Manfaatkan Enceng Gondok, Mahasiswa UGM Kembangkan Bantal Antitungau

Bantal ini dapat mencegah potensi munculnya tungau dan bakteri.

Galih Priatmojo
Sabtu, 03 September 2022 | 13:51 WIB
Manfaatkan Enceng Gondok, Mahasiswa UGM Kembangkan Bantal Antitungau
Mahasiswa UGM memperlihatkan bantal antitungau yang mereka kembangkan di kampus setempat, Jumat (02/09/2022).

SuaraJogja.id - Sejumlah Mahasiswa UGM mengembangkan inovasi bantal antibakteri dan tungau berbahan limbah sabut kelapa, enceng gondok serta ekstrak daun sirih. Marsyela Tri Aryani, Silvia Rahmawati, Alda Anisah, dan Rizal Aziz Pradana  dari Sekolah Vokasi serta Luthfia Uswatun Khasanah dari Fakultas Biologi mengembangkan bantal dengan nama Bangau.

Bantal ini dapat mencegah potensi munculnya tungau dan bakteri. Selain itu mencegah alergi  dan penyebab alergen lainnya yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.

Pembuatan inovasi tersebut mereka lakukan karena keprihatinan terhadap persoalan eutrofikasi tanaman eceng gondok yang merusak perairan karena pertumbuhannya relatif cepat. Begitu pula dengan banyaknya limbah sabut di masyarakat yang belum termanfaatkan dengan baik.

"Kami lalu melakukan kajian pustaka dan menemukan kalau enceng gondok berpotensi sebagai tanaman obat," ujar Alda di UGM, Jumat (02/09/2022).

Baca Juga:Anggotanya Berpulang Karena Bencana Kebakaran di Bulaksumur, Satuan Keamanan UGM Kenang Sosok Keduanya

Menurut Alda, mereka pun akhirnya mencoba mengolah enceng gondok karena mengandung senyawa aktif fenol, flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid dan glikosida. Tanaman ini bahkan memiliki peranan secara biologis sebagai antioksidan, antijamur, antibakteri, dan antikanker.

Tanaman tersebut pun dibuat bantal dengan isian serabut kelapa. Mereka sengaja membuat bantal dengan konsep naturan agar mereka bisa mengurai persoalan lingkungan.

"Dengan tambahan ekstrak daun sirih yang disemprotkan ke bantal maka bantal itu bisa bermanfaat bagi kesehatan," jelasnya.

Sementara Marsyela mengungkapkan bantal yang digunakan untuk tidur berpotensi menjadi salah satu media penyaluran penyakit dan alergi. Apalagi bila tidak dirawat dengan baik, termasuk tidak dijemur dibawah matahari.

"Bantal yang tidak dirawat bisa membuat tungau maupun bakteri berkembang dan mengganggu kesehatan. Inilah kenapa kami membuat bantal antintungau," jelasnya.

Baca Juga:Kebakaran di Kawasan Bulaksumur UGM Tewaskan Tiga Orang, Polisi Dalami Penyebab Kejadian

Untuk mencegah penyebaran dan pertumbuhan bakteri, lanjut Marsyela, mereka menggunakan daun sirih yang diekstrak. Daun sirih dikenal memiliki senyawa antibakteri yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan fenol.

Selain itu di dalam daun sirih juga terdapat minyak atsiri yaitu claviko. Minyak ini mampu mematikan agen Sarcoptes scabiei dalam menghentikan aktivitas tungau agar permukaan luka tidak memburuk.

Pembuatan bantalnya dimulai dengan penganyaman eceng gondok yang dikeringkan menjadi berbentuk lilitan kecil maupun sedang. Anyaman bantal tersebut kemudian direbus dengan ekstrak daun sirih agar ekstrak dapat tercampur merata pada anyaman.

Setelah kering, mereka kembali menyemprot bantal dengan ekstrak daun sirih secara merata. Lalu, anyaman dimasukkan ke dalam plastik selama 12 jam agar meresap ke dalam anyaman.

"Kami menggunakan daun sirih ini dengan diekstrak dan direaksikan dengan limbah enceng gondok," imbuhnya. [ANTARA]

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini