Trauma karena KDRT Bisa Berdampak pada Kehidupan Anak Saat Dewasa, Begini Kata Psikolog

Setiap orang akan memiliki dampak yang berbeda-beda saat mengalami trauma.

Eleonora PEW
Selasa, 11 Oktober 2022 | 13:34 WIB
Trauma karena KDRT Bisa Berdampak pada Kehidupan Anak Saat Dewasa, Begini Kata Psikolog
Ilustrasi kekerasan [ANTARA]

SuaraJogja.id - Tak hanya anak yang mengalami trauma karena KDRT, orang tua yang melakukan juga harus menjalani terapi menurut psikolog dari Universitas Indonesia Rosdiana Setyaningrum.

"Anak itu sebetulnya kalau dia melihat saja dia bisa trauma. Jadi sebenarnya yang harus di-handle itu adalah abuser-nya. Karena kalau anaknya trauma kan harus ada penanganan tuh. Karena kalau kekerasan itu traumanya dalam dan harus ditangani sama profesional," kata Rosidana kepada ANTARA, Selasa.

"Tapi percuma kalau sudah ditangani anaknya trauma tapi di rumah terjadi lagi. Yang ada itu bisa jadi tambah parah karena dia merasa itu cycle yang dia enggak bisa setop, dan kalau yang diterapi cuma anaknya, nanti dia akan merasa bahwa dia adalah penyebab," sambungnya.

Apabila anak tidak melakukan terapi ketika mengalami trauma karena KDRT, hal tersebut pun bisa saja berdampak pada kehidupannya saat dewasa. Misalnya seperti mempengaruhi hubungan asmara sang anak di masa depan.

Baca Juga:Farhat Abbas Komentari Rizky Billar Dan Lesti Kejora : Lelakinya Buruk, Perempuannya Buruk

Kendati demikian, Rosdiana mengatakan bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Sebab, setiap orang akan memiliki dampak yang berbeda-beda saat mengalami trauma.

"Bisa berpengaruh juga ke hubungan asmara dia ketika dewasa. Tapi ini tergantung ya. Anak ini korban, atau dia hanya melihat. Tiap orang itu kan beda, jadi dampaknya juga akan berbeda pada setiap orang. Bisa jadi kakak adik mengalami hal yang sama tapi dampaknya berbeda itu bisa," jelasnya.

Di sisi lain, psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra Putranto memaparkan bahwa anak yang melihat perilaku kekerasan setiap hari dalam rumah dapat mengalami gangguan fisik, mental, dan emosional.

"Gangguan emosional dapat dimanifestasikan dalam bentuk peningkatan perilaku agresif, kemarahan, kekerasan, perilaku menentang dan ketidakpatuhan serta timbul gangguan emosional dalam diri anak," ungkap Kasandra.

"Misalnya seperti rasa takut yang berlebihan, kecemasan, relasi buruk dengan saudara kandung atau teman, bahkan hubungan dengan orang tua serta mengakibatkan penurunan self esteem pada anak," pungkasnya.

Baca Juga:Rizky Billar Berpeluang Tersangka Usai Diperiksa Kamis Mendatang

Kasandra menjelaskan, hal ini dapat terlihat dari menurunnya prestasi anak di sekolah, terbatasnya kemampuan korban solving, dan kecenderungan sikap anak untuk melakukan tindak kekerasan. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak