudawan-wisudawati periode IV Tahun Akademik 2021/2022 Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam kunjungannya ke Grha Sabha Pramana, Selasa (23/8/2022).

Bahlil yang hadir sekaligus untuk menandatangani nota kesepahaman kerjasama Kementerian Investasi Indonesia dan UGM ini, diketahui menyampaikan tawaran pemberian bantuan modal bisnis puluhan juta rupiah dan pembinaan (coaching) bisnis bagi sejumlah wisudawan-wisudawati.

Bahlil selaku menteri hadir bersama beberapa pejabat pendamping, staf serta perwakilan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

"Saya juga membawa tiga pejabat di kementerian saya yang merupakan alumni UGM. Agar ia bisa bertemu dengan sivitas UGM dan calon wisudawan," kata dia.

Baca Juga:Inilah Kampus yang Memberi Gelar Doktor Honoris Causa Kepada Mohammad Hatta

Merangkap sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil mengatakan ada banyak orang ingin menjadi kaya. Namun hanya sedikit yang bersedia dan siap untuk menjadi pengusaha.

Hal itu menurutnya, terlihat dari riset kecil-kecilan yang pernah ia lakukan bersama rekannya dalam HIPMI, pada sekitar 2015. Mengambil responden perwakilan mahasiswa-mahasiswa, dari seluruh Aceh hingga Papua.

Diketahui bahwa sebanyak 83% responden ingin jadi karyawan, 18% ingin berkecimpung sebagai politisi dan aktivis lembaga swadaya masyarakat hanya sebanyak 3,2% yang mengatakan ingin jadi pengusaha.

"Saat ditanya apakah mereka ingin kaya? 80 persen menjawab ingin kaya," tuturnya.

Dalam pandangan Bahlil, keinginan mereka untuk kaya sangat kontrproduktif dengan jawaban yang mereka sebutkan di awal, yakni mayoritas ingin menjadi karyawan, termasuk pegawai negeri sipil (PNS).

Baca Juga:Viral, Aksi Mahasiswa Baru UGM Bentangkan Poster Wadas Melawan ke Ganjar Pranowo, Publik: Panitia Ospek Ketar-ketir

"Jangan jadi karyawan. Jangan pernah bermimpi karyawan dan PNS itu jadi kaya, kecuali dia kerja sambil berusaha," kata eks Ketua HIPMI era 2019 itu.

Ia menegaskan, menyoal menjadi seorang pengusaha yang berhasil, tak ada yang meragukan kualitas lulusan UGM.

Bila Bahlil--menteri sekaligus pemilik 10 perusahaan holding company--yang hanya lulusan universitas kecil bisa mencapai titik seperti sekarang, maka para wisudawan UGM dipastikan bisa melakukannya.

Investasi Serap Banyak Tenaga Kerja
Berpartisipasi meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia yang saat ini hanya sebanyak 3,6% , merupakan upaya menumbuhkan kestabilan ekonomi negara, imbuh Bahlil.

Apalagi mengingat, saat ini investasi di Indonesia sudah merata baik di Jawa maupun luar Pulau Jawa, bahkan mencapai 50%.

Sementara penanaman investasi asing juga berasal dari berbagai negara. Sehingga tidak benar bila ada tudingan bahwa investasi terbesar di Indonesia, dikuasai oleh Tiongkok saja.

Bahlil menyebut akan ada lebih banyak lapangan kerja terserap pula ke depan, kala target Presiden RI--terkait investasi Rp1.900 triliun--bisa tergapai.

Karena, pada 2021 saja, kala pihaknya mencapai target lebih dari Rp900 triliun investasi, ada lapangan kerja bagi 1,2 juta orang yang terakomodasi.

Hari ini, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebesar 5,44% lebih baik ketimbang negara-negara anggota G20. Belum lagi, inflasi diklaim dapat terkendali.

Langkah pemerintah ingin membawa perekonomian Indonesia semakin melesat, telah ditunjukkan pula dengan disetopnya ekspor nikel mentah sejak 2020.

Tujuan setop ekspor barang mentah dikarenakan Indonesia sedang berupaya untuk membangun hilirisasi.

Hilirisasi dimulai dengan mendirikan pabrik mobil, karena pada 2030 diperkirakan hampir semua negara di dunia akan menggunakan mobil listrik.

Sementara itu, komponen mobil listrik hampir 40% di antaranya adalah baterai, dengan nikel sebagai komponen penting.

Tawarkan Coaching Dan Bantuan Modal Bagi Pengusaha Muda UGM

Di kesempatan itu, Rizal, seorang alumni Teknik Elektro curhat soal usaha yang ia bangun bersama teman-temannya di bidang edukasi robotik.

Saat ini, ia membutuhkan solusi agar bisa menghadapi kendala saat diliputi keraguan melangkah meneruskan bisnis, bila dihadapkan kesulitan modal.

"Apa kiat untuk menghadapinya?" tanya Rizal.

Bahlil, di hadapan peserta pembekalan mengakui terang-terangan minimnya pengetahuan yang ia miliki soal robotik dan pengembangan teknologi.

"Tapi kalau untuk skema bisnis yang ingin kamu buat, habis ini boleh kamu duduk sama saya," terangnya.

Ia menambahkan, bahwa akan mengenalkan Reza dengan rekan-rekan serta jaringan Bahlul khususnya di Surabaya, agar Reza mendapatkan coaching bisnis.

Tak lupa Bahlil berpesan agar Reza tetap tekun dalam bisnis yang ia mulai.

"Ketika satu usaha kamu tekuni, kamu gagal. Jangan pindah dulu ke usaha lain. Karena menekuni sebuah usaha, gagal itu biasa," kata dia.

"Lalu perbaiki terus sampai menemukan kesempurnaan. Kalau ulang nol lagi, bisa gagal kamu. Bisnis itu harus fokus," terangnya.

Kisah lain hadir dari Elsa, yang memiliki toko kelontong sejak 2017, lewat modal awal dari orang tuanya, sebanyak Rp12,5 juta.

Tujuan Elsa membangun toko kelontong diprakarsai keinginannya membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

"Karena saya tinggal di pegunungan dan barang-barang yang ke sana biaya distribusi mahal. Jadi harganya semena-mena (sangat tinggi)," ujarnya.

"Saya sudah lima tahun menjalankan usaha dan masih usaha mikro kecil menengah (UMKM). Saya butuh motivasi, trik tidak ingin stuck menjadi UMKM saja tapi menengah," sebut perempuan 26 tahun itu.

Usaha yang ia miliki ini, punya omzet Rp15 juta per hari, bahkan di masa puncaknya ia bisa mengumpulkan Rp500 juta dalam sebulan.

"Saya hanya ambil keuntungan 5 persen saja. Untuk perputaran barang, saya rela berbelanja dua kali sepekan agr hemat gudang dan persediaan saya juga terbatas," sebut Elsa lagi.

Dari cerita Elsa, Bahlil memberi pesan bahwa menjadi pengusaha diawali pengusaha kecil, naik, lalu bisa jatuh.

"Sedangkan tugas berat seorang pengusaha adalah bangkit setelah terjatuh," kata dia.

Bahlil menangkap dua poin penting dari bisnis toko kelontong yang digeluti Elsa. Yaitu, Elsa ingin menggali potensi entrepreneurshipnya dan ada panggilan sosial untuk membantu orang lain

"Kamu bisa menjadi besar, bukan hanya menengah. Yang bisa kamu lakukan ada dua, tetap di situ atau buka cabang baru," jawab Bahlil.

"Sekjend [perwakilan HIPMI turut hadir di atas panggung], bantu [Elsa] Rp20 juta ya. Saya apresiasi pikiran kamu dan apresiasi kamu bantu masyarakat," cetus eks Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam tersebut.

Sementara itu Syahnaz, mengungkap soal bisnis katering milik keluarganya yang harus bangkrut karena diterpa pandemi Covid-19. Bahkan, aset bisnis telah dijual seluruhnya untuk menutupi kebutuhan harian.

"Tips dan tips untuk memulai usaha orang tua dari awal kembali. Apa langkah pertama yang bisa saya ambil?," terang Syahnaz dengan suara sedikit tercekat.

Menanggapi pertanyaan Syahnaz, Bahlil menegaskan bahwa menjadi pengusaha jangan langsung berpikir mencari untung.

"Tetapi [kalau] bangkrut bisa naik [bangkit]. Saya juga pernah kolaps dan ditipu dan ratusan miliar. Jadi, pintar-pintarnya punya intuisi agar mencegah itu terjadi," terangnya.

"Syahnaz, cari partner usaha. Kamu bikin proposal usaha, ajukan ke HIPMI nanti kami akan bantu kamu modal. Misalnya, peralatan, karena peralatan kamu sudah dijual kan, bisa mengajukan peralatan yang menengah dulu. Jangan langsung yang skala besar tapi ya," kata Bahlil.

"Nanti akan saya coba bantu berikan coaching," tambahnya.

Sebagai penutup, Bahlil menyatakan bahwa yang sesungguhnya merupakan modal besar untuk dimiliki seorang pengusaha adalah semangat.

"Kalau sudah tidak ada semangat, sudah, mati," tandasnya.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini